Anda di halaman 1dari 60

PENGELOLAAN SAMPAH B3

RUMAHTANGGA

Dr. Iswanto, M.Kes.


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Email: iswanto.3r@gmail.com

B3 (BAHAN BERBAHAYA
BERACUN)
Yaitu zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
(UU No. 32 Tahun 2009)

LIMBAH B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3
(PP No. 101 Tahun 2014)

KARAKTERISTIK LIMBAH B3
mudah meledak, mudah
menyala, reaktif, infeksius,
korosif, dan/atau beracun

SAMPAH B3
RUMAHTANGGA
Sisa produk-produk keperluan
rumahtangga yang mengandung
bahan-bahan yang bersifat
mudah meledak, mudah
menyala, korosif, infeksius,
reaktif dan atau beracun.

SB3-RT MUDAH
MELEDAK (EXPLOSIVE)
1. Apabila pada suhu dan
tekanan standar yaitu 25oC
atau 760 mmHg dapat
meledak, atau melalui reaksi
kimia dan/atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya.
2. Contoh: kaleng aerosol

SB3-RT MUDAH
MENYALA (IGNITABLE)
1. untuk limbah cairan yang mengandung alkohol
kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala
tidak lebih dari 60oC atau 140oF akan menyala jika
terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg,
dan/atau
2. untuk limbah yang bukan cairan, jika pada
temperatur dan tekanan standar yaitu 25oC atau
760 mmHg mudah menyala melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat menyebabkan
nyala terus menerus.
3. Contoh : korek api gas, kemasan tiner cat, kemasa

SB3-RT REAKTIF
(REACTIVE)
1. limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan
dapat menyebabkan perubahan tanpa ledakan,
misalnya terbentuk gelembung gas, asap, dan
perubahan warna,
2. limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap,
atau asap yang dapat diketahui secara langsung
tanpa melalui pengujian di laboratorium, dan/atau
3. berupa limbah sianida, sulfida yang pada kondisi
pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas,
uap, atau asap beracun.
4. Contoh : baterai, kemasan bahan kimia yang
mengandung klorin, amonia, asam/basa,

SB3-RT INFEKSIUS
(INFECTIOUS)
1. apabila terkontaminasi organisme
patogen yang dalam jumlah dan
virulensi yang cukup dapat menularkan
penyakit pada manusia yang rentan.
2. Jenis SB3-RT infeksius antara lain jarum
suntik bekas, popok penderita penyakit
menular intestinal, kapas/tisue yang
mengandung sputum dari penderita
penyakit menular.

SB3-RT KOROSIF
(CORROSIVE)

1. Memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat


yaitu limbah yang memiliki pH 2 (asam),
pH 12,5 (basa), dan/atau limbah yang
dapat menyebabkan iritasi yang ditandai
adanya kemerahan atau eritema dan
pembengkakan
2. Contoh : baterai, kemasan bahan pembersih
alat-alat rumahtangga, disinfektan, dan tiner
cat

SB3-RT BERACUN
(TOXIC)
1. didasarkan pada hasil uji penentuan
karakteristik beracun melalui TCLP, uji
toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.
2. Contoh: bekas lampu fluorescent (neon),
thermometer, baterai, pembersih, pupuk
kimia, pestisida, racun tikus, sisa obat,
obat kadaluwarsa, disinfektan, dan tiner
cat dapat menyebabkan keracunan saat
tertelan, terserap atau terhirup oleh
manusia

PENGELOLAAN LIMBAH
B3
rangkaian kegiatan yang mencakup
pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan limbah B3
(PP 101 TAHUN 2014).

DASAR HUKUM PENGELOLAAN


SB3-RT
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah;
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
PP 101 Tahun 2014: Pengelolaan Limbah B3

PENGURANGAN LIMBAH
B3
Kegiatan mengurangi jumlah dan sifat
bahaya dan racun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan.

PENYIMPANAN LIMBAH
B3
Kegiatan yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul
dan/atau pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah
B3 dengan maksud menyimpan
sementara

PENGUMPULAN LIMBAH
B3
Kegiatan mengumpulkan limbah B3
dari penghasil limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara
sebelum diserahkan kepada
pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3

PENGANGKUTAN LIMBAH B3

suatu kegiatan pemindahan limbah B3


dari penghasil dan/atau dari pengumpul
dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari
pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah
dan/atau ke penimbun limbah B3

PEMANFAATAN LIMBAH B3

kegiatan penggunaan kembali, daur ulang,


dan/atau perolehan kembali yang bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi produk
yang dapat digunakan sebagai substitusi
bahan baku, bahan penolong, dan/atau
bahan bakar yang aman bagi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup

PENGOLAHAN LIMBAH B3

proses untuk mengurangi dan/atau


menghilangkan sifat bahaya
dan/atau sifat racun

PENIMBUNAN LIMBAH B3

suatu kegiatan menempatkan


limbah B3 pada suatu fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak
membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan hidup

SAMPAH B3-RT HARUS DIKELOLA


1. Produk-produk kebutuhan rumahtangga
mengandung B3 (baterai, insektisida, lampu
listrik, disinfektan, obat, dll)
2. Produk-produk tsb akhirnya menjadi sampah
yang mengandung B3 SB3-RT
3. SB3-RT di Indonesia masih diperlakukan
sama seperti sampah domestik (dibakar,
ditimbun, dibuang ke lingkungan dan TPA)
secara langsung

SAMPAH B3RT
DIPERLAKUKA
N SEPERTI
SAMPAH
DOMESTIK

POTENSI DAMPAK
KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN

PERLU SISTEM
PENGELOLAAN SB3-RT
YANG TEPAT

LATAR BELAKANG

PEMAKAIAN
BARANG B3
DI
RUMAHTANG
GA

POTENSI
DAMPAK
NEGATIF
TERHADAP
KESEHATAN
LINGKUNGAN

SAMPAH B3
RUMAHTANG
GA

POTENSI
DAMPAK
NEGATIF
TERHADAP
KESEHATAN

Studi kasus:
PENGELOLAAN SAMPAH B3-RT
DI KABUPATEN SLEMAN

DARI ASPEK PERATURAN


Sudah ada produk-produk hukum sebagai dasar
perencanaan dan penyelenggaraan pengelolaan SB3RT.
Semua peraturan yang ada saling menguatkan dan
menegaskan pentingnya pengelolaan SB3-RT
Belum ada peraturan khusus tentang pengelolaan
SB3-RT di Indonesia
Perda DIY No. 2 Tahun 2012 telah memerintahkan
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
menerbitkan peraturan tentang pengelolaan
limbah/sampah B3-RT

KONDISI DI NEGARA LAIN


Uni Eropa (Belgia, Perancis, Irlandia, Spanyol, Inggris):
belum ada peraturan khusus, tetapi membuat kebijakan
nasional memilah dan mengumpulkan SB3-RT.
(Inglezakis & Moustakas, 2015)

USA: kebijakan pembebasan bbrp jenis sampah dari


peraturan limbah B3 (US Department of Energy, 1993)
FAO dan WHO (2008): rekomendasi/kebijakan kemasan
pestisida kosong dan bersih sbg sampah tidak berbahaya.
Muncul inisiatif lokal (komunitas, kota, negara-negara
bagian) membuat kebijakan lokal dan melakukan
pengumpulan SB3-RT (Galvin, 2008)

DARI ASPEK KELEMBAGAAN

Instansi penanggung jawab :


1. Badan Lingkungan Hidup (BLH)
2. Belum ada tupoksi tentang pengelolaan
SB3-RT

KONDISI DI NEGARA LAIN:


Amerika Serikat
Lembaga terlibat: kelompok masyarakat, instansi
pemerintah, legislatif daerah, industri, dan badan
usaha pengelola limbah B3 (kontraktor/swasta)
(USEPA, 1993)

Uni Eropa
Melibatkan produsen untuk melakukan penarikan
kembali (take back) beberapa jenis sampah elektronik
(Inglezakis & Moustakas, 2015)

HUBUNGAN FUNGSIONAL IDEAL ANTAR LEMBAGA


BLH Kabupaten Sleman (Pemerintah):
1. Penanggung jawab kegiatan;
2. Pembina KPSM
3. Fasilitasi sarana prasarana
4. Pengawas kegiatan
5. Penyusun peraturan SB3-RT

DPRD Kabupaten Sleman:


1. Pengesah peraturan daerah terkait
SB3-RT
2. Pengawas kegiatan pengelolaan
SB3-RT yang dijalankan oleh
Pemerintah

Industri/Produsen Produk B3:


Sebagai sponsor kegiatan
(dana dan fasilitas)
KPSM:
Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan pemilahan, pengumpulan dan
penyimpanan sementara dan
pemanfaatan SB3-RT pada skala
komunitas/wilayah.
Swasta (Badan Usaha):
Pengumpul, penyimpan, pengangkut,
pengolah dan/atau penimbun SB3-RT
dari KPSM

DARI ASPEK TEKNIS OPERASIONAL


1. Belum ada mekanisme pengelolaan SB3-RT
2. Belum ada sarana prasarana khusus untuk
pengelolaan SB3RT
3. Mulai muncul inisiatif lokal dari beberapa
Kelompok Pengelola Sampah Mandiri/KPSM
untuk melakukan pemilahan dan pengumpulan
SB3-RT, tetapi masih terhenti di TPS
4. Jenis SB3-RT berharga dijual oleh KPSM kepada
pengepul sampah (sektor informal), sedangkan
yang tidak berharga dibuang ke TPA

SISTEM PENGUMPULAN SB3-RT


DI KPSM
KPSM SUKUNAN (perkotaan)
Sampah
B3 dari
rumah
tangga

Tempat
penampungan
SB3-RT di tepi
jalan

Tempat
Penampungan
Sampah Komunal
(Kampung)

Pengepul
(laku jual)
TPA (tdk
laku jual)

KPSM MINOMARTANI (perkotaan)


SB3 dari
rumah
tangga

Tempat
penampungan
SB3-RT di tepi
jalan

Tempat
Penampungan
Sampah
Pemerintah

TPA
Piyungan

SISTEM PENGUMPULAN SB3-RT


DI KPSM
KPSM GANDOK KADILOBO (perdesaan)
Sampah B3RT dan Sampah
Anorganik Laku Jual dari
Rumahtangga

Bank Sampah
Komunitas

Pengepul

KPSM SENUKO (perdesaan)


KPSM
(door to
door)

Sampah anorganik
termasuk SB3-RT
di rumahtangga

Tempat
Penampungan
Sampah Komunal
(Kampung)

Pengepul
(laku jual)
TPA (tdk
laku jual)

SISTEM PENGUMPULAN SB3-RT DI USA


(USEPA, 1993)

One-day drop-off
Permanent drop-off Sukunan, Gandok, Minomartani
Drop-off at a Mobile Facility
Door-to-door pickup Senuko
Curbside collection Sukunan dan Minomartani
Point of purchase
Awalnya lebih banyak yang menerapkan metode oneday drop-off, sekarang mulai beralih ke metode
permanent drop-off (Galvin, 2008).

DARI ASPEK PEMBIAYAAN


1. Belum ada alokasi anggaran khusus dari Pemda
untuk pengelolaan SB3RT.
2. Belum ada Perda yang mengatur retribusi khusus
untuk pengelolaan SB3-RT.
3. Masih menjadi satu dengan biaya (anggaran)
pengelolaan sampah domestik.
4. Untuk mengikuti biaya/tarif pengelolaan SB3-RT
ditetapkan oleh badan usaha pengelola limbah B3
masih dirasakan berat

DAFTAR BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH B3


(melalui PT. PPLI)
No Jenis Limbah/Sampah B3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Baterai
Lampu
Obat kadaluarsa
Pestisida
Kemasan bekas
Cat sisa
Elekronik

Satuan Biaya Pengelolaan (Rp)


Rp. 900.000,-/drum 200 Liter
Rp. 950.000,-/drum 200 Liter
Rp. 650.000,-/drum 200 Liter
Rp. 1.500.000,-/drum 200 Liter
Rp. 600.000,-/drum 200 Liter
Rp. 900.000,-/drum 200 Liter
Rp. 2.500.000,-/ton

Sumber: PT. PPLI, 2014

Biaya pengangkutan wilayah DIY = Rp. 750.000,-/palet.


Jumlah minimal = 1 palet atau 4 (empat) drum 200 liter.

