Anda di halaman 1dari 33

Tri suryati

Ak 1.13.055

TRAUMA KECEKAAN LALU LINTAS

DEFINISI

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu


kejadian tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan semua
aktifitas yang telah diatur
(Sulaksomo,1997).
Trauma adalah cedera fisik atau
emosional. Secara medis, trauma
Mengacu pada cedera serius atau
kritis, luka, dan syok.

KLASIFIKASI KECELAKAAN LALU


LINTAS

Klasifikasi kecelakaan pada dasarnya dibuat berdasarkan


tingkat keparahan korban, dengan demikian kecelakaan
lalu lintas dibagi menjadi 4 :
1. Klasifikasi berat (fatality accident), apabila terdapat
korban yang mati (meskipun hanya satu orang) dengan
atau korban luka-luka berat.
2. Klasifikasi sedang,apabila tidak korban yang mati namun
dijumpai sekurang-kurangnya satu orang yang mengalami
luka-luka berat.
3. Klasifikasi ringan ,apabila tidak terdapat korban mati dan
luka-luka berat,dan hanya dijumpai korban yang luka
ringan saja.
4. Klasifikasi lain-lain (kecelakaan dengan kerugian materi
saja), yaitu apabila tidak ada manusia yang menjadi
korban, hanya berupa kerugian materi saja baik berupa
kerusakan kendaraan, jalan, jembatan, atau fasilitas

KLASIFIKASI TRAUMA
Mekanisme : berdasarkan adanya
penetrasi durameter.
Trauma tumpul :
. Kecepatan tinggi (tabrakan mobil,
tabrakan motor)
. Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
Trauma tembus : luka tembus peluru
atau benda tajam
1.

Keparahan cedera
ringan : GCS 14-15
sedang : GCS 9-13
Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
o Fraktur kranium/ tulang tengkorak
Fx linier, fx depresi, fx comunited, fx
stelanum, fx basis
o Lesi intrakranial :
Epidural, subdural, subarachnoid, serebral.

MEKANISME TRAUMA
Akselerasi
Bila kepala yang bergerak ke suatu arah atau kepala sedang
dalam keadaan tidak bergerak, tiba-tiba mendapat gaya yang
kuat searah dengan gerakan kepala maka kepala akan
mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut. Mulamula tulang tengkorak yang bergerak lebih cepat, jaringan
otak masih diam, kemudian jaringan otak ikut bergerak kearah
yang sama. Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu
yang sangat singkat. Pada peristiwa ini terjadi gesekan antara
jaringan otak dan dasar terngkorak serta terjadi benturan
antara jaringan otak dan dinding tengkorak.
Mekanisme akselarasi dapat menyebabkan luka/robekan/
laserasi pada bagian bawah jaringan otak dan memar pada
jaringan otak serta putusnya vena-vena kecil yang berajalan
dari permukaan otak kedurameter (Bridging veins)

Deselerasi
Bila kepala bergerak dengan cepat kesatu arah tibatiba dihentikan oleh suatu benda, misalnya kepala
menabrak tembok maka kepala tiba-tiba akan terhenti
gerakannya. Kepala mengalami deselerasi
(perlambatan secara mendadak).
Mula-mula tengkorak akan terhenti gerakannya,
jaringan otak masih bergerak kemudian jaringan otak
terhenti gerakannya karena menabrak tengkorak.
Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu yang
sangat singkat. Mekanisme deselerasi dapat
menyebabkan kelainan serupa seperti pada mekanisme
akselerasi.

PENILAIAN GCS
Eye
4 = membuka mata dengan spontan
3 = membuka mata dengan ransang suara ( pasien untuk membuka mata )
2 = membuka mata dengan rangsang nyeri ( berikan rangsang nyeri ,
seperti menekan jari tangan maupun kaki )
1 = tidak ada respon
Verbal
5 = bicara dengan jelas
4 = bicara ngacau
3 = hanya dengan kata-kata saja
2 = hanya menggeram
1 = tidak ada respon

