Anda di halaman 1dari 48

FILSAFAT

LOGIKA DAN PEMAHAMAN


KATA-KATA
Oleh :
Wulan Yuniawati 120420150502
Ummi Khamidah 120420150504

DARI METAFISIKA KE LOGIKA


I Apakah logika itu?
II Dua Jenis Logika
III Logika Sintetik

Dari Metafisika Ke Logika


Di bagian 1, akar pohon filsafat telah memberikan
wawasan penting mengenai metafisika, landasan
metafisis pengetahuan kita pun terdiri atas sesuatu
yang pada dasarnya tak dapat diketahui oleh benak
manusia. Dengan dilengkapi wawasan tersebut
maka dari bagian yang membenam tersebut,
sekarang dapat menarik diri ke bagian yang dapat
diamati dengan lebih mudah yaitu logika filosofis
yang bagaikan batang pohon
Alasan mengkaji metafisika dan logika bukanlah agar
kita bisa lebih mengetahui, melainkan supaya kita
dapat belajar mengungkapkan dengan lebih jelas
dan cermat mengenai pengetahuan yang kita
peroleh dari sumber-sumber lain

I Apakah Logika itu?


Berpikir ciri manusia, dan menunjukkan adanya kehidupan
Berpikir : kegiatan mental yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran.
Logika : cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari azas-azas
dan aturan-aturan penalaran agar dapat dihasilkan
pengetahuan atau kebenaran.

Dua Tipe
Logika
1. Tipe pertama benar-benar mengabaikan makna yang
tersembunyi (yakni mitologis)
2. Tipe kedua hamper seluruhnya berfokus pada penyingkapan
makna-makna semacam itu seterang-terangnya.

Kata-kata biasanya membawa makna


apabila berkombinasi dengan kata-kata
lain. Istilah khas yang dipakai dalam
logika untuk menunjukan kalimat yang
mengemukakan hubungan maknawi
antara dua atau lebih adalah Proposisi

II DUA JENIS LOGIKA


Bentuk logis :
pq
Jika p maka q
Tanda anak panah berarti
menyiratkan yang secara logis
sama dengan jikamaka

Jika p betul-betul menyiratkan q,


maka q benar atau p salah.,
berarti:
pq sama dengan p q

p c
B

q
B

Nilai
kebenaran
B

Nilai
kebenaran
B

-p

Kesadaran akan nilai kebenaran berabagai tipe proposisi bisa


menjauhkan dari kesesatan penggunaan argument yang
berupaya membuktikan sesuatu dengan mempersyaratkan p
yang salah.

Keseluruhan proporsi tersebut pada formalnya benar tanpa


mempedulikan kebenaran atau kesalahan q, argument
semacam ini dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran
sesuatu yang sebetulnya salah

Contoh : Jika X, Y, Z astronot, maka saya dosen favorit.

Perbedaan Antara Analisis Dan Sintesis


Pembedaan
Metode
Argumentasi
antara
analitik dan
sintetik

Deduksi

Analiti
k

Induksi

Sinteti
k

Semua Manusia adalah fana


Sokrates adalah manusia
Sokrates adalah fana

Premis
mayor
Premis
minor
Simpulan

Dua Metode Argumentasi

a.
Deduksi

a.
Induksi

Kunci :
C = Simpulan
A = Asumsi
E = Bukti
Empiris

Deduksi : suatu simpulan ditarik


yang disyaratkan menuruti premispremis itu

Induksi : Berawal dengan


memanfaatkan berbagai fakta
material, yang dengan diambil
bersamaan, menunjuk pada
simpulan yang diinginkan

Proposisi : Matahari selalu terbit di timur


(adalah benar)
Semua planet berputar mengelilingi suatu
bintang dengan cara sedemikian rupa
sehingga
bintang itu pada
penampakannya selalu terbit di cakrawala
timur planet yang
bersangkutan
Bumi adalah planet dan matahari adalah
bintang
Matahari selalu terbit di timur
Ayahku berkata bahwa di hari pertama ia
melihat matahari terbit, terbitnya di timur
Ibuku berkata bahwa matahari terbit di timur
pada hari
kelahiranku
Pada hari pertama aku melihat matahari
terbit, seingatku di timur.
Aku belum pernah mendengar orang berkata
bahwa ia pernah melihat matahari terbit di
utara, selatan, ataupun barat.