ESTIMASI BIAYA PENGELOLAAN SB3-RT


KAB. SLEMAN MELALUI PT. PPLI
Jenis
Sampah
B3RT
Baterai
Lampu
Obat kadaluarsa
Pestisida
Kemasan bekas
Cat sisa
Elekronik
Jumlah

Jumlah SB3RT
(per bulan)*)
7367.33 L
73624.30 L
21676.84 L
45481.27 L
103939.80 L
6503.67 L
20,98 ton; atau
19545,76 L

Besarnya Biaya
Pengelolaan
(Rp/bulan)

Besarnya Biaya
Pengangkutan

33.152.979,05
349.715.427,45
97.545.773,36
341.109.536,15
311.819.401,10
29.266.505,89
52.452.025,12

(Rp/bulan)
6.906.870,63
69.022.781,73
20.322.036,12
42.638.692,02
97.443.562,85
6.097.188,73
18.324.150,31

1.215.061.648,12

260.755.282,38

Sumber: PT. PPLI, 2014 dan data primer terolah

PERBANDINGAN
BIAYA PENGELOLAAN SB3-RT
Kab. Sleman
= Rp. 1.475.816.930,50/bln; Rp. 17.709.803.166/thn
Rp. 1.281,48/orang/bln;
Rp. 5.125,92/kel/bln Rp. 8.970,36 /kel/ bln
= Rp 17.506,73/kg (Rp 1.475.816.930,50/84.300 kg)
Uni Eropa
= 1,5 s.d 3 miliar/tahun utk 1,5 juta ton/tahun
= satuan biaya 1 sampai 2 per kg.
(Directorate General Environment of EU, 2002)

BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH B3


(MEDIS-INFEKSIUS MELALUI PT. AEI)

Jenis
Pelayanan
Paket A
Paket B
Paket C
Paket D

Berat Maksimum
Limbah B3
5 kg/bulan
20 kg/bulan
40 kg/bulan
60 kg/bulan

Biaya
Pengelolaan*)
Rp. 300.000,-/bulan
Rp. 450.000,-/bulan
Rp. 600.000,-/bulan
Rp. 770.000,-/bulan

Sumber : www.arahenvironmental.com; 12 Desember 2014

*) Biaya kelebihan dihitung sebesar Rp.


10.000,-/kg
(dibayarkan tiap bulan)

ESTIMASI BIAYA PENGELOLAAN SB3-RT


(MELALUI PT. AEI)
Jenis
Berat
Biaya
Pake Maksimal
Paket
t
(Rp/bln)
A
B
C
D

5kg/bln
20kg/bln
40kg/bln
60kg/bln

Jumlah
Orang*)

Jumlah Biaya per Biaya


KK
orang/
per
bulan
KK/bln

300.000 1006,04 251,51


450.000 4024,14 1006,04
600.000 8048,29 2012.07
770.000 12072,43 3018,11

298,20 1.192,80
111,83
447,30
74,55
298,20
63,78
255,13

Sumber: PT. AEI, 2014 dan data primer terolah

*) jumlah orang dihitung berdasarkan jumlah rata-rata timbulan


limbah medis-infeksius (4,97 gram/org/bln) untuk mencapai
berat maksimal sesuai paket yang disediakan.

DARI ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT


1. Hanya 2,15% dari KPSM yang mulai menjalankan
pemilahan SB3-RT dan terkumpul di TPS untuk dijual ke
Pengepul bersama jenis sampah lain atau ke TPA (JPSM Kab.
Sleman , 2013)

2. Produsen belum ada yang menjalankan sistem


penarikan kembali (take back) / EPR;
3. Sudah ada Badan Usaha Pengelola Limbah B3 yang
bekerja sama dengan jasa pengangkutan Limbah B3 yang
beroperasi di Kabupaten Sleman.
Angka partisipasi pengumpulan SB3-RT di Illinois USA:
Tahun 1999 2002 = 0,24 % s.d 51,53% dari target
Rata-rata = 2 ,42 %
(Illinois, EPA, 2003) .

TIMBULAN SB3-RT MENURUT ITEM DAN BERAT


Kelompok SB3RT

Jumlah item
(buah)

Jumlah berat (gram)

Baterai

140

6425

Lampu

122

5938

Elektronik

49

8854

Cat

35

2278

Perawatan Diri

65

3894

Perwatan Rumah

30

1689

Pestisida

22

2169

Medis

66

2415

Bahan Bakar

39

1882

568

35544

0,039 item/or/hr

2,438 g/o/hr

Jumlah
Rata-rata
Sumber: data primer terolah

PERBANDINGAN TIMBULAN SB3-RT


DENGAN TEMPAT LAIN
Timbulan SB3-RT berbeda-beda antar daerah/negara
Surabaya =1,6 g/o/h ; Padang = 4 g/o/h; Jepang = 5,56
g/o/h; Denmark = 13,89 g/o/h; Belgia, Luxemburg,
Belanda = 3,56 9,59 g/o/h.
Komposisi SB3-RT = 0,49% dari sampah domestik
(TPA Piyungan = 0,38% (Gunamantha, 2010 ); Padang
=1,09% (Ruslinda & Yustisia, 2013); Swiss = 0,50%;
Inggris = 0,90%, Hungaria = 0,70%; Dunia = 1%
(Gendebien et al., 2002), Mexico = 1,60% (Buenrostro et
al., 2008); Nepal = 1,00% (Dangi et al., 2011).
Estimasi timbulan SB3-RT Sleman 2013 = 2,81 ton/hari

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA


DENGAN TIMBULAN SB3-RT
10
Rata-rata
timbulan SB3-RT (g/o/h)
8
6
4
1.39

2
0

0.89
I

II

2.47
III

3.76
IV

8.18
V

Tingkat pendapatan keluarga

Sumber: data primer terolah

Secara deskriptif ada kecenderungan semakin tinggi


tingkat pendapatan semakin banyak timbulan SB3-RT

Hasil Analisis Statistik


1. Uji one-way ANOVA : nilai P = 0,000 ada perbedaan
secara signifikan timbulan SB3-RT antar tingkat
pendapatan keluarga ada hubungan atau pengaruh
Ruslinda dan Yustisia, 2013;
2. Pendapatan enabling factor kemampuan membeli
produk-produk RT
3. Semakin tinggi pendapatan keluarga semakin besar
kemampuan mengkonsumsi produk B3-RT semakin
banyak SB3-RT yang dihasilkan (Gatke, 2003)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KK TENTANG


SB3-RT DENGAN TIMBULAN SB3-RT

Sumber: data primer terolah

Secara deskriptif ada kecenderungan semakin tinggi


tingkat pengetahuan KK tentang sampah B3 semakin
banyak timbulan SB3-RT

Hasil Analisis Statistik


Uji korelasi product moment Karl Pearson :
nilai P = 0,005

; r = 0,256

Ada hubungan positif yang bermakna antara tingkat


pengetahuan KK dengan timbulan SB3-RT
Kekuatan hubungan = rendah
Semakin tinggi pengetahuan KK, semakin besar timbulan
SB3-RT
Berbeda dengan teori L. Green (1980); semakin tinggi
pengetahuan, semakin baik perilaku kesehatan sedikit SB3-RT
(Notoatmodjo, 2014)
Semakin tinggi pengetahuan tuntutan kebutuhan dalam
mengikuti perkembangan IPTEK cenderung lebih tinggi SB3RT semakin banyak

JENIS DAN KOMPOSISI SB3-RT


% berat2
30

% item
30

24.91

25
Persentase
(%)
20 18.08
15
10
5

Persentase (%)

21.48

20

10.96

6.416.16.79
5.29

24.65

25

15

4.75

10

16.71

11.62
11.44
8.63
6.16 6.875.28
3.87

Jenis SB3-RT

Jenis SB3-RT

Sumber: data primer terolah

Jenis SB3-RT terbanyak (berat):


elektronik, lampu, baterai

Jenis SB3-RT terbanyak (item)


: baterai, lampu, medis

Kandungan Logam Berat pada Baterai AA Bekas


Hasil Penelitian (g/g)
No

1
2
3
4
5
6
7
8

Unsur
Pb
Hg
Cd
Ni
Cu
Zn
Co
Cr

Katoda
9,79
TTD
0,15
40,97
34,62
7.570,41
10,260
9,66

Penelitian Almeida et al.,


2006 (g/g)

Anoda

12,45
TTD
0,73
76,54
8,13
1.717,90
TTD
5,66
Sumber: data primer terolah; Almeida et al., 2006

Katoda

Anoda

<11
TTD
TTD
18
TTD
9.000
27
7

Pb, Cd, Cr, Ni major metals pengaruh ganda


Cu, Co, Zn logam esensial potensi keracunan
(Sembel, 2015)

42
TTD
TTD
TTD
TTD
792.000
TTD
TTD

Kandungan Logam Berat pada Bekas Lampu TL


Hasil Pengukuran (g/g)
Komponen

Kaca

Fitting
(cap)
Filamen
(elektroda
coil)

