Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI TB PARU DI PUSKESMAS

BUKIT HINDU PALANGKA RAYA


KELOMPOK 1

ANDREAS MUSLIM M. RIZALI FAHMI


AULIA RAHIMAH M. TAUFIKURAHMAN
AYU RUSMA HANDAYANI HAIRESNITA
SONY JAMJANI
SUPIANI KIKI MARIA
CAHYA ISLA ILMIA M. KHAFIZ
DEWI SAFITRI LINA TRIANSI
DIAN HANDRAYANI S. LINDA ARIYANI
NORMANSYAH MASNIAH
RIZA RASYIDI IKHSAN SYARIF
ERI JULIANA JAYIM MUJTAHIDAN
ERLI ERMAWATI MAULIDA NOOR SARI
ETY SUNARTI MEDIAWATI
MASKARISKU MIFTAHUN NISA
MUHAMMAD RIYAN SAPUTRA DONI HARTAKU
FACHRINA
FENNY LISA
GUSNITA DAMAYANTI
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi penting penyebab
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan setiap negara berbeda
angka insidennya
Kasus baru TB di Indonesia menurut laporan WHO (2009) adalah 119 per
100.000 penduduk. Data insiden TB BTA+ menurut jenis kelamin
memperlihatkan bahwa kasus tertinggi terjadi pada kelompok jenis
kelamin laki-laki yaitu 94.518 (58,80%), sedangkan insiden pada
perempuan yaitu 66.223 kasus (41,20%).
Kasus Tuberkulosis paru BTA positif di Kalimantan Tengah berdasarkan
Program pemberantasan Penyakit Menular Tahun 2011 sebanyak 1.479
kasus dan tahun 2012 sampai triwulan 3 ditemukan 853 kasus.
Di kota Palangka Raya berdsarkan laporan Puskesmas terlihat adanya
penurunan kenaikan pada angka kesakitan (Insidence Rate) tuberkulosis
positif per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar 103, tahun 2006
sebesar 78, tahun 2007 sebesar 69, tahun 2008 sebesar 77, tahun 2009
sebesar 49, tahun 2010 59, dan tahun 2011 sebesar 47,5. Hal ini
menunjukkan penyakit TB paru di Kota Palangka raya terjadi
penurunan.
di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya jumlah kasus TB Paru Pada
tahun 2013 sebanyak 59 penderita, dan tahun 2014 sebanyak 50
penderita.
VARIABEL ORANG (PERSON)
Tabel 2.1
Deskriptif Penyakit TBC Berdasarkan Umur Di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya Tahun
2015

Kasus
No Gol.Umur (Tahun) Penduduk IR

P L

1 17-25 thn 201 3 4 3,48

2 26-35 thn 223 5 7 5,38

3 36-45 thn 112 4 8 10,71

4 46-55 thn 110 2 3 4,54

5 56-65 thn 98 2 3 5,10

6 >66 thn 68 1 3 5,88


HASIL
Dari data diatas dapat di terangkan bahwa di daerah
tersebut jumlah penderita di dominasi oleh laki-laki
meskipun perbedaannya tidak begitu jauh. Dapat
dilihat pula bahwa kelompok usia antara 36-45 tahun
memiliki jumlah IR tertinggi di bandingkan
kelompok umur lainnya yaitu sebesar 10,71 dengan
jumlah penduduk penderita terdapat 12 jiwa dari
jumlah 201 penduduk usia antara 36-45 tahun. Dari
golongan umur 17-25 tahun terdapat 7 jiwa penderita
dari 201 jiwa. Golongan umur 26-35 tahun terdapat
12 jiwa penderita dari 223 jiwa. Dari usia 46-55
tahun memiliki jumlah penderita 5 jiwa dari 110
jiwa. Dari usia 56-65 tahun memiliki jumlah
penderita 5 jiwa dari 98 jiwa . Dari usia >66 tahun
memiliki jumlah penderita 4 jiwa dari 68 jiwa.
Pembahasan

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim


paru dapat juga ditularkan kebagian tubuh lain termasuk meningen, ginjal,tulang
dan nodus limfe, agen infeksius terutama adalah batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet
(Brunnner & Suddarth, 2002 hal 584).
Penyakit Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang pada
siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada
bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang
berkisar antara usia 15 tahun 35 tahun dan terjadi banyak pada laki-laki.
kemungkinan hal tersebut diakibatkan karena kegiatan/ aktivitas penderita diluar
ruangan atau berkontraksi langsung dengan orang banyak sehinga penularan dari
penderita Tb paru lebih besar.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan
orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun.
Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB
paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-
laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan
terjangkitnya TB paru.
VARIABEL WAKTU

DESKRIPTIF PENYAKIT TBC BERDASARKAN BULAN DI PUSKESMAS BUKIT HINDU


PALANGKA RAYA TAHUN 2015 (JANUARI-SEPTEMBER)

