Anda di halaman 1dari 18

HETEROSEXUALITY

Richard Dyer

MENGAPA HARUS MEMBAHAS


HETEROSEKSUALITAS DALAM KAJIAN GAY
DAN LESBIAN?
Karena heterseksualitas dianggap sebagai alamiah dan benar.
Anggapan ini mengopresi gay dan lesbian dan oleh karenanya
anggapan ini berusaha untuk ditolak.
Kalau bukan gay dan lesbian yang melakukannya tidak mungkin
ada, apalagi hetereseksual yang sudah nyaman dalam posisinya
yang dianggap benar.
Karena gay dan lesbian berada di luar heteroseksualitas, gay dan
lesbian dapat melihat bahwa ini adalah hal yang lurus dan sempit.

(ADA APA DENGAN)


KATEGORI SEKSUALITAS
Kategori seksualitas (homo, hetero, bi) merupakan sistem
klasifikasi yang bersifat kultural dan historis.
Dua hal untuk membedakannya:
1. Fakta tentang penglasifikasian itu memperlihatkan kegilaan
masyarakat Barat untuk mengotak-ngotakkan dan mendiskriminasi.
2. Sistem klasifikasi ini bukan menglasifikasikan tindakan
melainkan menglasifikasikan psikologi dan bentuk-bentuk hasrat.
Jadi, heteroseksualitas bukan hubungan seksual antara laki-laki
perempuan melainkan hasrat kepada hubungan seksual tersebut
dan atau fakta bahwa seseorang diidentifikasi oleh hasrat untuk itu.

MENGAPA PADA MASA SEBELUMNYA


KAJIAN HETEROSEKSUALITAS
DIABAIKAN?
Karena dulu homoseksualitas ditolak, dimarjinalisasikan, dan
direndahkan sebagian besar bidang ilmu, tugas utama Kajian Gay
dan Lesbian adalah untuk mengungkap, mempromosikan, dan
merayakan homoseksualitas.
Karena adanya kekhawatiran jika mengkaji heteroseksualitas, maka
ada nila-nilai heteronormativitas yang masuk ke dalam kajian
homoseksualitas, sehingga jadi melemahkan kepentingan
pengadaan kajian gay dan lesbian itu sendiri.
Karena adanya kesibukan dari cendekiawan kajian gay dan lesbian
untuk menjawab enigma besar: Mengapa ada orang yang
homoseksual? atau Mengapa ada orang yang tidak
heteroseksual?

Pergerakan lesbian dan gay membangun kesadaran bahwa


meskipun homoseksualitas bukanlah yang dianggap sebagai
sebuah norma, ini normal bagi mereka.
Ketika homoseksualitas dinggap sebagai sebuah kenormalan, maka
tidak ada seksualitas yang bisa menjadi satu-satunya norma.
Akibatnya, heteroseksualitas bisa dijadikan praktik mayoritas, bisa
berperan seolah ia adalah satu-satunya norma, tetapi ia
sebenarnya merupakan entitas yang perlu penggambaran dan
penjelasan.

Homoseksualitas itu tidak tetap. (Lihat serial the L Word sebagai


rujukan keberagaman seksualitas)

Heteroseksualitas dalam rangka hubungan seks laki-laki dan


perempuan adalah normatif, meskipun dibatasi secara kultural dan
historis.
Heteroseksualitas tampak sebagai sarana yang memungkinkan
manusia berprokreasi, sehingga membuatnya tampak alami, tidak
tergantikan, dan normal.
Kenormalan mendefinisikan dan mengopresi apa-apa yang
dianggap tidak normal.
Kajian gay dan lesbian memungkinkan untuk membuat
heteroseksualitas menjadi aneh.

5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
1. Perbedaan adalah inti dari pilihan objek seksual
Heteroseksualitas selalu mencakup ketertarikan dan hubungan seks
antara dua orang yang dibedakan oleh satu kategori: gender.
Selain gender, aspek lain (kelas, ras, kebangsaaan, usia, dll)
biasanya dipilih yang mirip.

5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
2. Perbedaan dikonseptualisasikan sebagai keberlawanan
Heteroseksualitas diposisikan dalam pembedaan gender femininitas
: maskuliitas, maskulin aktif : feminin pasif, penis : vagina. Semua
keberlawanan ini yang dianggap pantas dan sempurna dalam
hubungan manusia.

5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
3. Perbedaan adalah sebenarnya ketidakseimbangan kuasa
Di dalam hubungan seksual, ada perbedaan kuasa antara laki-laki
dan perempuan, yakni dominasi laki-laki dan subordinasi
perempuan. Ketidakseimbangan kuasa ini dirayakan di banyak teks,
mulai dari karya sastra hingga film. Seringnya, hasrat terhadap
hubungan lawan jenis sebenarnya hanya merupakan kedok dari
ketidakseimbangan kuasa yang dierotisisasi.

5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
4. Seksualitas berhubungan dengan prokreasi
Hubungan seks antara penis-vagina memang memungkinkan
adanya prokereasi, namun itu bukan kemestian. Hubungan seks
heteroseksual dianggap sebagai sarana yang paling umum untuk
berreproduksi, yang menurut banyak tradisi moral maupun agama
merupakan tujuan dari seksualitas.

5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
5. Praktik seksual merupakan afirmasi identitas seseorang untuk
dikatakan normal
Heteroseksualitas (hubungan seks laki-laki-perempuan) secara
statistik adalah praktik seksual yang paling banyak dilakukan dan
hampir pasti dianggap sebagain besar orang sebagai norma. Hasrat
menjadi normal dan tekanan dari sekitar sangatlah kuat. Orientasi
seksual dalam masyarakat Barat contohnya, dianggap sebagai
salah satu unsur penting yang membentuk identitas.

AWAL KAJIAN GAY DAN


LESBIAN
Tantangan politis terhadap anggapan heteroseksualitas sebagai
norma menandai langkah pertama dalam perkembangan kritik
lesbian (dan gay) terhadap heteroseksualitas.
Teori lesbian lah yang pertama kali melakukan proyek intelektual
dan politis untuk menyingkapkan keanehan heteroseksualitas.
Tulisan pada tahun 1980-an dari feminis radikal yang mempelopori:
Compulsory Heterosexuality and Lesbian Existance karya
Adrienne Rich dan The Straight Man karya Monique Wittig.
Kedua teks mendedahkan heteroseksualitas sebagai hal yang
dipaksakan kepada perempuan di dalam kepentingan laki-laki.

PANDANGAN RICH DAN WITTIG


SEBAGAIMANA DITUNJUKKAN DYER
Rich
Compulsory heterosexuality: Jika heteroseksualitas itu alami,
lantas mengapa terlalu besar upaya pemaksaan untuk
mempromosikannya, serta pemberlakuan ancaman dan hukuman
yang keras untuk pihak yang tidak mempraktikkannya?
Wittig
The straight mind: Anggapan heteroseksualitas sebenarnya
dibangun ke dalam pemikiran Barat. Benak atau pemikiran yang
hetero (straight mind) percaya bahwa hanya dialah yang dapat
memahami dunia lewat keuniversalan dan pembedaannya, yang oleh
karenanya mengopresi seluruh keberagaman di luar itu.
Sebagaimana ditunjukkan Dyer

SEJARAH
HETEROSESKUALITAS
The Invention of Heterosexuality karya Jonathan Ned Katz:
Sebelum abad ke-19, hubungan seks antara laki-laki dan perempuan
dilakukan bukan atas dasar hasrat, melainkan kebutuhan untuk
melangsungkan kehidupan dengan menghasilkan keturunan. Pada
masa ini, belum ada istilah heteroseksualitas.
Baru pada akhir abad ke-19, istilah heteroseksualitas muncul lewat
seorang seksolog bernama Richard von Krafft-Ebbing yang
menyatakan heteroseksualitas sebagai sebuah bentuk hasrat yang
didasarkan pada oposisi aktif (laki-laki) dan pasif (perempuan).
Selama abad ke-20 pandangan ini kemudian diperkuat sehingga
dianggap sebagai norma, sampai kemudian ditentang pergerakan gay
dan lesbian.
Sebagaimana ditunjukkan Dyer

INDIVIDU VS MASYARAKAT
Sejarah heteroseksualitas mengindikasikan bahwasannya manusia
memiliki kendali terhadap orientasi seksual manusia.
Sebagai individu, seseorang melakukan suatu tindakan seringkali di
dalam batasan konteks tentang tindakan tersebut, yang pada intinya
makna dan rasa dari tindakan tersebut diatur oleh cultural sense.
Bagaimanapun, apa-apa yang berterima di dalam konteks budaya
berarti hasil konstruksi manusia. Seorang individu lahir ke dalam
konstruk yang sudah dari sananya itu.
Itulah yang membuat heteroseksualitas dirasakan sebagai sesuatu
yang natural, oleh karenanya perlu di-denaturalisasi-kan.

DENARTURALIZING
HETEROSEXUALITY
Men-denaturalisasi heteroseksualitas tidak hanya menggoyahkan
heteroseksualitas, namun juga membentuk dasar pemahaman tentang
budaya dan masyarakat kontemporer.
Heterosexual matrix (Judith Butler): sebuah model diskursif hegemonis
tentang cara mengenali gender yang berasumsi bahwa tubuh baru
dapat dipahami jika ada sebuah jenis kelamin stabil yang diekspresikan
melalui gender yang stabil pula (maskulin untuk laki-laki, feminin untuk
perempuan) yang didefenisikan melalui praktik heteroseksualitas.
Heterseksualitas, menurut Butler, adalah pertunjukkan dan imitasi
terhadap apa-apa yang dianggap mengonstitusi heteroseksualitas.
Namun, tidak ada yang asli dan asali dalam imitasi itu, maka dari itu
heteroseksualitas tidak pernah alami sebenarnya.
Sebagaimana ditunjukkan Dyer

EFEK DENATURALIZING
HETEROSEXUALITY TERHADAP RAS
Pemahaman kita terhadap ras dipengaruhi pandangan
heteroseksualitas.
Ras adalah salah satu cara mengkategorisasikan tubuh. Tubuh ber-ras
perlu menghasilkan keturunan untuk melanggengkan kemurnian
rasnya. Pandangan heteroseksualitas yang dibangun di atas oposisi
dan ketidakseimbangan kuasa membuat hubungan antar-ras tampak
menyimpang.
Meninggalkan anggapan heteroseksualitas sebagai yang normatif
akan membantu melunturkan pandangan rasis tersebut.
Selain masalah ras, lesbian, dan gay, men-denaturalisasi
heteroseskualitas juga dapat menuntun kepada pemahaman dan
penerimaan terhadap hal-hal lain di luar itu.

Anda mungkin juga menyukai