Anda di halaman 1dari 54

RESPIRATORY DISTRESS

SYNDROME DAN INFEKSI


NEONATAL

dr. Muhammad Bimo Harmaji

Pembimbing :
dr. Gladys Gunawan, Sp.A(K)
Kamatian
Prematur BBLSR RDS bayi
meningkat

RDS diperkirakan terjadi pada 20.000-30.000 bayi baru lahir tiap tahunnya

Kira-kira 50% kelahiran neonatus yang lahir pada usia kehamilan 26-28
minggu mengalami RDS
Masalah yaang
belum terpecahkan

Neonatal
infeksi

Sekitar 50% bayi


memiliki keterkaitan
Mortalitas
dengan infeksi sekitar 42 %
Akan dibahas kasus respiratory distress syndrome

dan infeksi neonatal pada bayi berat lahir sangat

rendah yang dialami oleh seorang bayi laki-lak yang

dirawat di ruang Bayi RS TPT Banjarmasin


RDS (RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME)

Penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan sel tipe


II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk
menghasilkan surfaktan yang memadai

Gangguan pernafasan yang sering pada bayi


prematur

RR >60x/menit, retraksi dada, sianosis yang menetap,


thorax fotoyang spesifik
INFEKSI NEONATAL
Definisi

sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat


infeksi selama satu bulan pertama kehidupannya

Etiologi

antepartu,m, intrapartum, postpartum

Epidemiologi

Perkiraan World Health Organitation (WHO)


hampir semua (98%) dari lima juta kematian
neonatal terjadi di negara berkembang. 42%
kematian neonatal disebabkan infeksi
FR. Mayor
Faktor Maternal
resiko
FR. Minor

Neonatal

Lain-lain
TATALAKSANA

Suportif

Kausatif
LAPORAN KASUS
IDENTITAS

Nama: Bayi C

Usia: 1 hari

Jenis
Laki-laki
kelamin:
Alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 20
Agustus 2016, pukul 17.00 Wita.

KU : lahir tidak menangis

Bayi C, lahir pk 14.10 , BB :1000 gr, PB : 33

Lahir tidak segera menangis

Spt-bk

Tampak kebiruan

Gerak lemah, tidak aktif


Selama hamil ibu rutin ANC

r/trauma, mengkonsumsi obat/jamu (-)

r/perdarahan (+)

Keputihan gatal berbau (+)

20 Agustus 2016, ibu mengeluh kencang-kencang, hasil VT:


pembukaan aktif

Ibu dipimpin melahirkan


Pemeriksaan fisik

KU : lemah

HR : 146

RR : 78

Suhu : 35,6
1 menit 5 menit 10 menit
Frekuensi <100 <100 <100
jantung x/menit x/menit x/menit
Usaha - - -
bernapas
Tonus otot - - -
Reflek - - -
Warna kulit Tubuh
kemerahan
ekstremitas
biru
2 3 2
Pemeriksaan fisik

Kulit : Kebiruan, ikterik (-)

Kepala : UUB, UUK datar, caput (-)

Mata : Konj anemis (-) sklera ikterik (-)

Telinga : Sekret minimal

Hidung : PCH (+)

Mulut : Sianosis (+)

Leher : Tortikolis (-)


thorax

Inspeksi : Simetris, retrakisi (+)

Palpasi : FV simetris
SN bbronkovesikuler,
Auskultasi :
Rh(-), wh (-) BJ (-)

abdomen

Inspeksi : Datar, distensi (-)

Palpasi : Massa (-)

Auskultasi : BU (+) normal


Genital : Laki-laki

Anus : +

Ekstremitas : Sianosis (+) edem (-)

Tulang belakang : Deformitas (-)

Reflex moro : Positif lemah

Reflex gasping : Positif lemah

Reflex sucking : _

Reflex plantar : Positif lemah

Reflex rooting : Positif lemah


DIAGNOSIS BANDING

Sindrom
gawat BBLSR BKB SMK Spt-bk
nafas BBLR BCB KMK SC
HMD BBLC BLB BMK
TTN
MAS
DIAGNOSIS

RDS e.c susp HMD

BKB

SMK

BBLSR

Spt-bk
Dubia at malam
prognosis

Cek lab
Kultur darah
Usulan Thorax foto
/saran
TERAPI

Rawat Inkubator
Infus Tali Pusat
O2 CPAP PEEP 7 cmH2O FiO2 28%
Aminophylin bolus 6 mg
Aminophylin maintenance 2x2,5mg
Ivelip 0,4 cc/jam
Inj. Ampisilin 2x50 mg
Inj. Gentamisin 5 mg/36 jam
Inj. Vit. K 1x1 mg
Gentamisin zalf OD/OS
Imunisasi
Laboratorium (20 Agustus
2016)

Hb : 20,4 gr%
Eritrosit : 3,39
juta/mm3
Leukosit : 25.200/mm3
Hematokrit : 40,6%
Trombosit : 235.000/mm3
GDS : 34 mg/dL
Tanggal 20 Agustus 2016 21 Agustus 2016 22 Agustus 2016
Subjektif
Gerakan : Lemah + + +
Menangis : Lemah + + -
Kulit : kemerahan - + +
Kebiruan + - -
Merintih + + +
Nafas : tidak teratur + + +

Objektif
Nadi RR Suhu
x/mnt x/mnt x/mnt
170 70 38,5
160 65 38
150 60 37,5
140 55 37
130 50 36,5
120 45 36
110 40 35,5
100 35 35
Kulit : Kemerahan + + +
Sianosis + - -
Hidung : Pernapasan cuping hidung + + -
Mulut : Sianosis - - -
Toraks : Retraksi - - -
Ekstremitas : Sianosis + - -
Penatalaksanaan
IVFD D12,5% 100 cc+Ca-glukonas 2,5 + + +
tetes/menit
Inkubator + + +
O2 CPAP PEEP 7 cmH2O FiO2 28% + + +
Aminophilin bolus 6 mg
Aminophilin maintenance 2x2,5mg + - -
+ +
Ampicillin 2 x 10 mg iv + + +
Gentamycin 2 x 5 mg iv + + +
Diet (OGT) Puasa Puasa Puasa
Evelip 0,4cc/jam - + +
Pada hari perawatan ke-4, bayi C mengalami

apneu berulang yangmana terjadi dalam durasi

5-10 detik, meskipun sudah mendapatkan

tindakan resusitasi untuk kegawatan nafasnya,

bayi C dinyatakan meninggal pada tanggal 23

Agustus 2016 pukul 07.20.


Infeksi pada bayi baru lahir atau yang disebut Infeksi neonatal adalah

sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan

pertama kehidupannya. dapat terjadi ante natal, intra natal mauppun

post partum. Infeksi neonatorum ditandai dengan terpenuhinya 1

kriteria mayor atau 3 kriteria minor


Kriteria mayor Kriteria minor

KPD > 24jam KPD >12 jam

Demam intrapartum > Demam >37,50C

380C

Korioamnionitis APGAR rendah

Ketuban hijau berbau BBLSR (<1500 gr)

DJJ >160 UG <37 minggu

Gemeli

Keputihan gatal, berbau

ISK yang tidak terobati

Pada bayi C, didapatkan 4 kriteria sehingga memenuhi kriteria diagnosis

neonatal infection
Distress respirasi atau gangguan napas merupakan

masalah yang sering dijumpai pada hari pertama

kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas cuping

hidung, retraksi interkostal, sianosis dan apnue. Gangguan

napas dapat mengakibatkan gagal napas akut yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara

pertukaran gas agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh

dan akan mengakibatkan hipoksemia dan/atau

hiperkarbia.
Definisi gangguan napas adalah suatu keadaan

meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai

dengan:

Takipneu

Retraksi

PCH

Merintih

Sianosis

Apneu
Gambaran klinis yang terdapat pada Bayi C adalah manifestasi gangguan

pernafasan yang ditunjukkan dengan adanya retraksi dan nafas cuping

hidung. Retraksi dan nafas cuping hidung pada Bayi C terjadi sejak

dilahirkan. Hal ini menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem organ

pernapasan yang terjadi.