BULAN Jumlah kasus

Januari 2

Febuari 1

Maret 2

April 3

Mei 6

Juni 5

Juli 11

Agtustus 7

September 8

Jumlah 45
HASIL

Berdasarkan tabel 2.2 di atas menunjukan


bahwa kasus TBC di Puskesmas Bukit Hindu
Palangka Raya tahun 2015 (Januari-September)
yang mencapai puncak tertinggi pada bulan juli
sebanyak 11 kasus. kemudian kasus terendah
pada bulan Februari sebanyak 1 kasus.
PEMBAHASAN
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis, dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada
adatidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari hari sampai berbulanbulan. Bila
partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas
atau paruparu.
Sumber penularan adalah penderita TBC. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk droplet .Droplet yang
mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam.Orang dapat terinfeksi apabila droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan..
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif, maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi
TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
Resiko penularan setiap tahun. Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1 - 2 %. Pada daerah
dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10
(sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak
akan menjadi penderita TBC, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi
penderita TBC. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah
dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus)
penderita TBC setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif.
VARIABEL TEMPAT (PLACE)

HASIL
Menurut data dan sumber, penderita TB Paru di
Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya
terbanyak bertempat tinggal di daerah padat
penduduk dan hunian dan minumun ventilasi.
PEMBAHASAN
Penyebab Penyakit Tuberculosis adalah bakteri microbacterium tuberculosa
yang berbentuk batang / tongkat sangat kecil. selain karena bakteri sebagai
penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab, kurangnya sinar matahari
pada suatu ruang, dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat berperan
dalam penyebaran bakteri mikrobakterium tuberkulosa ini sehingga sangat
mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam kondisi lingkungan yang
tidak sehat
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan
kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di
dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/
bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar
tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.
Langkah-Langkah Pemberantasan TB Paru
Memberikan himbauan kepada masyarakat bila dirinya
terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan
orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah
sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai
masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue agar orang lain
terhindar dari penularan TB Paru
Memberikan penyuluhan tentang TB paru mencakup cara
pencegahan seperti rumah sehat, tidak merokok dan
membiasakan hidup sehat
Upaya Penemuan Penderita: Ada dua cara upaya penemuan
penderita TB Paru dalam program pemberantasan, yaitu secara
pasif dan aktif. Secara pasif artinya penjaringan tersangka
(suspek) penderita dilaksanakan pada mereka yang datang ke
unit pelayanan kesehatan. Secara aktif yaitu dilakukan dalam
angka meningkatkan cakupan penemuan penderita, melalui
upaya penyuluhan secara aktif kepada masyarakat, baik oleh
petugas kesehatan maupun kader kesehatan
Pemeriksaan Bakteriologis: Pemeriksaan dahak
secara mikroskopis merupakan kunci dalam
menegakkan diagnosa penyakit tuberkulosis dan
mengevaluasi hasil pengobatan. Untuk diagnosis
harus memeriksa 3 (tiga) spesimen dahak
Pengobatan Tuberkulosis Paru : Tujuan pengobatan
adalah menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan
tingkat penularan. Pengobatan dilakukan dalam 2
tahap, yakni tahap intensif dan tahap lanjutan.
Dalam pelaksanaannya penderita harus selalu
diawasi oleh pengawas minum obat (PMO) yang telah
ditunjuk oleh petugas kesehatan atau keluarga
pasien. Pengawasan sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat. (Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen
Kesehatan RI. 2002)
KESIMPULAN
Kasus TBC berdasarkan umur di Puskesmas Bukit Hindu Palangka
Raya Tahun 2015 (Januari-September) dapat diketahui bahwa
kelompok usia antara 36-45 tahun memiliki jumlah IR tertinggi di
bandingkan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 10,71 dengan
jumlah penduduk penderita terdapat 12 jiwa dan IR terendah yaitu
pada 17-25 tahun sebesar 3,48 dengan 7 jiwa penderita.
Kasus TBC di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya Tahun 2015

(Januari-September) yang mencapai puncak tertinggi pada bulan juli


sebanyak 11 kasus. kemudian kasus terendah pada bulan Februari
sebanyak 1 kasus.
Kasus TBC di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya Tahun 2015
(Januari-September) dengan penderita terbanyak bertempat tinggal
di daerah padat penduduk dan hunian dan minimun ventilasi.
dalam upaya pemberantasan TB Paru dapat dilakukan memberikan

penyuluhan tentang TB paru, upaya penemuan penderita,


pemeriksaan bakteriologis, dan pengobatan tuberkulosis paru.
REFERENSI
Brunner dan Sudarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2006. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis: Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota. 2012, Profil Kesehatan Kota Palangka Raya


Tahun 2012. Kalimantan Tengah

Hidayat,Alimul.2008.Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.


Jakarta:Salemba Medika.
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gannguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Prince, Syilvia Anderson. 2006. Patofisisologi: Konsep Klinis Proses-
proses penyakit. Jakarta: EGC
Rekapan Data Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya. 2015.
Palangka Raya.
THANK U SO MUCH ^^

Anda mungkin juga menyukai