NEXT...
Motorik
6 = mengikuti apa yang diperintah
5 = melokalisir bagian nyeri ( menjauh / menjangkay stimulus dari
stimulus saat diberi rangsangan nyeri )
4 = mensrik dari nyeri ( menarik tubuh dari nyeri menjauhi stimulus saat
diberi rangsangan nyeri )
3 = fleksi abnormal ( kedua tangan maupun satu tangan posisi kaku keatas
dada serta kaki jika diberi rangsangan nyeri )
2 = extrensi abnormal kedua maupun satu tangan ekstensi di sisi tubuh
dengan jari mengepal serta kaku ekstensi jika di berikan rangsangan nyeri )
1 = tidak merespon

KETERANGAN GCS
E + V + M = 3s/d 15
Nilai maksimal GCS adalah 15. sedangkan nilai minimal
gcs adalah 3
Penjumlahan nilai respon merupakan assesment tingkat
ketegori ketidaksadaran pasien :
Ringan : 13 15
Moderat : 9 12
Berat : 3 8
Koma : nilai < 8

TRIAGE

Tindakan untuk mengelompokan penderita


berdasarkan pada beratnya cedera yang
berdasarkan pada ada tidak nya gangguan pada

Airway ( jalan nafas )


Breathing ( pernafasan )
Circulation ( sirkulasi )
Disability ( kondisi neurologis )
Exposure / enviromentu

KLASIFIKASI TRIAGE
Tindakan melakukan seleksi atau memilah-milih korban
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya untuk
memperoleh prioritas tindakan.
PENGGUNAAN KODE WARNA
MERAH : Gawat darurat yaitu pasien dengan ancaman
kematian karena adanya gangguan ABC dan
hemodinamik.
KUNING : Darurat tidak gawat, yaitu pasien tidak ada
ancaman kematian segera tetapi ada ancaman
kecacatan karena adanya gangguan hemodinamik.
HIJAU : Tidak gawat, tidak darurat
HITAM : Meninggal

PRINSIP TRIAGE
1.
2.
3.
4.
5.

Segera dan tepat waktu


Pengkajian adekuat dan akurat
Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Intervensi sesuai kondisi
Tercapainya kepuasan pasien

RESUSITASI CAIRAN

KESEIMBANGAN CAIRAN KELUAR

PENILAIAN PASIEN GAWAT DARURAT

Primary survey : lakukan pemeriksaan terhadap


adanya ancaman kematian segera ( gangguan
jalan nafas, gangguan ventilasi dan gangguan
sirkulasi) tanpa dukungan dan alat bantu
diagnostik (hanya look, listen, feel) maupun
dengan alat bantu apabila tersedia.
Secondary survey : pemeriksaan ulang
terhadapa ancaman kematian segera (gangguan
jalan nafas, gangguan ventilasi dan gangguan
sirkulasi) dengan alat bantu apabila tersedia.

Primary survey
A = penilaian airway (jalan nafas)
B = penilaian breathing (pernafasan)
C = penilaian circulation (sirkulasi)
o Secondary survey
Ulangan dari :
A = penilaian airway
B = penilaian breathing
C = penilaian circulation
Ditambah :
D = disability/drug
E = EKG/ Exporuse
o

PRE HOSIPTAL

Fase pra rumah sakit dan / pre hospital. Dimana


seluruh penanganan penderita berlangsung dalam
koordinasi dengan dokter di rumah sakit, harus ada
koordinasi yang baik antara dokter dirumah sakit
dengan petugas lapangan sehingga rumah sakit
dapat mempersiapkan diri. Pada fase ini
dititikberatkan pada stabilisasi pasien yang
menyangkut penjagaan jalan nafas, kontrol
pendarahan dan syok, immobilisasi pasien dan
transport pasien. Waktu di tempat kejadian ( scene
time) yang lama harus dihindari. Selain itu juga
penting untuk mengumpulkan keterangan yang nanti
di butuhkan di rumah sakit. Seperti waktu kejadian,
mekanisme kejadia, serta riwayat penderita sehingga
dapat di tentukan jenis dan berat dari trauma

HOSPITAL

Fase rumah sakit / hospital dimana dilakukan persiapan


untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan
resusitasi dengan cepat. Perlu dilakukan perencanaan
sebelum penderita tiba,sebaiknya ada ruangan khusus
resusitasi serta perlengkapan airway (Laringoskop,
endotracheal tube) yang sudah dipersiapkan. Selain itu
dipersiapkan cairan kristaloid ( RL ), perlengkapan
monitoring serta tenaga laboratoriun dan radiologi.
Tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus
dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit
menular dengan cara menggunakan APD ( masker/ face
mask,proteksi mata, baju kedap air, sepatu dan sarung
tangan kedap air.

PENATALAKSANAAN
Mengatasi gangguan pernafasan
1. Membebaskan jalan nafas dan ventilasi paru-paru
2. Menilai pernafasan, apakah bernafas spontan atau tidak
3. Mempertahankan sirkulasi stabil
4. Tracheostomy, bila terjadi pendarahan jalan nafas bagian
atas, fraktur tulang, wajah atau trauma thorax
5. Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital
6. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai
terjadi hiperhidrasi
7. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya
decubitus
8. Mengelola pemberian obat sesuai dengan program

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboatorium : analisa gas darah, RFT,


DL, Elektrolit
X-ray tengkorak/ Ro skull
CT-Scan kepala
Angiografi
Pemeriksaan neurologist

KOMPLIKASI
Edema serebral dan heniasi
Defisit neurologik dan psikologik
Komplikasi lain secara traumatik :
1. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka,
osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
2. Infeksi sistemik (pneumonia, ISK, sepsis)
3. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada
sendi-sendi)

PENANGANAN

Baringkan korban dalam posisi terlentang


Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang
yang menghambat pernafasan
Beri udara segar
Periksa kemungkinan cedera lain
Selimuti korban
Korban diistirahatkan beberapa saat
Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi
stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


Adapun beberapa alat pelindung diri (APD) dan
peralatan yang digunakan terhadap pertolongan
pertama pada kecelakaan, yaitu sebagai berikut :
a. Sarung tangan lateks
b. Masker
c. Tensimeter dan stetoskop
c. Oksigen
d. Peralatan stabilitas : bidai, papan spinal
e. Cairan antiseptik
f. Penutup luka : kasa steril, bantalan kasa
g. Infus set
h. Collar neck
i. Head immobilize

Basket Strecher
Alat yang digunakan untuk memindahkan korban
dari daerah yg agak sulit dijangkau seperti jurang
(kedalaman) atau menurunkan korban dari tempat
tinggi (ketinggian).

Long Spine Board (LSB)


Alat yang digunakan untuk memindahkan dan
mengangkat korban yg diduga mendapat cedera
tulang belakang.

Scoop Strecher
Alat yang digunakan untuk meminimalkan
movement atau gerak pada korban dalam
pengangkatan dan pemindahan korban yang diduga
mengalami cedera tulang belakang.

PENGKAJIAN TRAUMA
Pengkajian primer
Airway (jalan nafas) dengan kewaspadaan tulang servikal
Breathing (pernafasan)
Circulation (sirkulasi)
Deficit (pemeriksaan neurologic cepat).
Pengkajian sekunder
Expose (melepaskan semua pakaian dan Evakuasi (bila perlu)
Fahrenheit (pertahankan suhu tubuh)
Get (ukur semua tanda-tanda vital)
Head to-toe (periksaan dari kepala sampai kaki)
Inspect (inspeksi punggung)

ANALISA KASUS

Pemeriksaan fisik
GCS komposmentis
Trauma adanya cedera pada kepala dan thorax

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GADAR


Pengkajian
Ringkas, sistematis, mudah dimengerti sesuai prinsip
primary dan secondary survey
Diagnosa keperawatan
Permasalah yang mengancam jiwa, kondisi
kegawatdaruratan
Rencana keperawatan
Mengarah pada life saving dan pencegahan kecacatan
Implementasi keperawatan
Cepat, tepat, cekatan, terampil sesuai prioritas
keperawatan

DIAGNOSA 1
Defisit volume cairan yang berhubungan dengan
hemoragi
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan yang
optimal
Intervensi :
1. Penggantian volume sesuai instruksi kristaloid atau
koloid
2. Pertahankan potensi aliran IV
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

DIAGNOSA 2
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan
dengan trauma
Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
gejala infeksi
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital, suhu
2. Berikan antibiotik

Anda mungkin juga menyukai