SOSIOLOGI
Tapanuli Utara
Nama kelompok 1:
1.Fernando Siregar
2.Inaya Stephanie Sihombing
3.Juan Willy Sinurat
4.Maria Novianti Simanjuntak
5.Yogi Saputra
Adat Istiadatnya
Beberapa upacara adat antaranya: mangganje (kehamilan),
mangharoan (kelahiran), martutu aek dan yang dijumpai pada
masyarakat Tapanuli di mampe goar (permandian dan pemberian
nama), manulangi (menyulangi), hamatean (kematian), dan
mangongkal holi (menggali tulang belulang).
A.Upacara Kehamilan (Mangganje)
Sebelum si Ibu melahirkan, orangtua dari si Ibu sebaiknya memberikan
makanan adat batak berupa ikan batak jenis ikan Mahseer dari genus Tor
Upacara adat
Mangganje, merupakan upacara adat yang dilakukan sebelum
seorang ibu melahirkan anaknya.
Martutu aek, merupkan upacara permandian dan pemberian
nama setelah kelahiran seorang anak.
Manulangi, upacara yang dilakukan sebelum orang meninggal,
caranya dengan memberi makan dan menyulanginya.
Hamatean, merupakan upacara kematian pada masyarakat
Tapanuli Utara
Mitos
Begu Ganjang
Pada masyarakat Taput (Tapanuli Utara), begu
ganjang atau dikenal sebagai hantu panjang
menjadi salah satu momok yang begitu
menakutkan. Seseorang bisa dengan tiba-tiba jatuh
sakit dan itu biasanya mereka harus melakukan
acara ritual secara besar-besaran untuk
menghapuskan segala bentuk jenis ilmu hitam di
daeha tersebut termasuk begu ganjang. Pada
beberapa masyarakat, mereka memelihara begu
ganjang dengan sengaja atas dasar mereka
percaya untuk menjaga sawah dan harta mereka
dari para pencuri
Legenda
Sebagai suatu daerah yang sudah berdiri sejak lama tentu saja wilayah
Tapanuli Utara memiliki berbagai cerita yang sudah melegenda dalam
kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah legenda Situmandi,
dalam legenda ini diceritakan bahwa ada seorang putri yang sangat
cantik dan menawan bernama Boru Natumandi jatuh cinta pada
seorang siluman ular. Pada akhirnya mereka bersama dan putri
tersebut meninggalkan orangtuanya yang bermukim di tepi sungai
Aek Situ Mandi. Legenda ini sangat terkenal di Tapanuli Utara.
Legenda lainnya adalah tentang Aek Rara, yaitu
sebuah tempat pemandian yang berada di
tengah-tengah lahan persawahan masyarakat.
Cerita yang berkembang bahwa di tengah-tengah
tempat pemandian itu terdapat batu besar yang
didalamnya ada naga, dan ada juga mitos yang
mengatakan bahwa apabila orang mandi di
tempat tersebut akan sakit bahkan meninggal
dunia.
Sistem Pengetahuan di bidang Religi
Agama Kristen masuk sekitar 1863 dan penyebarannya meliputi
batak utara. Namun masyarakat pedesaan didaerah utara masih
mempertahankan bentuk kepercayaan konsep religi asli penduduk
batak. Mereka memiliki konsepsi bahwa alam semesta beserta
isinya diciptakan oleh debeta mula, jadi na balon yang bertempat
diatas langit. Sebagai sang pencipta dan memiliki kedudukan
yang tinggi, sillon na balon di percaya sebagai penguasa dunia
makhluk halus. Ada tiga konsep dalam sistem religi orang batak,
yaitu :
Tondo = jiwa atau roh
Sahala = jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang
Begu = Tndinya orang yang sudah mati.
Selain itu, orang batak percaya akan sebuah kekuatan sakti yang
berasal dari jimat. Mereka biasanya menyebut itu dengan sebutan
Tongkat. Persebaran agama mulai terjadi di daerah batak,
masuknya Islam di daerah Tapanuli dan misionaris Kristen mulai
menjadi warna baru dalam pola religi daerah Tapanuli.
Perang Tapanuli, juga dikenal sebagaiPerang Batak(1878-1907),
merupakan perang antara Kerajaan Batak melawanBelanda. Perang ini
berlangsung selama 29 tahun.
Alasan meletusnya perang ini adalah:
Raja Sisingamangaraja XII tidak senang daerah kekuasaannya diperkecil oleh
Belanda. KotaNatal,Mandailing,AngkoladanSipirokdi Tapanuli Selatan
dikuasai oleh Belanda.
Belanda berusaha mewujudkanPax Netherlandica.
Perang meletus setelah Belanda menempatkan pasukannya diTarutung,
dengan tujuan untuk melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung
dalamRhijnsnhezending, dengan tokoh penyebarnyaNommensen(orang
Jerman). Raja Sisingamangaraja XIII memutuskan untuk menyerang
kedudukan Belanda di Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di
daerah Tapanuli Utara, seperti diBahal Batu,Siborong-borong,
Balige LagubotidanLumban Julu.
Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasaiBakkara,
pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat penyerangan
ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah keDairi Pakpak. Pada tahun
1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen dariAcehTengah,
melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan di Medan
didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah
pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri
Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu
Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke
hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk menyerah, dan dalam