Hal ini dinilai melalui score down, yangmana jumlah nilai bayi C adalah 7
Evaluasi:
1-3 :tidak ada gawat napas
4-7 : gawat napas
> 7 : ancaman gagal napas
Pada bayi C, skor down didapatkan jumlah 7.
obstruksi

Gangguan pd trakhea

Penyebab non pulmonal

Penyebab gangguan
nafas : Penyebab pulmonal
Selain antibiotik, Bayi C juga mendapatkan terapi

perawatan inkubator untuk menjaga stabilisasi suhu.

Bayi C juga mendapatkan terapi oksigen dengan

Continous Positive Airway Pressure (CPAP) yang

berguna untuk mempertahankan tekanan positif

pada saluran napas neonatus selama pernapasan

spontan. Bayi C juga mendapatkan infus D12,5% +

Ca glukonas
Bayi C juga mendapatkan nutrisi parenteral

protein (aminophilin) dan lipid (evelip). Nutrisi

parenteral diberikan sebagai dukungan nutrisi

bagi pasien yang tidak dapat mengkonsumsi

atau menyerap sejumlah makanan secara

adekuat melalui traktus gastrointestinal.


Penyebab kematian pada bayi C mungkin dikarenakan
adanya depresi pusat pernafasan akibat prematuritas
(imaturitas neuron-neuron, imaturitas fungsi batang
otak) yang menyebabkan sinyal impuls bernafas terhadap
otot-otot pernafasan tidak adekuat, ini menyebabkan
terganggunya aktivitas otot-otot pernafasan, yang
akhirnya memicu terjadinya apneu.
Secara keseluruhan, bayi prematur relatif kurang mampu
untuk bertahan hidup karena struktur anatomis dan
fisiologis yang imatur dan juga fungsi biokimianya belum
bekerja dengan baik.

Kekurangan fungsi tersebut diatas berpengaruh terhadap


kesangggupan bayi untuk mengatur suhu badannya, fungsi
paru, fungsi imunologik dan fungsi lainnya. Fungsi nafas
bayi prematur masih terbatas karena berkurangnya perfusi
alveolus pada ventilasi dan berkurangnya luas permukaan
surfaktan lipid yang aktiif untuk mencegah kolaps alveolus.
BAYI KURANG BULAN (BKB)

Bayi C lahir dalam usia kehamilan 25 minggu

dan termasuk bayi kurang bulan (BKB) karena

usia kehamilan kurang dari 37 minggu . Usia

kehamilan bayi dibagi menjadi bayi kurang

bulan (BKB), bayi cukup bulan (BCB) dan bayi

lebih bulan (BLB).3


Bayi berdasarkan masa gestasi

BKB Bayi Kurang Bulan < 37 minggu (< 259 hari)

BCB Bayi Cukup Bulan mulai 37 minggu - 42 minggu


(259-293 hari)

BLB Bayi Lebih Bulan > 42 minggu (294 hari atau


lebih).
Hari pertama haid terakhir ibu Bayi C adalah 03

Oktober 2013, sehingga taksiran partus Bayi C

untuk BCB pada tanggal 29 Juli 2014.

Berdasarkan nilai Finnstrom, didapatkan usia

kehamilan 26 minggu.
Penghitungan dengan skor new Ballard yang

mengakses tingkat maturitas neuromuskular dan fisik

adalah 10, yang mengindikasikan masa umur gestasi

ibu antara 26-28 minggu.