Deduksi

Induksi

Tipe Proposisi
Warn
a
Mera
h

a.Merah
adalah
warna

b.Kapur Tulis
ini putih

ANALITIK

SINTETIK

PROPOSISI ANALITIK DAN


SINTETIK

Empat Perspektif Pengetahuan


Keyakinan Hipotesis
(Analitik a Postetiori)
Pengetahuan
Transdental
(Sintetika a Priori)

Pengetahuan Empiris
(Sintetik a Posteriori)
Pengetahuan Logis
(Analitik a Priori)

III. Logika Sintetik


Jenis logika yang mengatur fungsi-fungsi seperti induksid an
proporsi sintetik adalah logika sintetik

Kontradiks
i
(A=-A)
Identitas
(A=A)

NonIdentitas
(A A)

NonKontradiksi
(A-A)
Gambar : Empat Hukum Dasar Logika

ANALITIK
Metode
Argumentasi

SINTETIK

Deduksi :

E
E

A
A

E
E

Tipe Proposisi

Jenis Logika

Warna
a.Merah
adalah
warna

Hukum Dasar :
Identitas: A=A
Non-Kontradiksi: A-A

b.Kapur
Tulis ini
putih

Bend
a
Putih
Kapu

r
Tulis
Kapur
Putih

Tulis

Hukum Dasar :
Non-Identitas: AA
Kontradiksi: A=-A

Tiga Tipe Pembedaan Analitik-SIntetik

Kesimpulan
Terdapat 2 tipe logika yang berlainan : [1] logika analitik yang
tepat untuk menerangkan segala sesuatu yang nirmustahil untuk
kita ketahui. [2] logika sintetik tepat untuk menerangkan segala
sesuatu yang mustahil untuk kita ketahui
Proposisi analitik adalah ungkapan logika analitik lantaran
menyamakan dua konsep yang dalam pengertian tertentu
keidentikannya telah diketahui. Proposisi sintetik adalah
ungkapan logika sintetik lantaran menyamakan dua hal yang
pada dasarnya tidak identk-yajni konsep dan intuisi
Akhirnya, wujud logika analitik yang paling tepat adalah
argumen deduktif sedangkan wujud logika sintetik yang paling
tepat adalah argument induktif

GEOMETRI LOGIKA
I.PEMETAAN HUBUNGAN ANALITIK
II.PEMETAAN HUBUNGAN SINTETIK
III.PEMETAAN WAWASAN PADA
PERSPEKTIF BARU

I. PEMETAAN HUBUNGAN ANALITIK


Hukum analitik identitas ( A=A) : ini mengasumsikan
bahwa sesuatau adalah sebagaimana adanya ( a thing is
what it is)

.A
Gambar : titik sebagai peta hubungan identik

Hukum non-kontradiksi (A -A)


adalah memperlawankan A
yang sendirian dalam hukum
identitas dengan lawanan
(opposite)-nya, -A
+
+
-

Gambar : dua cara pemetaan 1 LAR (hubungan analitik tingkat

Hubungan analitik tingkat dua (2LAR)


menghadirkan empat unsur dari kombinasi satu
sebutan +/- atau lebih)
++

++

-+

+-

--

--

-+
+-

Gambar : Dua cara pemetaan 2LAR

Contohnya : konsep satu hari


Siang
Hari
1 LAR

Malam
Hari

2 LAR
Untuk mengetahui apakah empat unsur
diatas membentuk 2 LAR, yang harus
kita lakukan hanyalah menemukan dua
pernyataan ya-atau-tidak yang jawabanjawabannya, bila diletakkan bersamasama menyiratkan dskripsi-deskripsi
yang sederhana tentang empat konsep
tersebut.

Siang
Hari
Malam
Hari
Fajar

Maghrib

Misalnya kita menempatkan dua pertanyaan terhadap


empat konsep ( siang hari, malam hari, maghrib dan fajar)
seperti berikut ini:
1.Apakah jelas-jelas siang hari atau jelas-jelas malam
hari?
2.Apakah lebih terang daripada titik-waktu lawannya?
Ini menimbulkan empat situasi yang boleh jadi
bersesuaian dengan emapat unsur suatu 2LAR sebagai
berikut:
++ Ya, jelas-jelas, dan ya, lebih terang (siang hari)
+- Ya, jelas-jelas, tetapi tidak lebih terang (malam hari)
-+ Tidak jelas-jelas, tetapi ya, lebih terang (fajar)
-- tidak jelas-jelas, dan tidak lebih terang (maghrib)

