Richard Dyer
5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
1. Perbedaan adalah inti dari pilihan objek seksual
Heteroseksualitas selalu mencakup ketertarikan dan hubungan seks
antara dua orang yang dibedakan oleh satu kategori: gender.
Selain gender, aspek lain (kelas, ras, kebangsaaan, usia, dll)
biasanya dipilih yang mirip.
5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
2. Perbedaan dikonseptualisasikan sebagai keberlawanan
Heteroseksualitas diposisikan dalam pembedaan gender femininitas
: maskuliitas, maskulin aktif : feminin pasif, penis : vagina. Semua
keberlawanan ini yang dianggap pantas dan sempurna dalam
hubungan manusia.
5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
3. Perbedaan adalah sebenarnya ketidakseimbangan kuasa
Di dalam hubungan seksual, ada perbedaan kuasa antara laki-laki
dan perempuan, yakni dominasi laki-laki dan subordinasi
perempuan. Ketidakseimbangan kuasa ini dirayakan di banyak teks,
mulai dari karya sastra hingga film. Seringnya, hasrat terhadap
hubungan lawan jenis sebenarnya hanya merupakan kedok dari
ketidakseimbangan kuasa yang dierotisisasi.
5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
4. Seksualitas berhubungan dengan prokreasi
Hubungan seks antara penis-vagina memang memungkinkan
adanya prokereasi, namun itu bukan kemestian. Hubungan seks
heteroseksual dianggap sebagai sarana yang paling umum untuk
berreproduksi, yang menurut banyak tradisi moral maupun agama
merupakan tujuan dari seksualitas.
5 KARAKTERISIK
HETEROSEKSUALITAS
5. Praktik seksual merupakan afirmasi identitas seseorang untuk
dikatakan normal
Heteroseksualitas (hubungan seks laki-laki-perempuan) secara
statistik adalah praktik seksual yang paling banyak dilakukan dan
hampir pasti dianggap sebagain besar orang sebagai norma. Hasrat
menjadi normal dan tekanan dari sekitar sangatlah kuat. Orientasi
seksual dalam masyarakat Barat contohnya, dianggap sebagai
salah satu unsur penting yang membentuk identitas.
SEJARAH
HETEROSESKUALITAS
The Invention of Heterosexuality karya Jonathan Ned Katz:
Sebelum abad ke-19, hubungan seks antara laki-laki dan perempuan
dilakukan bukan atas dasar hasrat, melainkan kebutuhan untuk
melangsungkan kehidupan dengan menghasilkan keturunan. Pada
masa ini, belum ada istilah heteroseksualitas.
Baru pada akhir abad ke-19, istilah heteroseksualitas muncul lewat
seorang seksolog bernama Richard von Krafft-Ebbing yang
menyatakan heteroseksualitas sebagai sebuah bentuk hasrat yang
didasarkan pada oposisi aktif (laki-laki) dan pasif (perempuan).
Selama abad ke-20 pandangan ini kemudian diperkuat sehingga
dianggap sebagai norma, sampai kemudian ditentang pergerakan gay
dan lesbian.
Sebagaimana ditunjukkan Dyer
INDIVIDU VS MASYARAKAT
Sejarah heteroseksualitas mengindikasikan bahwasannya manusia
memiliki kendali terhadap orientasi seksual manusia.
Sebagai individu, seseorang melakukan suatu tindakan seringkali di
dalam batasan konteks tentang tindakan tersebut, yang pada intinya
makna dan rasa dari tindakan tersebut diatur oleh cultural sense.
Bagaimanapun, apa-apa yang berterima di dalam konteks budaya
berarti hasil konstruksi manusia. Seorang individu lahir ke dalam
konstruk yang sudah dari sananya itu.
Itulah yang membuat heteroseksualitas dirasakan sebagai sesuatu
yang natural, oleh karenanya perlu di-denaturalisasi-kan.
DENARTURALIZING
HETEROSEXUALITY
Men-denaturalisasi heteroseksualitas tidak hanya menggoyahkan
heteroseksualitas, namun juga membentuk dasar pemahaman tentang
budaya dan masyarakat kontemporer.
Heterosexual matrix (Judith Butler): sebuah model diskursif hegemonis
tentang cara mengenali gender yang berasumsi bahwa tubuh baru
dapat dipahami jika ada sebuah jenis kelamin stabil yang diekspresikan
melalui gender yang stabil pula (maskulin untuk laki-laki, feminin untuk
perempuan) yang didefenisikan melalui praktik heteroseksualitas.
Heterseksualitas, menurut Butler, adalah pertunjukkan dan imitasi
terhadap apa-apa yang dianggap mengonstitusi heteroseksualitas.
Namun, tidak ada yang asli dan asali dalam imitasi itu, maka dari itu
heteroseksualitas tidak pernah alami sebenarnya.
Sebagaimana ditunjukkan Dyer
EFEK DENATURALIZING
HETEROSEXUALITY TERHADAP RAS
Pemahaman kita terhadap ras dipengaruhi pandangan
heteroseksualitas.
Ras adalah salah satu cara mengkategorisasikan tubuh. Tubuh ber-ras
perlu menghasilkan keturunan untuk melanggengkan kemurnian
rasnya. Pandangan heteroseksualitas yang dibangun di atas oposisi
dan ketidakseimbangan kuasa membuat hubungan antar-ras tampak
menyimpang.
Meninggalkan anggapan heteroseksualitas sebagai yang normatif
akan membantu melunturkan pandangan rasis tersebut.
Selain masalah ras, lesbian, dan gay, men-denaturalisasi
heteroseskualitas juga dapat menuntun kepada pemahaman dan
penerimaan terhadap hal-hal lain di luar itu.