Presentasi PNBP Biro Keuangan
Presentasi PNBP Biro Keuangan
3
Lanjutan latar belakang..
- Penggunaan Kawasan Hutan (PKH) untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan melalui Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
diberikan pada kawasan hutannya masih > 30% dan yang < 30%.
- Untuk Provinsi yang kawasan hutannya < 30% (Lampung, Jawa, Bali):
untuk pelestarian lingkungan dan menjaga ekosistem, maka nilai manfaat
yang hilang akibat IPPKH harus digantikan oleh penanaman diluar IPPKH dan
lahan kompensasi (ratio 1:2) untuk ditunjuk dan dijadikan kawasan hutan.
Walaupun sangat sulit mencari lahan kompensasi, tetap harus dilakukan demi
ekosistem dan menjaga pelestarian atau keseimbangan lingkungan.
- Untuk Provinsi yang Kawasan hutannya > 30%: karena hutan dan ekosistem
masih memungkinkan untuk digunakan, dan mencari lahan kompensasi
sangat sulit diperoleh, maka diperlukan suatu nilai pengganti terhadap lahan
kompensasi. Pengganti lahan kompensasi tsb adalah berupa Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
- Jadi PNBP-PKH adalah Pengganti Lahan Kompensasi.
4
PNBP-PKH sebagai Pengganti Lahan
Kompensasi
PNBP-PKH sebagai pengganti lahan kompensasi, bukan
sebagai PNBP Pemanfaatan SDA, sehingga tidak termasuk
dalam kelompok PNBP pasal 2 ayat (1) UU 20 thn 1997 ttg
PNBP, sehingga sesuai dgn pasal 2 ayat (2) dan (3) diperlukan
Peraturan Pemerintah (PP) tersendiri, dengan alasan tsb PP
PNBP-PKH tdk bisa digabung dgn PP PNBP Kementerian
Kehutanan lainnya yang merupakan pemanfaatan SDA.
PNBP-PKH TIDAK DAPAT dibagi hasilkan ke daerah, karena
PNBP yg dapat dibagi hasilkan ke Pemda berdasarkan pasal
11, UU No. 33 thn 2004 tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, adalah PNBP yg
diperoleh karena pemanfaatan SDA.
Pengaturan dana bagi hasil pertambangan umum telah diatur
dalam PP No. 5 thn 2005.
5
PNBP-PKH sebagai pengganti kompensasi lahan,
tidak dapat dibagi-hasilkan ke Daerah
Berdasarkan UU No. 33 thn 2004, yang pelaksanaannya diatur dalam PP
no. 55 thn 2005 ttg Dana Perimbangan, pengaturan dana Bagi Hasil yg
berasal dari pemanfaatan SDA pertambangan umum, bahwa DAERAH
TELAH MENDAPAT DANA BAGI HASIL dari sbb:
No. Penerimaan Pusat Prov Kab/ Kota Kab/ kota Total
penghasil sekitar
3. Kontrak Karya :
-Iuran Tetap 20% 16% 64% - 100%
-Iuran Produksi 20% 16% 32% 32% 100%
4. PKP2B:
-Iuran Tetap 20% 16% 64% - 100%
-Dana hasil produksi batubara (13,5%)
1)Royaltyi (3-7%)
2)Penjualan hsl tambang 13,5% (3-7%) 20% 16% 32% 32% 100%
100% - - - 100%
6
PNBP-PKH
Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan
Kawasan Hutan (PNBP-PKH) adalah :
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang luas
kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh persen).
Luas kawasan hutan lebih dari 30% adalah luas kawasan
hutan suatu propinsi yang berdasarkan surat keputusan
Menteri Kehutanan tentang penunjukan kawasan hutan
luasnya lebih dari 30% dari luas daratan.
Propinsi dengan luas kawasan hutan < 30% dari luas daratan
adalah :
Seluruh Propinsi di Pulau Jawa
Propinsi Lampung
Propinsi Bali
7
PEMBAYARAN
PEMBAYARAN PNBP-PKH
PNBP-PKH BERDASARKAN
BERDASARKAN PADA
PADA
BASELINE
BASELINE
(RENCANA
(RENCANA PKH)
PKH)
PNBP Penggunaan kawasan hutan dikenakan kepada
pemegang IPPKH atau disebut WAJIB BAYAR dengan
berdasarkan pada baseline penggunaan kawasan
hutan dan perubahan luas penggunaan kawasan hutan
pada masing-masing kategori L1, L2, L3
SUBYEK (pasal 2) :
PNBP PKH dikenakan kepada pemegang IPPKH
dari Menteri dan perjanjian pinjam pakai yang
masih berlaku, selanjutnya disebut WAJIB
BAYAR.
OBYEK (pasal 3) :
L1, L2 dan L3
9
FORMULA
PENGHITUNGAN
PNBP = (L1 x tarif ) + (L2 x 4 x tarif ) +(L3
x 2 x tarif ) Rp/tahun
L1= adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan untuk
sarana prasarana penunjang yang bersifat permanen meliputi : Pabrik,
Kolam Tailing, perumahan karyawan, jalan, gudang, kantor, bengkel,
stock pile, pelabuhan, washing plan, bukaan tambang dan obyek pinjam
pakai kawasan hutan lainnya (ha)
L2 = adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang
bersifat temporer yang secara teknis dapat dilakukan reklamasi, meliputi
: timbunan tanah pucuk , timbunan batuan penutup, timbunan bahan
galian, kolam sedimen (ha)
L3 = adalah area terganggu karena penggunaan kawasan hutan yang
bersifat permanen yang secara teknis tidak dapat dilakukan reklamasi,
meliputi bukaan tambang vertikal, eks pit mining terakhir (ha)
10
Sumber: Permenhut P.56/Menhut-
II/2008
13
Penagihan, Pemungutan dan Penyetoran
kepada Wajib Bayar
menagih
KEMENHUT Wajib Bayar IPPKH
dicabut
Surat Tagihan Pertama
1 bulan
1 bulan
Surat Tagihan Kedua
1 bulan
Surat Tagihan Ketiga
Surat Peringatan Pertama
1 bulan
15
PENILAIAN KEBERHASILAN REVEGETASI
DALAM RANGKA REKLAMASI utk perhitungan
PNBP
Dilakukan Oleh :
untuk bidang pertambangan, dikoordinir oleh BPKH, dengan
mengikutsertakan unsur-unsur BP DAS, BP2HP, Dept
ESDM)/Dinas provinsi yang membidangi pertambangan dan
dituangkan dalam berita acara;
untuk bidang di luar pertambangan oleh BPKH, dengan
mengikutsertakan BP DAS dan BP2HP serta dituangkan dalam
berita acara
Dalam hal pada baseline, L1 dan L2 yang menurut pemegang
izin PPKH tidak dimungkinkan dilakukan reklamasi dan
revegetasi, maka lokasi tersebut dilakukan verifikasi 16
PENILAIAN KEPATUHAN PEMBAYARAN DANA PNBP
PKH
Verifikasi dilakukan terhadap :
Ketepatan dan kebenaran perhitungan luas L1, L2, L3
Kebenaran atas jumlah pembayaran dana PNBP PKH
Ketepatan waktu pembayaran dana PNBP PKH
Dikoordinasikan oleh BPKH dengan beranggotakan :
Untuk bidang pertambangan: BP DAS, BP2HP dan Departemen
ESDM/ Dinas provinsi yang membidangi pertambangan;
Untuk bidang di luar pertambangan: BP DAS dan BP2HP
Dituangkan dalam Berita Acara
Dilakukan secara uji petik
Hasil dari verifikasi untuk rekomendasi :
Dikenakan denda sesuai ketentuan yang berlaku;
Pemberian sanksi sesuai ketentuan yang berlaku
Biaya operasional verifikasi dibebankan kepada PNBP PKH
17
SANKSI ADMINISTRASI
1.Keterlambatan penyetoran PNBP Penggunaan Kawasan
Hutan dikenakan denda administrasi 2% per bulan dan bagian
dari bulan dihitung satu bulan untuk maksimal 24 bulan. (Pasal
3 Ayat 6 Permenkeu No. 91 Tahun 2009);
2. Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi terdapat kekurangan
penyetoran PNBP Penggunaan Kawasan Hutan, wajib bayar
wajib menyetor kekurangan dimaksud secepatnya ke Kas
Negara ditambah dengan sanksi denda administrasi sebesar 2
% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dari jumlah
kekurangan tersebut. (Pasal 5 Ayat 4 Permenkeu No. 91 Tahun
2009);
3. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan akan dicabut oleh pemberi izin
sebagai sanksi yang dikenakan kepada pemegang izin apabila
menyalahi ketentuan yang tercantum dalam Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (Termasuk Pembayaran PNBP-PKH). (Pasal 44
Permenhut No. P.18/Menhut-II/2011); setelah melalui peringatan
sampai 3 kali dengan selang 1 bulan
18
CARA MENGHITUNG
DENDA PNBP-PKH
Denda = Po x {(1+r)n-1}
Contoh:
Berapa denda atas PNBP Terutang sejumlah Rp 100.000.000,00 pada bulan ke-23?
Jawab :
Denda = Po x {(1+r)n-1}
= Rp 100.000.000,00 x {(1+2%)23-1}
= Rp 57.689.926,42
SANKSI PIDANA & DENDA
1. Pasal 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
bahwa Wajib Bayar yang karena kealpaannya:
a. Tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, atau:
b. Menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang;
2. Pasal 21 Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
bahwa Wajib Bayar yang terbukti dengan sengaja:
a. Tidak membayar, tidak menyetor dan/atau tidak melaporkan jumlah PNBP yang
Terutang;
b. Tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, atau:
c. Menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang;
20
TARGET DAN REALISASI PNBP PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Jumlah
NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp)
WB
5. 2013 Rp 295.168.492.500
6. 2014 Rp 383.080.372.500
7. 2015 Rp. 497.017.908.270
TOTAL Rp 1.873.577.057.770 Rp 875.684.679.452
21
PERMASALAHAN PENERIMAAN PNBP-PKH DARI SISI WAJIB
BAYAR
1. Kesadaran terhadap pelaksanaan kewajiban pembayaran PNBP-PKH oleh wajib bayar
belum optimal. Wajib Bayar hanya 30% yang membayar tepat pada waktunya;
2. Pengisian SSBP dan baseline oleh Wajib Bayar Tidak berdasarkan pada acuan yang telah
ditetapkan, sehingga sering terjadi rencana dengan realisasi tidak sesuai, dan
mengakibatkan kekurangan atau kelebihan bayar.
3. Pemahaman terhadap kewajiban pembayaran serta penyampaian dokumen terkait PNBP-
PKH masih sangat minim. Cara pengisian format PNBP-PKH serta pembuatan peta
rencana, peta realisasi dan peta citra resolusi sangat tinggi masih dianggap beban
kewajiban yang sangat berat untuk dilakukan.
4. Banyaknya Wajib Bayar yang tidak mempunyai divisi/bagian atau personal khusus yang
menangani PNBP-PKH, sehingga setiap penggantian personal di perusahaan akan
memberi dampak hilangnya kontak atau pembayaran PNBP-PKH akan terabaikan.
5. Banyaknya Pemegang IIPKH yang hanya memberikan kepercayaan pada contact person
atau seseorang yang dari awal mengurus IPPKH untuk menangani PNBP-PKH. Sementara
disisi lain Contact person tersebut memegang atau mengurus IPPKH banyak perusahaan.
6. Contact person atau konsultan yang ditunjuk untuk mengurus PNBP-PKH hanya
berkedudukan di Jakarta, tidak mempunyai hubungan langsung dengan site di lokasi
tambang, sehingga koordinasi pengurusan PNBP-PKH menjadi terabaikan dan member
dampak salah perhitungan atau telat pembayaran.
7. Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap Wajib Bayar berupa 2% per bulan, dianggap
terlalu kecil. Belum ada ketegasan terhadap sanksi pidana.
8. Keterlambatan pembayaran PNBP-PKH belum menjadi sanksi dicabutnya IPPKH
PERMASALAHAN PENERIMAAN PNBP-PKH DARI SISI PENGELOLA PNBP-
PKH
1. Berbagai persepsi dan penafsiran terhadap aturan perudang-undangan yang berlaku harus
segera melakukan pembenahan dan pelayanan terhadap pengenaan, penagihan dan
pemungutan PNBP-PKH terhadap Wajib Bayar. Kondisi ini membuat pengelolaan PNBP-PKH
belum berjalan optimal.