Siang Hari
Jelas-jelas
Lebih terang
Maghrib
Tidak jelasjelas
Lebih gelap

Fajar
Tidak jelasjelas
Lebih terang

Malam hari
Jelas-jelas
Lebih gelap
Gambar IV . Contoh Peta Salib 2LAR (empat bagian hari)

Pola-pola tersebut
mengikuti Rumus
sederhana :

C = 2t
C = jumlah total unsur
berlainan
t = jumlah sebutan +/disetiap unsur dan bilangan
tingkat

Jadi jumlah divisi yang dibutuhkan untuk membangun


suatu 2LAR adalah dua, dan jumlah sebutan disetiap
unsur yang dihasilkan adalah dua juga, maka total
unsur-unsurnya adalah empat (22 = 4)
Semakin tinggi tingkat hubungan analitik, semakin
rumit peta yang harus disusun untuk menggambarkan
secara akurat smua hubungan logis yang terlibat.

II. PEMETAAN HUBUNGAN SINTETIK

logika sintetik tidak didasarkan pada hukum


identitas dan non-kontradiksi melainkan hukum
non-identitas dan kontradiksi (AA) dan (A=
-A).
Gambar yang
menunjukkan
hubungan sintetik
tingkat pertama (1LSR)
atau sederhana adalah
segitiga

+
X (0)

+
X (1)

Sintesis asal
Sintesis akhir
Gambar: Segitiga sebagai peta 1LSR

Hubungan sintetik tingkat dua (2LSR) bisa disusun


dengan menganggap bahwa masing-masing dari
ketiga sebutan itu +, -, dan x, menghasilkan
hubungan sintetisnya sendiri. Ini menghasilkan
sembilan unsur 2LSR :

++

-+

x+

+-

--

x-

+x

-x

xx

Pola-pola yang akan tampak pada setiap tingkat itu adalah :


C = 3t
C = jumlah total unsur berlainan yang mungkin
t = jumlah sebutan dan bilangan tingkat

Penggabungan logika analitik dan logika sintetik


dalam geometri logika dengan cara
menggabungkan 1LAR dengan 1LSR, dengan
bersama-sama meletakkan dua segitiga yang
saling berpotongan sehingga membentuk bintang
daud. Enam (2x3= 6) unsur hubungan majemuk
lipat enam (6CR) yang dihasilkan bisa
ditempatkan pada peta berikut:

+
+
-X

-+

+X

-+
Gambar: Bintang daud sebagai 6CR

I.

PEMETAAN WAWASAN PADA PERSPEKTIF BARU

Fungsi utama logika sintetik adalah


menggetarkan kita sehingga kita melihat
perspektif-perspektif baru.
Fungsi Geometri logika sama dengan fungsi
logika sintetik. Keduanya merupakan instrumen
yang menyediakan kita alat-alat untuk
mengembangkan kemampuan kita untuk melihat
persoalan-persoalan lama dengan cara-cara baru,
dan dalam melakukannya, untuk memperluas
wawasan kita dalam segala hal yang
membingungkan kita.

Menurut Edward de Bono (1933), hukum logika


sintetik bukan sekedar prinsip-prinsip abstrak yang
sukar atau mustahil diterapkan,melainkan alat
efektif yang bisa digunakan untuk membantu
memecahkan berbagai jenis masalah kehidupan
nyata. Dalam bukunya The use of lateral thinking, de
Bono memanfaatkan istilah-istilah geometris untuk
membuat perbedaan antara cara berfikir
horisontal kita sehari-hari dengan cara berfikir
lateral yang senantiasa berupaya memandang
situasi lama dari perspektif-perspektif baru.
(horisontal cocok dengan logika analitik dan lateral
sesuai dengan logika sintetik) contohnya ketika kita
mempunyai perasaan hancur-lebur lantaran
masalah yang tidak dapat kita pecahkan,
penalarannya bukan bahwa tidak ada solusi yang

Bagaimana kesadaran prespektif bisa membantu


meningkatkan keterampilan tulis anda?
Wawasan-wawasan cenderung muncul bila kita
belajar mengalihkan perspektif kita dan bahwa
logika sintetik adalah logika yang mengatur
perubahan-perubahan semacam itu. Pertama,
sebelum menggunakan peta logis secara aktual
pada makalah atau esai, anda harus berhati-hati
memperkirakan apakah pembaca-nya bisa
menerima pemikiran dalam gambar-gambar.
Penggunaan peta logis yang paling dasar adalah
pembuatan kerangka alur esai anda
keseluruhannya. Yang mungkin belum anda
perhatiakn adalah bahwa peta 2LAR menyediakan
pola yang bisa berfungsi sebagai pedoman
universal untuk menyusun argumen yang

