Anda di halaman 1dari 17

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM MENCEGAH DAN MENANGKAL


RADIKALISME DI KOTA JAMBI
Oleh
Dr. Elita Rahmi.,SH.,MH
Dosen Fakultas Hukum
Universitas Jambi
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan UNJA

Kamis, 24 Desember 2015

CV
SINGKAT
Nama : Dr. Elita

Rahmi., SH., MH

Pendidikan :
S-1 UNJA Fakultas Hukum
S-2 UNPAD
S-3 UNPAD
Status : Berkeluarga

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


MENCEGAH DAN MENANGKAL RADIKALISME DI
KOTA JAMBI

Radikalisme
(Radicalism)
Paham / aliran yang radikal dalam politik.
Paham / aliran yang menginginkan perubahan/
pembaharuan sosial dan politik dengan cara yang
drastis, atau kalau perlu dengan kekerasan.
Sikap ekstrim dalam aliran politik.
Kegiatan yang bertujuan merubah sistem sosial
politik secara drastis.

Kriteria
Radikal

Kelompok
yang
mempunyai
keyakinan ideologi tinggi dan fanatik
yang mereka perjuangkan untuk
menggantikan tatanan nilai dan
sistem yang berlaku.
Dalam
kegiatannya
sering
menggunakan aksi-aksi kekerasan,
dan
bahkan
kasar,
terhadap
kelompok masyarakat lainnya yang
dianggap bertentangan dengan
keyakinan mereka.
Secara sosio-kultural dan sosioreligius, mereka mempunyai ikatan
kelompok
yang
kuat
dan
menampilkan ciri-ciri penampilan diri
dan ritual yang khas.

Radikalisme
Statis

RADIKALISME

Radikalisme
Destruktif

Pemikiran
radikal yg lbh
bersifat
gagasan, tdk
dlm bentuk
aksi
nyata
Radikalisme
kekerasan yg
merusak,
gunakan
metode
kekerasan dlm
wujudkan
tujuan yg dicitacitakan

Sidney Jones menyatakan :


radikalisme lebih terbuka pada era sekarang, tetapi
bibit-bibit radikalisme tertanam pada mereka yang
melawan rejim represif Soeharto.
Contohnya, radikalisme pada masa Orde Baru terjadi
pada peristiwa Tanjung Priok 1984. Para Pelaku
radikalisme berangkat ke Afganistan untuk ikut
berperang melawan Uni Sovyet pada masa itu,
sekaligus dipersiapkan untuk melawan rejim represif
Soeharto.
Kaum radikal memandang dunia secara hitam putih,
dan menganggap mereka yang paling benar.

Sifat Radikalisme diwujudkan


dengan cara :
a.Kekerasan (violent)
b.Tanpa kekerasan (nonviolent)

Penyebab
Timbulnya
Radikalisme
/
Ekstrimisme

dan kekecewaan akibat tata sosioekonomis dan sosio-politis, yang


sifatnya :
a. Diskualifikatif, dicirikan dengan
sulitnya mendapatkan akses ke dunia
kerja
akibat
ketidak
mampuan
bersaing
karena
rendahnya
keterampilan dan pendidikan;
b. Dislokasi sosial-ekonomis, dalam
bentuk termarginalisasikannya kaum
miskin dari sumber daya ekonomi,
sosial, dan kultural;
c. Deprivasi
sosio-politis,
dapat
berupa
proses
pemiskinan
masyarakat kelas bawah, lebih besar
melalui lembaga-lembaga ekonomi
yang sifatnya monopolitik, adanya
konglomerasi dan masuknya modal
asing yang berkolusi dengan elit

Muncul radikalisasi individual /


kelompok di Asia yang
mengatasnamakan :
- Ideologi perubahan atau keyakinan teokratis,
- dengan tafsir sempit, miopik, dan sepihak.
- yang secara radikal dan brutal justru
disalahgunakan untuk melakukan perbuatanperbuatan radikal dan ekstrim.
Perbuatan radikal dan ekstrim inilah yang
akhir-akhir ini dinamai dengan teror /
terorisme.