Parameter

II

Pb

180,39

214,29

180,39

191,69

Hg

0,27

0,30

0,29

0,29

Cu

1.282,44

1.296,62

1.263,53

1.280,86

Ni

95,39

95,39

102,49

97,76

Zn

170,35

166,75

178,75

171,95

218.852,87 227.876,26

226.873,66

224.534,25

Cu

III

Rata-rata

Ni

46.942,97

45.738,32

46.340,65

46.340,64

Zn

1.016,78

1.112,22

984,97

1037,99

Sumber: data primer terolah

Pb, Hg, Ni major metals pengaruh ganda


Cu, Zn logam esensial potensi keracunan
(Sembel, 2015)

Kadar Logam Berat pada Bekas Lampu CFL/LHE


Hasil Pengukuran (g/g)
Komponen

Kaca
Fitting
(dasar)

Parameter

II

III

Rata-rata

Pb

2.383,47

2.356,26

2437,89

2392,54

Hg

TTD

TTD

TTD

TTD

Al

382.041,49 401.344,73 382.041,49 388.475,90

Zn
Cu

Filamen
(ballast)

30,94

30,94

31,54

31,14

186.416,65 184.446,96 185.431,80 185.431,80

Ni

71.257,29

71.257,29

70.961,46

71.158,68

Zn

405,64

452,51

436,89

431,68

Sumber: data primer terolah

Pb, Ni major metals pengaruh ganda


Cu, Zn logam esensial potensi keracunan
Al logam beracun
(Sembel, 2015)

Kandungan Logam Berat pada Lampu Pijar Bekas


Hasil Pengukuran (g/g)

Komponen Parameter

Kaca

Pb

17,58

Fitting
(dasar)
Filamen

Ni

14.426,48

Zn

565,54

II

III

Rata-rata

17,58

31,11

22,09

Al

626.819,49 630.689,75

638.430,28

631.979,84

Zn
Cu

84,75
81,17
848.313,41 848.313,41

81,77
848.313,41

82,56
848.313,41

14.426,48

14.426,48

14.426,48

688,70

639,43

631,22

Sumber: data primer terolah

Pb, Ni major metals pengaruh ganda


Cu, Zn logam esensial potensi keracunan
Al logam beracun
(Sembel, 2015)

Hasil pemeriksaan kadar logam berat pada air lindi di tiga


TPAS ilegal wilayah Kecamatan Gamping (Juli 2012)
Kadar logam berat pada lindi (ppm)
Parameter
TPA Ilegal A TPA Ilegal B
Cd
Cu
Co
Fe
Mn
Ni
Pb
Zn
Hg
Cr (VI)

0,13*)
1,08
Ttd
20,50*)
2,57*)
ttd
2,87*)
44,40*)
ttd
1,05*)

0,02
1,48
Ttd
28,73*)
4,81*)
0,19
1,23*)
16,51*)
Ttd
0,45*)

Baku mutu
TPA Ilegal C
(ppm)**)
ttd
0,94
ttd
39,58*)
4,55*)
ttd
0,16*)
4,86
ttd
0,11*)

0,10
2,00
0,40
5,00
2,00
0,20
0,10
5,00
0,002
0,10

Kadar logam berat


pada lindi TPA
Piyungan* **)
ttd
0,62 - 0,48
0,31 0,12
13,2 14,6*)
3,11 4,32*)
ttd
0,10
3,5 3,8
ttd
4,32 5,13*)

Sumber: data primer terolah

Ket.

*) melebihi baku mutu


**) Kep.Gubernur DIY No, 281/KPTS/1998.
***) Sumber :Direktorat PPLP, Ditjen Cipta Karya, DPU (2011)

Jenis logam berat dan potensi gangguan kesehatan


No Unsur Jenis gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan
1

Pb

Beracun dan menggangu berbagai organ tubuh seperti jantung, tulang, ginjal, gigi, system
reproduksi dan target utamanya adalah sistem saraf pusat serta dapat mengakibatkan
encephalopathy dan peripheral neuropthy (Sembel, 2015).

Cd

Hg

Dapat menyebabkan keracunan akut apabila seseorang menelan Cd dalam konsentrasi tinggi
dengan gejala mual, muntah-muntah dan sakit perut (Goyer, 2003).
Dapat menyebabkan kerusakan otak, ginjal dan paru-paru (Clifton, 2007); mengalami
bioakmulasi dan menyebabkan penyakit jantung koroner, kematian dan perkembangan saraf
yang tidak normal pada anak (Mozaffarian dan Rimm, 2006).

Cr

Cr (VI) bersifat karciongenik sehingga dapat menyebabkan kanker (Langart, 1990).

As

Dosis berlebih dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala, kebingungan, diare,
mengantuk, muntah, darah dalam urine, kram otot, rambut rontok dan gangguan paru, kulit,
ginjal serta hati, bahkan dapat menyebabkan kematian (Sembel, 2015)

Co

Apabila masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dalam dosis berlebihan maka berpotensi
menyebabkan polycethemia dengan gejala muntah, diare, pusing, kerusakan saraf dan gangguan
jantung (Sembel, 2015).

Zn

Dapat membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi melebihi standar yang dibutuhkan.
Konsumsi Zn berlebih dapat merusak pancreas dan mengganggu metabolism protein dan dapat
menyebabkan penyakit arteriosklerosis (Sembel, 2015).

Cu

Konsumsi berlebihan dapat merusak ginjal dan hati, penyakit hati kronis (Wilson Disease) dan
melemahnya otot jantung. Konsumsi air minum dengan kadar Cu > 3mg/L dapat menimbulkan
gejala sakit pencernaan, seperti mual, muntah dan diare (Goyer dan Clarkson, 2003)

JENIS, KARAKTERISTIK SB3-RT DAN POTENSI GANGGUAN KESEHATAN


Jenis SB3-RT
Baterai

Karakteristik

Jenis risiko dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan

beracun; korosif; reaktif

Lampu listrik

beracun

keracunan akut dan kronis; kerusakan organ tubuh (jantung, ginjal, otak,
paru-paru, hati, janin, dsb.); gangguan sistem tubuh (reproduksi, saraf,
pencernaan, pernafasan, hormonal, peredaran darah); penyakit degeneratif;
kanker; kematian (jenis gangguan karena unsur-unsur logam berat).
sama dengan jenis gangguan yang ditimbulkan oleh baterai

Elektronik

beracun

sama dengan jenis gangguan yang ditimbulkan oleh baterai

Cat

beracun; mudah meledak; keracunan akut dan kronis; gangguan sistem saraf pada anak-anak
mudah menyala
(penurunan kecerdasan), darah & otak; kanker paru-paru (gangguan terutama
disebabkan Pb dan Cr(VI)); cidera karena ledakan dan/atau kebakaran
(aerosol).
beracun; mudah meledak keracunan akut dan kronis; bayi lahir cacat; keracunan janin; tumor; mutasi
gen; kelainan darah; gangguan saraf; endokrin dan reproduksi (tergantung
jenis pestisida, dosis, cara dan lama pemaparan); cidera karena ledakan
(aerosol).
beracun; infeksius
keracunan akut (obat); penularan penyakit hepatitis B, hepatitis C HIV/AIDS
(jarum suntik bekas); gangguan saraf, kelainan janin dan bayi lahir cacat.

Pestisida

Medis

Kemasan bahan mudah meledak; mudah


bakar
menyala
Perawatan diri beracun; mudah meledak;
mudah menyala
Pemeliharaan
beracun; mudah meledak;
rumah
mudah menyala; reaktif

kecelakaan atau cidera yang disebabkan karena ledakan dan/atau kebakaran.


keracunan; iritasi pada mata, kulit dan membrane mukosa; kecelakaan atau
cidera yang disebabkan karena ledakan dan/atau kebakaran (aerosol).
keracunan; iritasi pada mata, kulit dan membrane mukosa; gangguan sistem
pernafasan, peredaran darah dan jantung; kecelakaan atau cidera yang
disebabkan karena ledakan dan/atau kebakaran (aerosol).

Sumber: Reigart dan Roberts, 1999; Galvin dan Dickey, 2008; Kiddee dkk., 2013; Sembel, 2015,

POLA PENANGANAN SAMPAH DAN ALIRAN


MATERI SB3-RT DI KABUPATEN SLEMAN
Pola Perdesaan
= 2,40 ton/hr
(85,52%)

Timbulan
SB3-RT =
2,81 ton/hr
(100%)

Pola Perkotaan
= 0,33 ton/hr
(11,85%)

Pola Mandiri
= 0,07 ton/hr
(2,63%)

Sumber: data primer terolah

SB3-RT yang dipungut


sektor informal = 1,14
ton/hr (47,55%)

sebagai raw material


untuk didaur ulang

SB3-RT yang
dibakar/ditimbun/ dibuang
= 1,26 ton/hr (52,45%)

Sebagai polutan
lingkungan permukiman
(udara, air, tanah)

SB3-RT yang dipungut


sector informal = 0,265
ton/hr (80,30%)

sebagai raw material


untuk didaur ulang

SB3-RT yang dibuang ke


TPA Piyungan = 0,065
ton/hr (19,70%)

Sebagai polutan
lingkungan TPA (udara,
air, tanah)

SB3-RT yang dipungut


sektor informal = 0,06
ton/hr (85,71%)

sebagai raw material


untuk didaur ulang

SB3-RT yang dibuang ke


TPA Piyungan = 0,01
ton/hr (14,29%)

Sebagai polutan
lingkungan TPA (udara,
air, tanah)

PENGARUH POLA PENANGANAN SAMPAH


DAN PENGURANGAN SB3-RT

Persentase Jumlah SB3-RT

SB3-RT dibuang/dibakar

SB3-RT didaur ulang

Sumber: data primer terolah


PENGURANGAN SB3-RT DIPENGARUHI SEBERAPA BESAR SB3-RT
YANG DAPAT DIMANFAATKAN OLEH SEKTOR INFORMAL

Pola Penanganan Sampah dan Potensi Dampak


Kesehatan dan Lingkungan
Pola perdesaan : membakar, membuang ke lingkungan secara
langsung kesehatan dan keselamatan masyarakat, ternak
serta pencemaran lingkungan (udara, air, tanah)
Pola perkotaan : membuang/menimbun SB3-RT di TPA
kesehatan & keselamatan petugas, pemulung, pengepul,
ternak serta pencemaran lingkungan sekitar TPA
Pola mandiri : memilah, mengumpul, menyimpan dan
menjual ke Pengepul kesehatan & keselamatan petugas
dan pengepul, serta pencemaran lingkungan di TPS.
Recovery (pengambilan komponen SB3-RT berharga)
tanpa APD sektor informal (pemulung, pengepul, pelaku
daur ulang tradisional) risiko gangguan kesehatan dan
keselematan pekerja

PENANGANAN
SB3-RT
BERISIKO
TERHADAP K3
&
LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SB3-RT BERBASIS MASYARAKAT

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat direncanakan,


disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat
(USAID, 2006). Pelibatan warga dan kelompok masyarakat
sejak dimulainya program kunci keberhasilan kegiatan
pengelolaan SB3-RT di Amerika Serikat (USEPA, 1993)
aspek sosial
Manfaat ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang
mendorong masyarakat untuk memilih sistem pengelolaan
sampah berbasis masyarakat.
Penanganan sampah dengan prinsip trash to treasure atau
sampah dapat ditukar dengan harta (uang/benda) sangat efektif
untuk membangun partisipasi masyarakat
(Mongkolnchaiarunya, 2005).

Memberdayakan masyarakat, pemulung dan pengepul


sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan tidak
mematikan mata pencahariannya.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan solusi
yang paling tepat untuk menangani sampah terutama di
daerah-daerah yang berpenghasilan rendah (Schubeler et al.,
1996).
Faktor sosial dan budaya harus menjadi pertimbangan
dalam perencanaan suatu sistem pengelolaan sampah
(Schubeler et al., 1996).

RANCANGAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SB3-RT BERBASIS MASYARAKAT


Peraturan Pengelolaan
SB3RT
Kebijakan
khusus:
pembersihan
kemasan &
pengecualian

Tidak

SB3-RT
(komunitas)
Kemasan
kosong
& bersih
Tidak

Limbah B3

Badan Usaha
Pengelola LB3

Ya

Sampah
Non-B3

Recovery
tanpa
disassemb
le)

Tidak

Kebijakan
khusus:
pembersihan
kemasan &
pengecualian

Tidak
Limbah B3

Laku Jual
(Recycleable)

Tidak laku
jual
/unrecycleable

Pengepul
Berbadan
Hukum

TPS & TPA


Pemerintah

Dampak positif dan negatiif bagi masyarakat


secara ekonomi, ekologi dan kesehatan

Penguatan
kelembagan
Badan Usaha
Pengelola LB3

Anda mungkin juga menyukai