Gambar : Empat bagian organisasi esai

Kesimpulan:
Logika analitik adalah logika pengetahuan (khususnya dengan
berpikir), sedangkan logika sintetik adalah logika pengalaman
(khususnya dengan intuisi)/ logika kehidupan.
Memetakan perspektif kita menurut prinsip-prinsip Geometri
logika bisa lebih meningkatkan daya tangkap kita terhadap
wawasan.
Manfaat terbesar yang datang dari penggunaan Geometri logika
untuk merencanakan dahulu unsur-unsur tulisan adalah bahwa
melakukannya itu mengundang perhatian pada perbedaan yang
tajam dan membpertimbangkan hubungan yang sebelumnya tak
terdeteksi antara berbagai anasir pembicaraan.

FILSAFAT BAHASA
I.Filsafat Analitik: Positivisme dan Bahsa seharihari
II.Filsafat Sintetik: Eksistensialisme dan Bahasa
Tuhan
III.Filsafat Hermeneutik: Wawasan dan Kembali
ke Mitos

I. Filsafat Analitik: Positivism dan bahasa sehari-hari


a. Pengertian filsafat analitik
Filsafat analitik disebut juga dengan filsafat linuistik atau filsafat
bahasa. Filsafat ini memandang bahwa analisis bahasa (cara cermat tentang
bagaimana bahsa mestinya dianalisis) sebagai tugas mendasar filsuf.
Secara etimologi kata analitik berarti investigative, logis, mendalam, sistematis,
tajam dan tersusun.
Filsafat analitik adalah suatu gerakan filosof Abad ke 20, khususnya di
Inggris dan Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan
mencoba menganalisa pernyataan-pernyataan (konsep-konsep, ungkapanungkapan kebahasaan, atau bentuk-bentuk yang logis) supaya menemukan
bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta
atau makna-makna yang disajikan. Yang pokok bagi filsafat analitik adalah
pembentukan definisi baik yang linguistik atau nonlinguistik nyata atau yang
konstektual.

b. tokoh-tokoh filsafat analitik dan pemikirannya


Gottlob Frege (1848-1925)
Frege menganggap baha logika sebetulnya bisa direduksi ke
dalam matamatika, dan yakin bahwa bukti-bukti harus selalu
dikemukakan dalam bentuk langkah-langkah deduktif yang
diungkapkan dengan gamblang. Ide yang sangat berpengaruh
adalah membuat perbedaan antaraarti (sense) proposisi dan
acuan (reference)-nya dengan mengetengahkan bahwa proposisi
memiliki makna hanya apabila mempunyai arti dan sekaligus
acuan. Frage juga menyusun notasi baru yang memungkinkan
terekspresikannya penentu kuantitas (kata-kata seperti
semua, beberapa, dan sebagainya) dalam bentuk simbolsimbol.

Bertrand Russel (1872-1970)


Pemikiran filosofis Bertrand Russell yaitu ia mencoba
menggabungkan logika Frege tersebut dengan empirisme yang sebelumnya
telah dirumskan oleh David Hume. Bagi Russell, dunia terdiri dari faktafakta atomis (atomic facts) atomisme ini mengajukan teori bahwa dunia
alami terdiri dari dua benda yang mendasar, saling berlawanan, dan tidak
dapat dibagi. Dalam konteks ini, kalimat-kalimat barulah bisa disebut
sebagai kalimat bermakna, jika kalimat tersebut berkorespondensi langsung
dengan fakta-fakta atomik.
Russerl menekankan bahwa konsep atomismenya tidak didasarkan
pada mefisikanya melainkan lebih didasarkan pada logikanya karena
menurutnya logika adalah yang paling dasar dalam filsafat, oleh karena itu
pemikiran Russell dinamakan atomisme logis.

Ludwig Wittgenstein (1889-1951)

Wittgenstein adalah murid dari Russel, dia merupakan


salah satu filsuf abad ke duapuluh yang paling
berpengaruh.
Karyanya
yaitu
Tractus
LogicoPhilosophicus (1921) . Menurut Wittgeinsten yang
dimaksud dengan fakta, adalah suatu keberadaan
peristiwa (state of affairs), yaitu bagaimana objek-objek
itu memiliki interrelasi dan keadaan, hubungan
kausalitas, kualitas, kuantitas, ruang, waktu, dan
keadaan. Menurutnya filsafat apapun berdasarkan pada
pondasi logika analitik dan alam metafisis (yaitu alam
hal-hal di luar logika analitik) adalah alam mistis.
Wittgenstein menyimpulkan tanggapan yang tepat
terhadap alam mistis itu tetap hening.

Ayer (1910-1989)
Dalam bukunya Language, Truth, and Logic yang memppulerkan interpretasi
positives terhadap ide-ide Wittgenstein, Ayer mengungkapkan bahwa karakter
non-akliah pengalaman mistis, bersama-sama dengan semua ide metafisis,
seharusnya menyebabkan kita membuang itu semua lantaran tidak berguna
sama sekali.
Prinsip yang dipegang olehnya adalah verifikasi. Menurut Ayer
kalimat atau ucapan harus berdasarkan prinsip verifikasi yaitu ucapan yang bisa
di observasi (observation statement).

Ludwig Wittgenstein dalam bukunya Philosophical


Investigations (1953) / filsafat sehari-hari
Batu filsafat sehari-hari adalah bahwa makna atau proposisi ditentukan oleh
penggunaanya. Dalam filsafat ini, Wittgenstein menitikberatkan pada
permainan kata dan analogi (yaitu bahwa kelompok-kelompok kata kadangkadang mengandung pertalian keluarga satu sama lainnya, baik antar kata
maupun antar kelompok.

Kesimpulan:
Positivisme logis mencoba membuat filsafat
menjadi ilmu, sedangkan filsafat sehari-hari
mencoba membuat filsafat menjadi seni.

II. Filsafat Sintetik: Eksistensialisme dan Bahasa Tuhan


Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pendukungpendukungnya cenderung lebih menekankan logika sintetik dari
pada logika analitik. Pembahasannya mengenai
bagaimanabahasa keagamaan dan bahasa Tuhan pada
khususnya, mendapatkan maknanya. Istilah diantara para filsuf
tentang Tuhan yang lebih bersahaja adalah Yang-Berada
(Being).
Pembedaan antara manusia (dan semua hal lain yang ada
di dunia awam kita), sebagai yang-berada, dan realitas yang
hakiki yang melandasi semua eksistensi, sebagai Yang-Berada
berfungsi sebagai titik-pijak utama bagi banyak eksistensialis.
Salah satu teolog eksistensialis kontemporer,Jhon Macquarrie,
memaparkan pembedaan ini dalam bukunya Principles of
Christian Theology . Kita bisa melukiskan pembedaan eksistensial
ini dengan menggunakan peta lingkaran sebagai berikut:

Yang-ada (atau yang-tiada)


Yang-berada
yang eksis
(existing
beings)
Gambar: Pembedaan Eksistensial Utama
Dengan adanya perbedaan yang tajam antara yang-berada dan Yang-Berada,
Bagaiman mungkin kita bisa secara bermakna membicarakan Yang-berada yang
maujud sendiri dalam berbagai yang-berada namun melampaui mereka semua? Ada
dua cara untuk menanggulanginya:
1. Cara Negasi: pendekatan ini bersikeras bahwa kata apa saja yang dipakai untuk
memerikan Yang_Berada pasti benar secara harfiah-yakni benar dengan secara serupa
dengan penerapan kata yang sama pada yang-berada. Hasilnya adalah bahwa cara
pendekatan terhadap bahasa mengenai Tuhan ini menghadirkan deskripsi yang sangat
bersahaja tentang kenyataan hakiki, atau, kalautidak, tiada deskripsi sama sekali.

2. Cara Afirmasi: pendekatan yang menjelaskan bagaimana kata-kata bisa dipakai


untuk menyusun ekspresi maknawi mengenai suatu Yang-Berada hakiki. Para filsuf
dan teolog yang menggunakan cara afirmatif acapkali mengembangkan pendekatan
tersebut dengan memanfaatkan sesuatu yang disebut analogi tentang yang-berada.

Yang-Berada = yang-berada x
Yang-berada
yang-berada y
Paul Tillich (1886-1971) mengemukakan bahwa jika kita mengakui Tuhan sebagai
yang-ada atau latar bagi yang-berada, maka pada hakikatnya mengatakan Tuhan
itu eksis tidak tepat sama sekali. Makna kata exist (berada) berasal dari kata latin
ex (out) dan sistere (stand), ini berarti bahwa untuk menjadi eksis, yang-berada
itu harus lebih menonjol daripada Yang-Berada yang merupakan akarnya. Jika ita
melihat masalah tersebut dari segi afirmatif dari analogi yang-berads, maka kita
bisa mengatakan bahwa mode eksistensi Tuhan (realitas Tuhan) terhadap mode
eksistensi manusia (realitas manusia) adalah seperti puncakgunung terhadap lembah
dibawahnya. Pembandingan seperti itu tidak memberi pengetahuan tentang Tuhan,
tetapi memberi kita cara penggunaan kata-kata untuk mengungkapkan keyakinan
kita mengenai bagaiman pengalaman kita tentang Tuhan bisa dpaparkan dengan

Analogi tentang yang-berada, mendapat maknanya


dari logika sintetik. Bilamana kita memakai
pertalian-yang-diketahui untuk memerikan pertalian
yang tak diketahui , kita mengambil persamaan
antara dua lawanan dengan cara yang tak pernah
disahkan oleh logika analitik.
Bahasa Tuhan seperti Yang Tertinggi tidak
mengacu pada sekedar pengalaman pribadi
individu tentang Yang-Berada, tetapi sebagai
doktrin yang mesti disetujui oleh setiap orang.

Kesimpulan:
Pada kenyataannya, kedua aliran pemikiran (filsafat
analitik dan sintetik) sekaligus menggunakan logika
analitik dan sintetik: tepat seperti analisis linguistik
yang mempunyai filsuf-filsuf positivis logis dan bahasa
sehari-hari, eksistensialisme pun mempunyai
penganjur cara-cara negasi dan afirmasi. Namun
bagaimanapun, filsuf-filsuf analitik cendrung terlampau
menekankan logika analitik, sementara para
eksistensialis cenderung terlampau menekankan logika
sintetik.

III Filsafat Hermeneutik : Wawasan dan Kembali


ke Mitos
Filsafat Hermeneutik berusaha memahami
persoalan paling dasar dalam kajian umum
tentang logika atau filsafat bahasa :
Bgaiamana pemahaman itu sendiri
mengambil tempat bilamana kita
menafsirkan pesan-pesan ucapan atau
tulisan
Hermes ialah representasi simbolik filsuf, yang
tugas utamanya menafsikarn makna kata-kata

Dengan menetapkan hermeneutika sebagai seni pemerolehan


pemahaman pembicaraan secara lengkap. Terdapat 3 usulan
prinsip dasar yang harus selalu diikuti :
1.Pembaca menangkap genre/gaya yang harus pembicara/penulis
2.Aturan logika yang tak bisa berubah harus digunakan untuk
menangkap makna setiap kalimat
3.Perspektif pembicara/penulis harus ditanamkan di dalam benak
terutama ketika membandingkan laporan yang berbeda tentang
peristiwa atau pandangan yang sama.
(Introduction to the Correct Interpretation of Reasonable
Discourse and Books, Johan Chladenius)

Salah satu cara


penekanan
pentingnya
penyediaan ruang
bagi prasangka kita
adalah pembedaan
anatara:

Eksegesis : Membaca
makna keluar dari teks
Eisegesis : Membaca
makna diri sendiri ke
dalam teks

Filsafat Gadamer memperlihatkan bahwa


membongkar makna teks secara analitis
(eksgesis) dan menambahkan wawasan kita
sendiri terhadap kemungkinan makna teks
secara sintetis (eisiegesis) keduanya
merupakan asepk penting hermeneutic.

Wawasa
n

Penemua (Sintesis
n
)
Kritisme
(Analisis
)
Pandangan

Analisis dan Sintesis sebagai


Fungsi-Fungsi Komplementer
Gambar diatas melukiskan cara
pemerian pertalian komplementer
ini antara analisis dan sintesis,
pandangan dan wawasan, kritisme
dan penemuan

Logika analitik sering


menyediakan cara terbaik
untuk memaparakan
permukaan hal-hal yang kita
lihat dan alami, sedangkan
logika sintetik membawa kita
menerobos permukaan,
memasuki pendalaman ide-ide
baru.
Penemuan sintetik wawasan
baru selalu diikuti dengan
kritisme analitik.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai