150070200011035
Kinanti Mahmud
150070200011061
150070200011086
150070200011096
DEFINISI
gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung
yang bersifat menahun.
CVI merupakan kondisi mengenai sistem vena
ekstremitas bawah yang dapat menyebabkan berbagai
patologi, meliputi nyeri, bengkak, perubahan kuit dan
ulserasi.
CVI terjadi jika katup vena tidak berfungsi dengan baik,
dan terjadi gangguan sirkulasi darah vena tungkai.
Di Amerika Serikat, diperkirakan 2,5 juta orang menderita CVI dan 20%-nya berekembang menjadii ulkus vena. (Ebberhart, 2005)
EPIDEMIOLOGI
Framingham Heart Study diperkirakan bahwa
insiden tahunan varises
perempuan 2,6%
pria 1,9%.
PATOFISIOLOGI
Kegagalan katup vena dalam volume darah dipompa keluar
ekstremitas, dan diisi kembali oleh aliran darah arteri dan aliran darah
retrograde patologisTekanan vena segera setelah ambulasi dapat
sedikit meningkat atau bahkan normal, tetapi vena terisi kembali dengan
cepat disertai terjadinya peningkatan tekanan vena tanpa kontraksi otot.
Disfungsi atau inkompetensi katup sistem vena superfisial juga
menyebabkan aliran retrograde darah dan peningkatan tekanan
hidrostatik. (Ebberhart, 2005)
Kegagalan katup primer akibat kelemahan dinding pembuluh darah atau
daun katup yang sudah ada, sekunder terhadap cedera langsung, flebitis
superfisial, atau distensi vena berlebihan akibat efek hormonal atau
tekanan yang tinggi.
C1
telangiektasia atau vena retikuler
C2
varises (dibedakan dari vena
retikuler dengan diameter >
3mm)
C3
edema
C4
perubahan pada kulit sekunder
terhadap penyakit vena kronik
C4a
pigmentasi atau eksim
C4b
lipodermatosklerosis atau atrophie
balnche
C5
ulkus vena sembuh
C6
ulkus vena aktif
GAMBARAN KLINIS
Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Nyeri di
daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Nyeri
akan berkurang jika penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi tungkai
ditinggikan.
Pembengkakan
Akibat sumbatan di bagian proksimal dan peradangan perivaskuler.
Pembengkakan akibat sumbatanmaka lokasi bengkak di bawah sumbatan dan
tidak nyeri. Sedangkan apabila disebabkan peradangan perivaskuler maka
bengkak timbul di daerah trombosis dan biasanya disertai nyeri.
Perubahan warna kulit
Pada trombosis vena perubahan warna kulit ditemukan hanya 17 20% kasus.
Perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang kadang berwarna ungu.
(Breddin et al, 2001)
Sindroma post-trombosis
Akibat peningkatan tekanan vena konsekuensi sumbatan dan
rekanalisasi dari vena besar yang mengakibatkan meningkatnya
tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis sehingga terjadi
inkompeten katup vena dan perforasi vena dalam (Hirsh and Hoak,
1996).
Semua keadaan di atas akan mengakibatkan aliran darah vena dalam
akan membalik ke daerah superfisialis apabila otot berkontraksi,
sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan
berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang dikenai.
Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada
daerah betis yang timbul (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu
istirahat dan posisi kaki ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi
pada sekitar lutut dan kaki sepertiga bawah. (Hirsh and Hoak, 1996).
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
pemberian LMWH yang memperhatikan berat badan pasien, diberikan 5-7
hari sebagai terapi awal.
Antagonis vitamin K
Terapi oral dengan antagonis vitamin K, misalnya warfarin, sangat efektif
untuk pencegahan rekurensi thrombosis dalam jangka panjang.
KOMPLIKASI
Perdarahan
Perdarahan diakibatkan oleh penggunaan terapi anti koagulan
Emboli Paru
Terjadi akibat terlepasnya thrombus dari dinding pembuluh darah
kemudian thrombus ini terbawa aliran darah hingga akhirnya berhenti di
pembuluh darah paru dan mengakibatkan bendungan aliran darah. Ini
dapat terjadi beberapa jam maupun hari setelah terbentuknya suatu bekuan
darah pada embuluh darah di daerah tungkai. Gejalanya berupa nyeri dada
dan pernapasan yang singkat.
PROGNOSIS
Semua pasien dengan thrombosis vena dalam
pada masa yang lama mempunyai resiko
terjadinya insufisiensi vena kronik. Kira-kira
20% pasien dengan DVT yang tidak ditangani
dapat berkembang menjadi emboli paru, dan 1020% dapat menyebabkan kematian.Pemberian
antikoagulan dapat menurunkan angka
kematian hingga 5-10 kali.
DAFTAR PUSTAKA
TERIMA KASIH