Ak 1.13.055
DEFINISI
KLASIFIKASI TRAUMA
Mekanisme : berdasarkan adanya
penetrasi durameter.
Trauma tumpul :
. Kecepatan tinggi (tabrakan mobil,
tabrakan motor)
. Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
Trauma tembus : luka tembus peluru
atau benda tajam
1.
Keparahan cedera
ringan : GCS 14-15
sedang : GCS 9-13
Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
o Fraktur kranium/ tulang tengkorak
Fx linier, fx depresi, fx comunited, fx
stelanum, fx basis
o Lesi intrakranial :
Epidural, subdural, subarachnoid, serebral.
MEKANISME TRAUMA
Akselerasi
Bila kepala yang bergerak ke suatu arah atau kepala sedang
dalam keadaan tidak bergerak, tiba-tiba mendapat gaya yang
kuat searah dengan gerakan kepala maka kepala akan
mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut. Mulamula tulang tengkorak yang bergerak lebih cepat, jaringan
otak masih diam, kemudian jaringan otak ikut bergerak kearah
yang sama. Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu
yang sangat singkat. Pada peristiwa ini terjadi gesekan antara
jaringan otak dan dasar terngkorak serta terjadi benturan
antara jaringan otak dan dinding tengkorak.
Mekanisme akselarasi dapat menyebabkan luka/robekan/
laserasi pada bagian bawah jaringan otak dan memar pada
jaringan otak serta putusnya vena-vena kecil yang berajalan
dari permukaan otak kedurameter (Bridging veins)
Deselerasi
Bila kepala bergerak dengan cepat kesatu arah tibatiba dihentikan oleh suatu benda, misalnya kepala
menabrak tembok maka kepala tiba-tiba akan terhenti
gerakannya. Kepala mengalami deselerasi
(perlambatan secara mendadak).
Mula-mula tengkorak akan terhenti gerakannya,
jaringan otak masih bergerak kemudian jaringan otak
terhenti gerakannya karena menabrak tengkorak.
Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu yang
sangat singkat. Mekanisme deselerasi dapat
menyebabkan kelainan serupa seperti pada mekanisme
akselerasi.
PENILAIAN GCS
Eye
4 = membuka mata dengan spontan
3 = membuka mata dengan ransang suara ( pasien untuk membuka mata )
2 = membuka mata dengan rangsang nyeri ( berikan rangsang nyeri ,
seperti menekan jari tangan maupun kaki )
1 = tidak ada respon
Verbal
5 = bicara dengan jelas
4 = bicara ngacau
3 = hanya dengan kata-kata saja
2 = hanya menggeram
1 = tidak ada respon
NEXT...
Motorik
6 = mengikuti apa yang diperintah
5 = melokalisir bagian nyeri ( menjauh / menjangkay stimulus dari
stimulus saat diberi rangsangan nyeri )
4 = mensrik dari nyeri ( menarik tubuh dari nyeri menjauhi stimulus saat
diberi rangsangan nyeri )
3 = fleksi abnormal ( kedua tangan maupun satu tangan posisi kaku keatas
dada serta kaki jika diberi rangsangan nyeri )
2 = extrensi abnormal kedua maupun satu tangan ekstensi di sisi tubuh
dengan jari mengepal serta kaku ekstensi jika di berikan rangsangan nyeri )
1 = tidak merespon
KETERANGAN GCS
E + V + M = 3s/d 15
Nilai maksimal GCS adalah 15. sedangkan nilai minimal
gcs adalah 3
Penjumlahan nilai respon merupakan assesment tingkat
ketegori ketidaksadaran pasien :
Ringan : 13 15
Moderat : 9 12
Berat : 3 8
Koma : nilai < 8
TRIAGE
KLASIFIKASI TRIAGE
Tindakan melakukan seleksi atau memilah-milih korban
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya untuk
memperoleh prioritas tindakan.
PENGGUNAAN KODE WARNA
MERAH : Gawat darurat yaitu pasien dengan ancaman
kematian karena adanya gangguan ABC dan
hemodinamik.
KUNING : Darurat tidak gawat, yaitu pasien tidak ada
ancaman kematian segera tetapi ada ancaman
kecacatan karena adanya gangguan hemodinamik.
HIJAU : Tidak gawat, tidak darurat
HITAM : Meninggal
PRINSIP TRIAGE
1.
2.
3.
4.
5.
RESUSITASI CAIRAN
Primary survey
A = penilaian airway (jalan nafas)
B = penilaian breathing (pernafasan)
C = penilaian circulation (sirkulasi)
o Secondary survey
Ulangan dari :
A = penilaian airway
B = penilaian breathing
C = penilaian circulation
Ditambah :
D = disability/drug
E = EKG/ Exporuse
o
PRE HOSIPTAL
HOSPITAL
PENATALAKSANAAN
Mengatasi gangguan pernafasan
1. Membebaskan jalan nafas dan ventilasi paru-paru
2. Menilai pernafasan, apakah bernafas spontan atau tidak
3. Mempertahankan sirkulasi stabil
4. Tracheostomy, bila terjadi pendarahan jalan nafas bagian
atas, fraktur tulang, wajah atau trauma thorax
5. Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital
6. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai
terjadi hiperhidrasi
7. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya
decubitus
8. Mengelola pemberian obat sesuai dengan program
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
KOMPLIKASI
Edema serebral dan heniasi
Defisit neurologik dan psikologik
Komplikasi lain secara traumatik :
1. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka,
osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
2. Infeksi sistemik (pneumonia, ISK, sepsis)
3. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada
sendi-sendi)
PENANGANAN
Basket Strecher
Alat yang digunakan untuk memindahkan korban
dari daerah yg agak sulit dijangkau seperti jurang
(kedalaman) atau menurunkan korban dari tempat
tinggi (ketinggian).
Scoop Strecher
Alat yang digunakan untuk meminimalkan
movement atau gerak pada korban dalam
pengangkatan dan pemindahan korban yang diduga
mengalami cedera tulang belakang.
PENGKAJIAN TRAUMA
Pengkajian primer
Airway (jalan nafas) dengan kewaspadaan tulang servikal
Breathing (pernafasan)
Circulation (sirkulasi)
Deficit (pemeriksaan neurologic cepat).
Pengkajian sekunder
Expose (melepaskan semua pakaian dan Evakuasi (bila perlu)
Fahrenheit (pertahankan suhu tubuh)
Get (ukur semua tanda-tanda vital)
Head to-toe (periksaan dari kepala sampai kaki)
Inspect (inspeksi punggung)
ANALISA KASUS
Pemeriksaan fisik
GCS komposmentis
Trauma adanya cedera pada kepala dan thorax
DIAGNOSA 1
Defisit volume cairan yang berhubungan dengan
hemoragi
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan yang
optimal
Intervensi :
1. Penggantian volume sesuai instruksi kristaloid atau
koloid
2. Pertahankan potensi aliran IV
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
DIAGNOSA 2
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan
dengan trauma
Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
gejala infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital, suhu
2. Berikan antibiotik