6
1 4
10
1
0
1
1
2
6

1
2
0 25
1 26-28
0
0

4
Selain itu, dari pemeriksaan fisik pada bayi C didapatkan tanda-
tanda bayi kurang bulan seperti :
a. Ukuran kecil
b. Berat badan lahir sangat rendah
c. Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink
d. Vena di bawah kulit terlihat
e. kulitnya tampak keriput
f. Tangisannya lemah
g. Jaringan payudara belum berkembang
h. Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit
i. Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
j. Pernafasan yang tidak teratur
SESUAI MASA KEHAMILAN (SMK)

Perbandingan antara berat badan lahir bayi dan

masa gestasi dapat menilai maturitas dari bayi.

Berdasarkan hal tersebut, bayi dapat dibedakan

menjadi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK),

Sesuai untuk Masa Kehamilan (SMK) atau

Besar untuk Masa Kehamilan (BMK).


Kurva pertumbuhan standar disusun berdasarkan

riwayat berat lahir bayi yang dilahirkan pada minggu

kelahiran tertentu. Bayi dengan berat lahir sama

dengan atau di bawah persentil ke-10 digolongkan

kecil masa kehamilan (KMK), sedangkan bayi yang

memiliki berat lahir pada atau di atas persentil ke-90

digolongkan besar masa kehamilan (BMK), Jika

berat lahir bayi berada di antara persentil ke-10

hingga ke-90 digolongkan sesuai masa kehamilan

(SMK).
Pada kasus, Bayi C dilahirkan dengan berat badan

lahir sebesar 1000 gram dengan usia kehamilan 25

minggu berdasarkan kurva pertumbuhan Lubchenco,

maka dapat disimpulkan bahwa bayi termasuk bayi

SMK (Sesuai untuk Masa Kehamilan) karena berat

badan bayi dan masa gestasinya berada di antara

persentil ke-10 dan 90


BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH
(BBLSR)

Berdasarkan berat badan lahir pasien 1000 gr (< 1500 gr),

Bayi C digolongkan sebagai berat bayi lahir sangat rendah

(BBLSR). Prevalensi bayi berat lahir sangat rendah

(BBSLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di

negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi

rendah. Penyebab terbanyak terjadinya BBLSR adalah

kelahiran prematur.
Berat lahir

BBLSR <1500 gr

BBLR 1500-2500 gr

BBLC 2500-4000 gr

BBLB >4000 gr
Beberapa etiologi dari BBLSR yaitu :

Faktor ibu
Faktor
penyakit Faktor
janin
Kebiasaan
Pada ibu bayi, didapatkan 2 faktor resiko yaitu ,

perdarahan ante partum dan pekerjaan yang melelahkan

sehingga menjadi faktor resiko terjadinya BBLSR.


KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus bayi laki-laki 3 hari dengan

diagnosis neonatal infeksi dengan respiratory distress

syndrome + BBLSR yang dirawat di ruang bayi RS TPT

Banjarmasin. Pasien dirawat selama 4 hari sejak 20

Agustus 2016 hingga 23 Agustus 2016 di ruangan Bayi.

Diagnosis infeksi neonatal dan RDS+ BBLSR ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik.


Telah dilakukan pengobatan berupa pemberian O2, infus

D12,5% +Ca glukonas, injeksi ampicilin (2 x 50 mg),

gentamisin (5 mg/36 jam), vitamin K (1 x 1 mg), juga

mendapatkan nutrisi parenteral protein (aminophilin) dan

lipid (evelip). Pasien kemudian di rencanakan melakukan

pemeriksaan foto thoraks dan kultur darah, namun pada

hari perawatan ke-4 pasien mengalami apneu berulang

dan dinyatakan meninggal pada tanggal 23 April 2014 pk

07.20.
Prognosis tergantung dari tingkat prematuritas dan

beratnya gejala. Mortalitas diperkirakan antara 20-40%.

Penyebab kematian dikarenakan apneu yang berulang,

pada bayi prematur kausa sulit sekali diketahui,

kemnungkinan terjadi depresi pada pusat pernafasan

akibat prematuritas itu sendiri (imaturitas neuron-

neuron dan imaturitas fungsi dari batang otak).


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai