Anda di halaman 1dari 55

Mario Aldis

Wattimena
KEJANG PADA ANAK Wina Sophia
Ngantung
DAN NEONATUS Hana Sintya P
Nyoman Ayu
Yuniarti N
KEJANG
Manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik di neuron.
Kejang dapat disertai oleh gangguan kesadaran,
tingkah laku, emosi, motoric, sensorik, dan atau
otonom.
Kejang dapat dibagi atas kejang fokal dan kejang
umum. Kejang fokal berasal dari focus local di
otak, dapat melibatkan system motoric, sensorik
maupun psikomotor. Kejang umum melibatkan
kedua hemisfer, dapat berupa kejang non
konvulsif (absans) dan konvulsif.
KEJANG NEONATUS
Kejang bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan gejala dari gangguan saraf pusat,
local atau sistemik. Kejang pada bayi baru lahir
(Neonatal fit) ialah kejang yang timbul dalam
masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir

Morfologi & Organisasi korteks serebri belum


terbentuk sempurna (Diferensiasi sitoplasma dan
membrannya, pembentukan dendrit, sinapsis dan
mielinisasi), sinaps eksitatori berkembang
mendahului inhibisi, neuron kortikal dan
hipokampal immature, inhibisi kejang oleh
substansia nigra belum berkembang
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh dengan
cepat >380C, dan kenaikan suhu tersebut
diakibatkan oleh proses ekstrakranial (ISPA, OMA,
roseola, ISK, Infeksi saluran cerna)

Lepasnya
sitokin
inflamasi
Alkalosis
Demam (IL-1 Beta) Kejang
(Ph Otak )
atau
Hiperventila
si
EPILEPSI
Penyakit pada otak akibat peningkatan
kerentanan sel neuron terhadap kejadian kejang
epileptic yang berdampak pada aspek
neurobiologis, psikologis, kognitif, dan sosial
individu.
PATOFISIOLOGI
KEJANG
Membran Sel Melepaskan Muatan
Listrik Berlebih

Berkurangnya Inhibisi GABA

Eksitasi Sinaptik Oleh Glutamat


dan Aspartate

Paroxysmal Depolarization Shift (50s)


PATOFISIOLOGI
KEJANG
Paroxysmal Depolarization Shift
(50s)
Lepas muatan listrik pada neuron
otak

Merangsang sel neuron lain

Melepaskan ion listrik bersama-


sama

Hipereksitabilitas neuron otak


PATOFISIOLOGI
Kejang : loncatan muatan listrik yang berlebihan
dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang
mengakibatkan gerakan yang berulang.
Untuk mempertahankan potensial membrane sel
memerlukam energi yang berasal dari ATP dan
tergantung pada mekanisme pompa yaitu
keluarnya natrium dan masuknya kalium.
PATOFISIOLOGI
EPILEPSI

Epilepsi Fokal

Sel neuron Merangsang sel


pacemaker sekitar untuk
(Focus lepaskan
Epilepticus) muatan listrik
PATOFISIOLOGI
EPILEPSI
Epilepsi Status
Umum Epileptikus
Eksitasi &
Inhibisi Kedua Eksitasi
Hemisfer Otak berlebih
(Kortikoretikul dengan
ar & Inhibisi tidak
Talamokortikul
KRITERIA KEJANG
Anamnesis + Serangan Kejang + Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Kejang Menyerupai
Kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau Sering Sangat jarang
luka lain
Gerakan abnormal Selalu Jarang
bola mata
Fleksi pasif Gerakan tetap ada Gerakan hilang
ekstremitas
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap Jarang Selalu
gerakan pasif
Pasca-serangan Hampir selalu Tidak pernah
bingung
EEG iktal abnormal Selalu Hampir tidak pernah
EEG pasca-iktal Selalu Jarang
abnormal
ETIOLOGI
KEJANG
Kondisi Keadaan
Perinatal Infeksi
metabolik
Hipoksik Esenfalitis Hipoglikemia
iskemik * Meningitis Hipokalsemia
Perdarahan* Abses otak Hiponatremia
Trauma
Hipernatremia
Infeksi
intrauterin
Malformasi
cerebral

Penyakit Penyebab
sistemik lain
SLE Tumor *
Ensefalopati Demam
hipertensi Idiopatik*
Gagal ginjal Familial
Ensefalopati
Bilirubin
ENSEFALOPATI
ISKEMIK HIPOKSIK
60-65 % penyebab kejang BBL
Terjadi dalama 12-24 jam pertama, pada BCB atau
BKB terutama asfiksia
Bentuk kejang subtel atau multi fokal klonik serta
fokal klonik.
ensefalopati (3 stadium : ringan, sedang, berat)
PERDARAHAN
INTRACRANIAL
Perdarahan
- Disebabkan : robekan
tentorium di dekat
- Sering pada BBL Perdarahan subdural
subaracnoid falks serebri
- disebabkan : - Darah terkumpul di
robekan vena fossa posterior
superfisial akibat menekan batang
partus lama otak
- Tampak baik Pernapasan tidak
hari 1 atau2 teratur
kejang Kesadaran
- Bayi tampak sakit
menurun
berat 1-2 hari Tangis
pertama dengan melengking
peningkatan TIK Ubun-ubun besar
(ubun- ubun besar menonjol
tegang, Kejang
membonjol - Mortalitas tinggi,
muntah, terdapat gejala sisa
nangis,kejang) neurologis
Perdarahan preventrikuler/intraventrikuler
- Sesuai beratnya penyakit dan saat terjadinya
perdarahan :
bayi yang mengalami trauma, asfiksia timbul pada
hari pertam atau kedua setelah lahir
BKB dapat terjadi perdarahan hebat :
- Gangguan napas
- Kejang tonik umum
- Pupil terfiksasi
- Kuadriparesis
- Stupor, koma
perdarahan sedikit
- Gerjala timbul dalam waktu beberapa jam
sampai hari :
Penurunan kesadaran, kurang aktif, hipotoni,
kelainan posisi dan respirasi keadaan
memburuk kejang
Pada BCB disebabkan : riwayat intrapartum trauma,
pasca pemberian cairan hipertonik, asfiksia
Gejala : kejang , apnue, sianosis,letargi, muntah,
ubun-ubun membonjol
Infark serebral fokal

- Perdarahan vena
atau onfark fokal
arteri serebral
fokus kejang
METABOLIK
Hipoglikemi
Lahir dengan gula darah < 45 gr/dl
Hipoglimeki berulang, menetap dampak menetap
pada SSP
k Penyebab dasar kejang pada BBL

Hipokalsemi Kejadian awal kejang akibat hipokalsemia pada hari

a/ pertama kedua
Banyak pada BBLR dan seering dihubungkan dengan
keadaan asfiksia serta bayi dari ibu menderita DM
hipomagnes Hipokalsemia = <7,5 mg/dl (<1,8 mmol =.L)
biasanya bersamaan dengan hipomagnesemia
ia
Kadar natrium serum sangat tinggi atau sangat
rendah dengan perubahan yang cepat seperti
Hiponatremi Syndrom of Inappropiate Anti Diuretic Hormone
(berhubungan dengan meningitis, perdarahan
dan intrakranial,pengeluaran natriium lewat fese,
kencing, )
INFEKSI
5-10% seluruh penyebab kejang BBL, biasanya
muncul pada minggu pertama kehidupan
Infek
Infek
si
si - Infeksi virus
Infeksi intrauterin
atau bakteri
Kroni yang
Akut pada SSP dengan
berlangsung
atau tanpa sepsis
kejang k lama
- TORCH

- Biasanya
berhubungan
dengan
meningitis
ENSEFALOPATI
BILIRUBIN
Keadaan ensefalopati akut dengan sekuele
neurologis, dengan peningkatan kadar serum
bilirubin dalam darah.
Bilirubin indirect (> 20mg/dl) merusak otak pda
BCB (pada BKB >10 mg/dl)
Kerusakan otak :
-Kadar billirubin yang tinggi
-Lamanya hiperbilirubinemia
KELAINAN YANG
DITURUNKAN
Ketergantungan dan kekurangan piridoksin
Kekurangan peningkatan koenzim peridoksal fosfat pada
glutamat dekarboksilase, (enzim yg terlibat pembuatan
GABA )
Kejang ini bersifat resisten terhadap antikonvulsan
KLASIFIKASI
KEJANG
KLASIFIKASI KEJANG
Kejang parsial
Kejang fokal sederhana
Kejang parsial kompleks
Kejang parsial yang menjadi umum

Kejang umum
Absans
Mioklonik
Klonik
Tonik
Tonik-klonik
Atonik
Fokus anatomi spesifik, dan
Kejang parsial terdapat kelainan motoric,
sederhana sensorik, psikis otonomik,
kesadaran tetap terjaga

Kejang yang memiliki sifat yang


Kejang parsial mirip dengan kejang parsial
kompleks sederhana namun disertai
gangguan kesadaran

Kejang parsial Kejang parsial yang menyebar


hingga melibatkan seluruh otak
yang menjadi dan menghasilkan tonik-klonik
umum umum
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
DIAGNOSIS 3. Pemeriksaan
Penunjang
ANAMNESIS
- Preeklamsia, gawat janin
Memilih pemeriksaan penunjang
yang terarah dan tatalaksana - Pemakaian obat golongan
selanjutnya. Aloanamnesis dari narkotika, metadon
riwayat perjalanan penyakit sampai
terjadinya kejang, dan mencari - Imunisasi anti tetanus, Rubela
kemungkinan faktor pencetus atau Riwayat Persalinan
penyebab kejang. Faktor risiko :
- Asfiksia, episode hipoksik
Riwayat kejang dalam keluarga
- Trauma persalinan
- Kejang pada masa BBL pada
anak terdahulu Riwayat pascanatal

- Riwayat epilepsi dalam - Infeksi BBL keadaan bayi yang


keluarga tiba-tiba memburuk

Riwayat kehamilan/prental - Perawatan tali pusat tidak bersih


dan kering, infeksi tali pusat
- Infeksi TORCH atau infeksi lain
saat ibu hamil
PEMERIKSAAN FISIS

Pemeriksaan fisis, menilai kesadaran, tanda vital, tanda trauma akut


kepala, dan ada tidaknya kelainan sistemik.
Pemeriksaan ditujukan mencari cedera yang terjadi mendahului atau
selama kejang, adanya penyakit sistemik, paparan zat toksik, infeksi,
dan kelainan neurologis fokal.
Bila terjadi penurunan kesadaran perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk mencari faktor penyebab. Edema papil yang disertai
tanda rangsang meningeal menunjukan adanya peningkatan
intrakranial akibat infeksi susunan saraf pusat.
Gambaran klinis kejang sebagai berikut :

Subtle :
Orofasial : Deviasi mata, kedipan mata, gerakan alis yang bergetar
berulang, mata yang tiba tiba terbuka dengan bola mata terfiksasi ke
satu arah, gerakan seperti menghisap, mengunyah, mengeluarkan air
liur, menjulurkan lidah, gerakan pada bibir
Ekstremitas: Gerakan seperti orang berenang, mendayung, bertinju
atau bersepeda.
Episode apnu: Serangan apnu yang termasuk kejang apabila disertai
dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai
bradikardia.
Sistem autonom/vasomotor: Perubahan tekanan darah (takikardi atau
hipertensi) atau peningkatan salivasi

(50% Kejang BBL, baik BKB dan BCB)


Tonik
Fokal : Postur tubuh asimetris yang menetap dari badan atau ekstremitas dengan atau
tanpa adanya gerakan mata abnormal.
Umum: Fleksi tonik atau ekstensi leher, badan dan ekstremitas, biasanya dengan
ekstensi ekstremitas

(BBLR dengan masa kehamilan < 34 minggu dan bayi dengan komplikasi perinatal
berat ex: perdarahan intraventrikular)

Klonik
Fokal : Gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas pada sisi unilateral, gerakan
pelan dan ritmik, frekuensi 1-4 kali/ perdetik.
Multifokal : Kejang klonik dengan lebih dari satu fokus atau migrasi gerakan dari satu
ekstremitas secara acak pindah ke ekstremitas lainnya. Bentuk gerakan klonik dari
salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah pindah atau terpisah secara teratur,
misalnya kejang klonik lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan.
(BCB dengan berat > 2,500 grams)
Mioklonik
Fokal: Kontraksi cepat satu atau lebih otot fleksor ekstremitas
atas.
Multifokal : Gerakan tidak sinkron dari beberapa bagian tubuh
Umum : Terdiri dari satu atau lebih gerakan fleksi masif dari
kepala dan badan dan adanya gerakan fleksi atau ekstensi dari
ekstremitas
(BKB dan BCB saat sedang tidur)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium (Darah, elektrolit, metabolik), Skreening
sepsis; kultur darah; TORCH (Tidak rutin)
Pungsi Lumbal
EEG
Pencitraan Neurologis
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Jenis pemeriksaan yang dilakukan bergantung pada kondisi klinis
pasien. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pada pasien kejang
adalah darah perifer, elektrolit, dan glukosa mengevaluasi sumber
infeksi atau mencari penyebab
Jika dicurigai meningitis bakterialis kultur darah & kultur cairan
cerebrospinal
Jika dicurigai ensefalitis Polimerase chain reaction (PCR)
PUNGSI LUMBAL

Dapat dipertimbangkan pada pasien dengan penurunan kesadaran,


kaku kuduk, kejang lama, gejala infeksi, peningkatan sel darah putih
atau pada kasus yang tidak didapatkan faktor pencetus yang jelas.
Pada bayi, sering sulit menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Menyingkirkan
meningitis, indikasi berdasarkan umur :

< 12 bulan sangat dianjurkan


12 18 bulan dianjurkan
> 18 bulan tidak rutin
ELEKTROENSEFALOGRAFI

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) digunakan untuk


mengetahui gelombang epileptiform, tidak direkomendasikan karena
tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan epilepsi pada pasien kejang demam.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas, misalnya pada kejang demam kompleks
pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Pencitraan Neurologis

Pemeriksaan pencitraan dilakukan berdasarkan indikasi


USG kepala Jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial atau
intraventrikuler.
CT scan & MRI MRI diketahui memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan CT scan, namun belum
tersedia secara luas di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat
mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik yang bersifat
sementara maupun kejang fokal sekunder
TATALAKSANA
KEJANG ANAK
Status epileptikus (SE) : Kejang > 30 menit
Status epileptikus :
Konvulsif (tonik klonik umum)
Non konvulsif (absens dan parsial kompleks)

Status epileptikus konvulsif merupakan kegawatan


yang mengancam jiwa
Tujuan tatalaksana kejang tonik klonik umum > 5
menit adalah untuk menghentikan kejang serta
mencegah status epileptikus
FASE AKUT
(PENGHENTIAN KEJANG)
0-5 menit
Yakinkan aliran aliran napas baik
Monitor tanda vital, berikan oksigen, pertahankan perfusi
oksigen ke jaringan
Jika keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah,
pemeriksaan umum dan neurologis secara cepat
Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan infeksi
5-10 menit
Pemasangan akses intravena
Pengambilan darah untuk memeriksa darah perifer lengkap,
glukosa dan elektrolit
Pemberian diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB secara intravena
(kecepatan 5 mg/menit) atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB
(5 mg untuk BB<10 kg, 10 mg bila BB>10 kg, dosis
maksimal 10 mg/kali)
Atau diberi lorazepam 0.05-0,1 mg/kgBB
intravena (maksimum 4 mg) atau midazolam
0,05-0,1 mg/kgBB intravena. Pemberian diazepam
intravena atau rektal dapat diulang 1-2 kali
setelah 5-10 menit, lorazepam 0,1 mg/kgBB dapat
diulang sekali setelah 10 menit
Jika hipoglikemi diberikan cairan dekstrosa 25% 2
ml/kgBB
10-15 menit
Cenderung menjadi status epileptikus
Berikan fenitoin 15-20 mg/kgBB intravena deincerkan
dengan NaCl 0,9% diberikan kecepatan 25-50 mg/kgBB
Dapat diberi dosis ulangan fenitoin 5-10 mg/kgBB sampai
maksimum dosis 30 mg/kgBB
Lebih dari 30 menit
Pemberian long acting anti-konvulsan
Fenobarbital 10 mg/kgBB intravena bolus perlahan-lahan
dengan kecepatan 100 mg/menit. Dapat dberikan dosis
tambahan 5-10 mg/kgBB dengan interval 10-15 menit
Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan meliputi
analisa gas darah, elektrolit dan gula darah. Koreksi
kelainan yang ada. Awasi tanda-tanda depresi pernapasan
Intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif jika kejang
masih berlangsung. Berikan fenobarbital 5-8 mg/kgBB
secara bolus intravena, diikuti rumatan fenobarbital drip
dengan dosis 3-5 mg/kgBB/jam
Penanganan juga bermaksud untuk mencegah
terjadinya komplikasi sistemik yang timbul pasca
status epileptikus konvulsan
Kejang lama dapat terjadi hipoksia akibat
gangguan ventilasi, sekresi air liur dan sekret
trakeobronkial yang berlebihan, penuruan curah
jangtung, hipotensi dan peningkatan kebutuhan
oksigen
Keterangan Diazepam Lorazepa Fenitoin Fenobarbital Midazolam
m
Dosis awal 0,3-0,5 0,05-0,1 15-20 10-20 mg/kgBB 0,05-0,1
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
Maksimum 10 mg 4 mg - - -
dosis awal
Dosis 5-10 menit 5-10 menit Kejang tdk 10-15 menit, 5- -
ulangan diulang 1- diulang 1x terkontrol : 10 mg/kg
2x periksa
serum stlh 1-
2 jam. Dapat
diberi
dosis
Lama kerja 15 menit-4 Sampai 24 12 jam IV 12-24 jam IV 1-6 jam IV
dan rute jam IV jam IV perlahan, perlahan, kec. blus
pemberian perlahan, kec. 50 100mg/menit perlahan,
rektal mg/mnt, atau IM kec. 102
diencer dgn ug/mnt atau
NaCl 0,9% drip 0,4-0,6
ug/kg/mnt
Catatan Lanjutkan Hindarkan Monitor Monitor tanda
dgn fenitoin pengulang tanda vital vital
atau OAE an sblm 48
jam
Efek Somnolen, Bingung, Hipotensi, Hipotensi, Hipotensi,
samping ataksia, depresi depresi depresi napas bradikardi
PENGOBATAN
JANGKA PANJANG
Jika faktor penyebab dapat diatasi maka tidak
diperlukan obat anti epilepsi jangka panjang
Bila selama 3 bulan pertama tanpa pengobatan
tidak ada kejang maka pasien tidak perlu obat
jangka panjang
Pengobatan dimulai 1 jenis obat, dinaikan sampai
dosis terapeutik
Kejang tdk terkontrol : kombinasi dengan obat lain
Kejang terkontrol : turunkan dosis obat pertama
KEJANG BAYI
Tujuan :
Stabilisasi keadaan umun
Menghentikan kejang
Pengobatan faktor etiologi dan suportif
MANAJEMEN AWAL
Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka,
pemberian oksigen
Pasang jalur infus IV dan beri cairan dengan dosis
rumatan
Tangani hipoglikemi jika glukosa darah < 45 mg/dl
Bayi kejang atau kejang dalam beberapa jam
terakhir >> injeksi fenobarbital 20 mg/kgBB IV
secara pelan-pelan selama 5 menit
Jalur IV belum terpasang >> injeksi fenobarbital 10 mg/kg
dosis tunggal IM atau dosis ditinggikan 10-15% dibanding
dosis IV
Kejang tak henti >> fenobarbital 10 mg/kgBB IV/IM. Dapat
diulang 30 menit berikutnya, dosis maksimal 40
mg/kgBB/hari
Jika kejang berlanjut >> fenitoin 20 mg/kg
Harus secara IV
Campur dengan 15 ml garam fisiologis dengan kecepatan
0,5 ml/menit selama 30 menit
Monitor denyut jantung selama pemberian fenitoin
OBAT
Fenobarbital
Dosis awal 20-40 mg/kgBB IV selama 5-10 menit
Pantau pernapasan dan tekanan darah
Dosis rumatan 3-5 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis
Kadar terapeutik dalam darah diukur 1 jam setelah
pemberian IV atau 2-4 jam untuk oral dengan kadar 15-45
ugm/ml
Fenitoin diberikan jika tidak respon dengan
pemberian fenobarbital
Dosis awal untuk SE 15-20 mg/kgBB IV secara pelan
Efek alami iritatif >> diberi larutan garam fisiologis
sebelum dan sesudah pemberian obat
Pengawasan terhadap bradikardia, aritmia dan hipotensi
Dosis rumatan hanya secara IV 5-8 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 atau 3 dosis
kadar terapeutik dalam darah 12-20 mg/L (bebas terikat)
atau 1-2 mg/L (bebas)
Lorazepam diberikan jika tidak respon dengan
fenobarbital dan fenitoin
Dosis efektif 0,05-0,10 mg/kgBB IV dengan 0,05 mg/kgBB
secara pelan dalam beberapa menit
Efek antikonvulsan kurang dari 5 menit
Pengawasan terhadap depresi pernapasan dan hipotensi
ANTI KEJANG
RUMATAN
Kejang teratasi diberikan fenobarbital 5
mg/kgBB/hari
Penghentian dosis rumatan jika tidak ada kelainan
neurologis, gambaran klinis dan gambaran EEG
Penghentian jika bebas kejang selama 9 bulan
REFERENSI

Pediatri Gawat Darurat, Buku Ajar IDAI 2015,


Antonius H. Punjiadi, Abdul Latief, Jakarta
Neonatologi , Buku Ajar IDAI 2014

Anda mungkin juga menyukai