Radikalisme yang diwujudkan melalui cara-cara


kekerasan (terorisme), yang berarti menakutinakuti (to terrify) atau Terrere (Bahasa Latin) yang
berarti menimbulkan rasa gemetar atau cemas,
atau Irhab (Bahasa Arab) yang berarti intimedasi
atau Khaafa (Bahara Arab) yang berarti takut.
Pada awalnya terorisme mempunyai konotasi positif,
yaitu dipergunakan oleh negara / pemerintah untuk
menegakkan gagasan dan cita-cita demokrasi pada
masa Revolusi Perancis (1793-1794), guna meredam
kekacauan
dan
pemberontakan
rakyat,
yang
mencirikan bahwa kegiatan rejim tersebut bersifat
terorganisasi, deliberate, dan sistematis, dan
bertujuanuntuk menggantikan sistem yang korup dan
tidak demokratis. Rejim Perancis setelah Revolusi ini
disebut Republik de la terreur (Republik Teror) di
bawah Pimpinan Robespierre.

Radikalisme /
Fundamentalism
e / Ekstrimisme Terorism
e

Dilakukan dengan
keyakinan, motif,
tujuan, dan latar
belakang politik (motif
altruistik politik)

Political Crime /
Political Offence

Secara

sadar
menentang
dan
melawan
tertib
hukum,
tertib
politik, dan tertib
sosial yang berlaku

Mengharapkan
konsekuensi
politik
sesuai dengan yang
diyakininya.

Radikalis
Penanggulangan
me radikalisme
dan mekanisme
secara hati-hati.

hukum

melalui sarana
harus dilakukan

Karena proses kriminalisasi yang tanpa


memilah-milah, justru akan mendatangkan
keresahan sosial (social unrest).
Oleh karena itu, persoalan antara demokrasi/
kebebasan (liberty) dengan keamanan rakyat
(security) harus perlu dijaga harmonisasinya

Dalam negara demokrasi, radikalisme dapat menjadi


faktor krimininogen, manakala ide/cita/nilai yang
diyakininya diwujudkan melalui cara-cara kekerasan
dan cara-cara yang melawan hukum (misalnya melalui
terorisme dan pemberontakan)
Pengaturan hukum terhadap bahaya radikalisme,
terutama
yang
diwujudkan
melalui
cara-cara
kekerasan dan melawan hukum, menjadi relevan
manakala pengaturan dimaksud bertujuan untuk
melindungi keamanan dan perdamaian umat manusia
(human security).
Sehingga penggunaan kekerasan dalam mewujudkan
radikalisme melalui terorisme, dipandang sebagai
suatu
extra-ordinary
crime
yang
harus
ditanggulangi secara extra-ordinary measures,
dikarenakan cara-cara memperjuangkan keyakinan
dan ideologi politik seperti ini dipandang sebagai
hostes humanis generis (musuh umat manusia).

Pro Kontra
Terhadap Kriminologi Radikalisme

Offender
Oriented
(Perlindungan
HAM pelaku)
Penanggulangan radikalisme
tidak cukup hanya sekadar
melalui kriminalisasi yang
bersifat kebijakan penal
(pemidanaan), tapi perlu dicari
upaya lain yang bersifat nonpenal (non pidana)

Victim Oriented
(Perlindungan Korban)
Bersifat massal - random

Perlindungan
terhadap
ancaman :
Hak untuk hidup
Bebas dari rasa takut
Kebebasan demokrasi
Integritas teritorial
Keamanan nasional

Stabilitas pemerintahan
yang sah
Pembangunan
Ketertiban umum

Harmoni
trhadap
perdamaian internasional

REALITAS TERORISME
(INDONESIA)
I. Mulai dari :
Konflik Komunal (Sectarian) di Ambon dan
Poso , 1999 s.d 2000;
Bom Natal di 10 kota besar , 2000;
Bom Bali I, 2002;
Bom J.W. Marriot I, 2003;
Bom Kedubes Australia, 2004;
Bom Bali II, 2005
Bom J.W. Marriot II dan Ritzt Carlton,
2009.
Rencana aksi teror bom Pok Jati Asih;
(target Presiden RI, 2009)

15

Deradikalisa
si
Pencerahan Sosial

Social Policy

Soft-Approach

Upaya
strategis
untuk
memangkas seluruh jalur dan
variabel yang dapat dipandang
sebagai stimulan munculnya
radikalisme.

Pemahaman akan
Kebhinekaan /
Keberagaman

ANCAMAN RADIKALISME
TERHADAP PELAJAR DAN
UPAYA YANG DAPAT DI
LAKUKAN PENDIDIK
UNTUK
MENANGGULANGINYA

VIDEO

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai