Anda di halaman 1dari 26

PENGELOLAAN SAMPAH

PENGELOLAAN SAMPAH
Pengolahan sampah secara

thermal
a. Insinerator
b. Pirolisis
c. Gasifikasi
Landfill

INSINERASI
Insinerasi merupakan teknologi yang

mengkonversi materi padat (dalam


hal ini sampah) menjadi materi gas
(gas sisa hasil pembakaran), abu,
partikulat dan panas.
Panas yang dihasilkan dari proses
insinerasi juga dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi, misalnya
untuk pembangkitan listrik.

INSINERASI
Kelemahan insinerasi:

Membutuhkan Biaya Operasi Yang Tinggi


b.
Menghasilkan Asap Buangan Yang Dapat
Mencemari Udara
c.
Abu Yang Dihasilkan Memungkinkan
Mengandung Senyawa kimia yang berbahaya
.Kelebihan insinerasi
a.
Dapat Menghilangkan Volume Sampah
Hingga 90%
b.
Menghasilkan Panas Yang Bisa
Dimanfaatkan Untuk Menghasilkan Listrik
a.

INSINERASI

INSINERASI
Proses insinerasi berlangsung melalui 3

(tiga) tahap, yaitu:


a. Mula-mula membuat air dalam sampah
menjadi uap air, hasilnya limbah
menjadi kering yang akan siap terbakar.
b. Selanjutnya terjadi proses pirolisis,
yaitu pembakaran tidak sempurna,
dimana temperatur belum terlalu tinggi
c. Fase berikutnya adalah pembakaran
sempurna.

INSINERASI
Agar

terjadi proses yang optimal maka ada


beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
menjalankan suatu insinerator, antara lain:
a. Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor,
kadar air, dan kadar abu dari buangan padat,
khususnya sampah.
b. Aspek keamanan: menyangkut titik nyala,
tekanan uap, deteksi logam berat, dan
operasional insinerator.
c. Aspek pencegahan pencemaran udara :
menyangkut penanganan debu terbang, gas
toksik, dan uap metalik

INSINERASI
Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator

yang harus diperhatikan, yaitu 3-T (Temperature,Time


dan Turbulence):
a. Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan
oksigen (melalui udara). Udara yang dipasok akan
menaikkan temperature karena proses oksidasi
materi organik bersifat eksotermis. Temperatur
ideal untuk sampah kota tidak kurang dari 800 C.
b.
Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas
yang harus terpapar dengan panas yang telah
ditentukan. Biasanya sekitar 2 detik pada fase gas,
sehingga terjadi pembakaran sempurna.

INSINERASI
C. Turbulensi: Limbah harus kontak
sempurna
dengan
oksigen.
Insinerator besar diatur dengan kisikisi atau tungku yang dapat
bergerak, sedang insinerator kecil
(modular) tungkunya adalah statis.

PIROLISIS
Pirolisis

proses dekomposisi biomassa


mengggunakan panas tanpa adanya
udara untuk menghasilkan arang karbon,
minyak dan gas yang dapat dibakar.
Besarnya produk yang akan dihasilkan
dipengaruhi kondisi proses, terutama
temperatur dan laju pemanasan.
Untuk pirolisis digunakan temperatur
yang relatif rendah, yaitu dalam rentang
400 800 C

PIROLISIS
Panas yang disuplai melalui pemanasan tidak

langsung, seperti pembakaran dari gas atau


minyak,
atau
pemanasan
langsung
menggunakan transfer gas panas.
Pirolisis
memiliki
kebihan
dalam
menghasilkan gas atau produk minyak dari
limbah yang dapat digunakan
Produk minyak dari pirolisis limbah dapat
digunakan dalam sistem pembangkitan listrik
secara konvensional, seperti mesin diesel dan
turbin gas.

PIROLISIS
Gas

yang dihasilkan dari proses


pirolisis terhadap sampah atau
biomassa didominasi oleh karbon
dioksida,
karbon
mono
oksida,
hidrogen, methan, dan sebagian kecil
gas hidrokarbon lainnya.
Tingginya konsentrasi gas karbon
dioksida dan karbon mono oksida
berasal dari struktur oksigen yang

GASIFIKASI
Gasifikasi

adalah suatu proses perubahan


bahan bakar padat secara termo kimia menjadi
gas, dimana udara yang diperlukan lebih
rendah dari udara yang digunakan untuk proses
pembakaran.
Bahan bakar yang dimaksud adalah bahan
bakar padat termasuk diantaranya biomassa,
batubara dan arang. Gas yang dimaksud adalah
gas-gas yang keluar dari proses gasifikasi dan
umumnya berbentuk CO, CO2, H2 dan CH4
.

GASIFIKASI
Proses gasifikasi terjadi pada temperatur

yang lebih tinggi dari pirolisis dan dengan


penambahan oksigen yang terkontrol
Produk
yang
dihasilkan
dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian utama,
yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang
dapat dikondensasikan) dan gas.
Proses
gasifikasi juga menghasilkan
reduksi utama pada volume input limbah
rata-rata sekitar 75%

PERBEDAAN INSINERASI, PIROLISIS DAN


GASIFIKASI
Gasifikasi berbeda dengan pirolisis dan

pembakaran. Ketiga dibedakan


berdasarkan kebutuhan udara yang
diperlukan selama proses.
Jika jumlah udara/bahan bakar (AFR, air
fuel ratio) sama dengan 0, maka proses
disebut pirolisis.
Jika AFR yang diperlukan selama proses
kurang dari 1.5, maka proses disebut
gasifikasi.

LANDFILL
Cara

penyingkiran limbah ke dalam


tanah
dengan
pengurugan
atau
penimbunan dikenal sebagai landfilling
Diterapkan mula -mula pada sampah
kota
Cara ini dikenal sejak awal tahun 1900an, dengan nama yang dikenal sebagai
sanitary landfill , karena aplikasinya
memperhatikan
aspek
sanitasi
lingkungan.

LANDFILL
Open

dumping : penyingkiran limbah ke lahan


terbuka tanpa penutupan atau pengurugan (land
disposal where waste is dumped on or into the
ground in no organized manner)
Sanitary landfill : Metode pengurugan sampah ke
dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara
lapis per lapis pada sebuah site (lahan) yang telah
disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan
alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan
sampah tersebut kemudian ditutuo dengan tanah
penutup
Secure
landfill
:
landsfill
untuk
limbah
berbahaya/limbah B3

LANDFILL
Landfilling dibutuhkan karena:

Pengurangan limbah di sumber, daurulang, atau minimasi limbah, tidak dapat


menyingkirkan limbah semuanya
b. Pengolahan
limbah
biasanya
menghasilkan
residu
yang
harus
ditangani lebih lanjut
c. Kadangkala sebuah limbah sulit untuk
diuraikan secara biologis, atau sulit
untuk dibakar, atau sulit untuk diolah
secara kimia
a.

LANDFILL
Beberpa hal yang perlu dicatat adalah:
a. Banyak digunakan untuk menyingkirkan sampah,

karena murah, mudah dan luwes.


b. Digunakan
pula untuk menyingkirkan limbah
industri, seperti sludge (lumpur) dari pengolahan
limbah cair, termasuk limbah berbahaya.
c. Bukan pemecahan masalah limbah yang baik. Dapat
mendatangkan pencemaran lingkungan, terutama
dari lindi (leachate) yang mencemari air tanah.
d. Untuk mengurangi dampak negatif dibutuhkan
pemilihan lokasi yang tepat, penyiapan prasarana
yang baik dengan memanfaatkan teknologi yang
sesuai, dan dengan pengoperasian yang baik pula.

LANDFILL
Perkembangan landfill
a. Mengisi lembah

Pada
awalnya
landfilling
sampah
dilaksanakan pada lahan yang tidak
produktif, misalnya bekas pertambangan,
cekungan- cekungan(lihat Gambar 9.1).

Cara ini dikenal dengan metode pit atau


canyon atau quarry.

Dengan demikian terjadi reklamasi lahan,


sehingga lahan tersebut menjadi baik
kembali.

LANDFILL
b. Mengupas site

Dengan terbatasnya site yang sesuai , maka

dilakukan pengupasan site sampai


kedalaman tertentu (lihat Gambar 9.2).
Dikenal sebagai metode slope (ramp). Perlu

diperhatikan:
1.

Tinggi muka air tanah

2. Struktur batuan / tanah keras


3.

Peralatan pengupasan /
penggalian yang dimiliki

LANDFILL
c. Mengupas site dan
menimbun

Pengupasan site tidak dilakukan sekaligus

tetapi dilakukan secara bertahap. Terbentuk


parit-parit tempat pengurugan sampah (lihat
Gambar 9.3). Cara ini dikenal sebagai
metode parit (trench)

LANDFILL
c. Menimbun ke
atas

Untuk daerah yang datar, dengan muka air

tanah tinggi, sulit untuk mengupas site.


Maka cara yang dilakukan adalah menimbun
sampah di atas area tersebut (lihat Gambar
9.4). Cara ini dikenal sebagai metode area.

LANDFILL
Dilihat dari kondisi topografi site, maka literatur

USA membagi landfill dalam beberapa kelompok


a. Metode Area

Untuk area datar dimana parit tidak biisa


dibuat.

Sampah disimpan langsung diatas tanah


asli sampai ketinggian beberapa meter.

Tanah penutup bisa diambil luar luar TPA


atau diambil dari bagian atas tanah

LANDFILL
b. Metode Slope/ramp
variasi dari area dan trench teknik
Sebagian tanah digali, kemudia, sampah disebar
dikompaksi dan ditutup menggunakan tanah hasil galian
Setelah lapisan pertama selesai, operasi berikutnya
seperti metode area
c. Metode Parit (trench)
Metode ini diterapkan ditanah yang datar. Dilakukan
penggalian tanah secara berkala untuk membuat parit
sedalam dua sampai tiga meter.
Tanah disimpan untuk dipakai sebagai bahan penutup
Sampah diletakkan di dalam parit, disebarkan, dipadatkan
dan ditutup dengan tanah
Digunakan bila air tanah cukup rendah

LANDFILL
d. Metode pit/canyon/quarry
Memanfaatkan cekungan tanah yang ada
(misalnya bekas tambang)
Pengurugan sampah dimulai dari dasar
Penyebaran dan pemadatan sampah seperti
metode area

Anda mungkin juga menyukai