Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS PERINATOLOGI

(Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah, Kurang Bulan, Sesuai Masa
Kehamilan, Lahir Spontan, Respiratory Distress Syndrome, Neonatal
Sepsis)

Disusun Untuk Melengkapi Syarat Internship

Di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan

Disusun Oleh :

dr. Dina Sofiana

RSUD KAJEN

KABUPATEN PEKALONGAN

2019
LAPORAN KASUS PERINATOLOGI

IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. DI
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/usia : 24-07-2019
Alamat : Wonosari 8/3 Karanganyar
Tanggal Masuk Rawat Inap : 24 Juli 2019 Pukul 03:30 WIB
Tanggal Meninggal : 27 Juli 2019 Pukul 11:15 WIB
Lama Perawatan : 3 hari 7 jam 45 menit

ANAMNESIS :

 Bayi lahir dari Ibu P2A0 yang hamil kurang bulan (28 minggu) secara spontan.
 Bayi tidak langsung menangis dengan tonus otot lemah.
 Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya ada.
 Riwayat ibu demam menjelang persalinan tidak ada. Riwayat keputihan berbau
tidak ada. Riwayat perdarahan tidak ada. Riwayat ibu hipertensi tidak ada.
 Riwayat ibu sakit berat selama hamil tidak ada. Ibu rutin kontrol di bidan 3 kali
dan di dokter kandungan 1 kali. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan dokter ada, multivitamin dan tablet Fe. Riwayat keluarga dengan
kelainan bawaan tidak ada.

Bayi lahir (03:30) Resusitasi neonatus

Bayi diletakan di bawah radiant warmer yang telah dihangatkan,


Kurang bulan diposisikan, dilakukan hisap lendir dari mulut dan kedua hidung,
dikeringkan, dirangsang taktil reposisi dan dievaluasi kembali
Air ketuban jernih
HR 146 x/menit, RR 62x/menit. Pernapasan cuping hidung ada,
Tidak langsung sianosis perioral tidak ada, retraksi dinding dada ada. Tonus otot
menangis lemah. Akral sianosis tidak ada.

Tonus otot lemah Bayi mendapat O2 hidung 8 L/menit s/d terpasang CPAP

APGAR 1’= 7, 5’= 8, 10’=9

PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 24 Juli 2019)


Keadaan umum : menangis
Antropometri : BB : 900 gr
PB : 35 cm
LK : 25 cm
LD : 22 cm
Tanda-tanda vital : HR : 146 x/menit
RR : 62x/menit
S : 36,7o C
CRT : < 3 detik

2
SpO2 : 98% dengan CPAP

Kepala : Ubun ubun besar datar, lembut


Wajah dismorfik tidak ada
Konjungtiva anemis tidak ada
Sklera ikterik tidak ada
THT : Low set ear tidak ada
Pernapasan cuping hidung ada
Slightly curved pinna, soft, slow recoil
Mulut : Sianosis perioral tidak ada
Celah di bibir, gusi dan langit-langit tidak ada
Leher : Webbed neck tidak ada
Short neck tidak ada
Toraks : Bentuk dan gerak simetris
Retraksi dada ada, berat
Payudara: flat areola, no bud
Pulmo : Bronchovesicular sound kanan sama dengan kiri, slem dan crackles
tidak ada
Cor : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, murmur tidak ada
Abdomen : Datar, lembut
Tali pusat putih
Bising usus normal
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Genital : Perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora, klitoris
menonjol
Anus : Ada
Ekstremitas : Akral hangat
Akrosianosis tidak ada
Rajah ekstremitas atas -/-
Rajah ekstremitas bawah : garis kemerahan tipis di anterior +/+
Kulit : lembut, kemerahan, vena tampak jelas, lanugo banyak
Refleks : Refleks hisap ada
Pengeluaran air kemih :-
Pengeluaran mekoneum :-
NBS : 12 ~ (28 - 30 minggu)
Downes score : 5 (gawat napas)

DIAGNOSIS KERJA
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan
Suspek Neonatal Infeksius

3
Respiratory Distress Syndrome

TATA LAKSANA
Bersihkan jalan napas
Termoregulasi
Infus RL 10cc/kgBB dalam 1 jam, lanjut sesuai kebutuhan cairan
Injeksi vit.K neo 1 mg IM
Tetes mata kloramfenikol gtt I ODS
Cek DR, GDS, Golongan darah
Rawat inkubator
Pasang CPAP (FiO2 40%, PEEP 6)
Pasang OGT
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam

4
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal Perkembangan
24 Juli 2019 S: Distress napas ada tidak bertambah.
Kebiruan tidak ada

O: KU : menangis
HR: 140x/menit, RR: 48x/menit
SpO2: 96% dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%
Kepala: PCH (-), POC (-)
Toraks: Retraksi dada -/-
Cor S1 S2 normal
Pulmo BVS ki = ka
Abdomen: BU (+), tali pusat terawat
Ekstremitas: CRT: <3 detik

Hasil Laboratorium (24/07/2019)


Hb : 17,6 g/dL
Ht : 51,1 %
Eritrosit : 4,49 juta/uL
Leukosit : 13.500/mm3
Trombosit : 162.000/mm3
MCV : 114
MCH : 39,2 pg
MCHC : 34,5%
GDS : 136 mg/dL
Gol. Darah : A

A: Neonatal sepsis hari 1


Respiratory Distress Syndrome
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

P: O2 dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%


Kebutuhan cairan : 80cc/kg/hari ~ 3cc/jam
Nutrisi parenteral dengan GIR = 5mg/kg/menit
GIR = kecepatan cairan X Dextrose.....%
6 X BB dalam kg
5 = 3 cc/ jam X Dextrose
6 X 0,9
5 = 3 X Dextrose
5,4
27 = 3 X Dextrose
Dextrose……9% ~ Infus : D9 1/4NS, 3 cc/ jam
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam
Observasi KU, tanda vital, SpO2

25 Juli 2019 S: Residu hijau ± 2 cc

O: KU : menangis, gerak lemah


HR: 135x/menit, RR: 48x/menit
SpO2: 95% dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%

5
Kepala: PCH (-), POC (-)
Toraks: Retraksi dada -/-
Cor S1 S2 normal
Pulmo BVS ki = ka
Abdomen: BU (+), tali pusat terawat
Ekstremitas: CRT: <3 detik

A: Neonatal sepsis hari 2


Respiratory Distress Syndrome
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

P: O2 dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%


Infus : D9 1/4NS, 3 cc/ jam
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam
Bilas lambung
Observasi KU, tanda vital, SpO2

26 Juli 2019 S: Distress napas ada tidak bertambah


Pukul 16:00 Kebiruan tidak ada
Residu (+)

O: KU : menangis
HR: 158x/menit, RR: 48x/menit
SpO2: 98% dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%
Kepala: PCH (-), POC (-)
Toraks: Retraksi dada -/-
Cor S1 S2 normal
Pulmo BVS ki = ka
Abdomen: BU (+), tali pusat terawat
Ekstremitas: CRT: <3 detik

A: Neonatal sepsis hari 3


Respiratory Distress Syndrome
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

P: O2 dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%


Infus : D9 1/4NS, 3 cc/ jam
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam
Bilas lambung
Observasi KU, tanda vital, SpO2

Pukul 21:30 S: Residu hijau

O: KU : menangis lemah, gerak aktif


HR: 163x/menit, RR: 40x/menit
SpO2: 98% dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%
Kepala: PCH (-), POC (-)
Toraks: Retraksi dada +/+
Cor S1 S2 normal

6
Pulmo BVS ki = ka
Abdomen: BU (+), tali pusat terawat
Ekstremitas: CRT: <3 detik

A: Neonatal sepsis hari 3


Respiratory Distress Syndrome
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

P: O2 dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%


Infus : D9 1/4NS, 3 cc/ jam
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam
Bilas lambung
Observasi KU, tanda vital, SpO2

27 Juli 2019 S: Residu kecoklatan, saturasi turun, napas tidak adekuat,


Pukul 09:42 kebiruan tidak ada

O: KU : merintih, gerak lemah


HR: 120x/menit, RR: 68x/menit
SpO2: 74% dengan CPAP PEEP 6 FiO2 40%
Kepala: PCH (+), POC (-)
Toraks: Retraksi dada +/+
Cor S1 S2 normal
Pulmo : penurunan ringan udara masuk
Abdomen: BU (+), tali pusat terawat
Ekstremitas: CRT: <3 detik, akrosianosis (-)

A: Gagal CPAP
Neonatal sepsis hari 4
Respiratory Distress Syndrome
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

P: Ventilasi tekanan positif


Bilas lambung
Injeksi vit.K 1 mg/24 jam
Injeksi aminofilin 5mg
Infus : D9 1/4NS, 3 cc/ jam
Injeksi Kalfoxim 60mg/ 12 jam
Observasi KU, tanda vital, SpO2

Pukul 11:00 S: Napas spontan tidak ada


O: KU: pergerakan tidak ada
HR: 50 x/menit, RR: 36 x/menit
SpO2: 85%, CRT: <3 detik
A: Bradikardi
P: Resusitasi jantung paru
Ventilasi tekanan positif
Injeksi epinefrin 0,3mg IV  diberikan 2 kali
Injeksi aminofilin 5mg

7
Pukul 11:15 S : Nafas spontan tidak ada
HR : tidak ada
RR : tidak ada
SpO2 tidak terukur
Pupil midriasis maksimal
Penderita dinyatakan meninggal di hadapan keluarga

DIAGNOSIS AKHIR

Gagal CPAP
Respiratory Distress Syndrome
Neonatal sepsis
Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
Kurang Bulan (28 minggu)
Sesuai Masa Kehamilan
Lahir Spontan

8
PEMBAHASAN

1. TERMINOLOGI NEONATOLOGI
Masa Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
terakhir

Bayi Kurang Bulan (BKB)


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi <37 mgg (<259 hr)

Bayi Cukup Bulan (BCB)


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi 37–42 mgg (259–293 hr)

Bayi Lebih Bulan (BLB)


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 mgg (>294 hr)

Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK/Small for Gestasional Age=SGA)


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (<persentil 10) menurut grafik Lubchenco

Bayi Sesuai Masa Kehamilan (SMK/Appropiate for Gestasional Age=AGA)


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir antara persentil 10 sampai persentil 90
menurut grafik Lubchenco

Bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK/Large for Gestasional Age=LGA)


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (>persentil 90) menurut grafik Lubchenco

Berat Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama sesudah lahir. Pengukuran ini
dilakukan di tempat fasilitas (rumah sakit, puskesmas, polindes), sedangkan bayi yang
lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2.500 g tanpa memandang masa gestasi

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <1.500 g

Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR)


Bayi dengan berat lahir <1.000 g

Bayi Berat Lahir Cukup/Normal


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >2.500–4.000 g

Bayi Berat Lahir Lebih


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4.000 g

9
Gambar 1. Kurva Lubchenco

10
2. PEMERIKSAAN BAYI NORMAL

Pendahuluan
Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena memerlukan
penyesuaian fisiologik agar bayi diluar uterus dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia
dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah proses fisiologik seperti :
Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya paru untuk bernafas.
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat
keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga kali yakni pada
saat lahir di kamar bersalin, dalam 24 jam di ruang
perawatan dan pemeriksaan pada waktu pulang.

Definisi Bayi Normal


Bayi normal adalah bayi yang lahir dari ibu yang sehat, tidak mengalami komplikasi
selama kehamilan dan lahir tanpa disertai penyulit, atau memenuhi kriteria di bawah
ini, yaitu:

- Masa kehamilan cukup bulan : 37 - < 42 minggu


- Berat lahir 2500 - < 4000 gram
- Tidak mengalami asfiksia (APGAR 1 menit : 8 – 10)
- Tidak mempunyai kelainan kongenital yang berat (a.l. gastroschizis,
spina bifida, dll)

A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu
mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan
riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan
hangat.

Tujuan pemeriksaan ini adalah :


1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar
uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau
tempat perawatan khusus.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :


1. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia
Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir
dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi
keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir,

11
kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai
Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :


Tanda 0 1 2
A Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
biru/pucat kemerahan, kemerahan
Warna warkulit
ekstremitas biru
(acrocyanosis)
P Tidak ada < 100 x/menit ≥ 100 x/menit,
Laju jantung bayi terlihat
bugar
G Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
A Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
Tonus otot
sedikit
R Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Interpretasi:
• Nilai APGAR 7-10 → keadaan neonatus normal (tidak asfiksia)
• Nilai APGAR 4-6 → asfiksia ringan sampai sedang
• Nilai APGAR 0-3 → asfiksia berat.

2. Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau
infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan
keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan
sebagainya.

3. Memeriksa cairan amnion


Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion (volume >
2000 ml) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.

4. Memeriksa tali pusat


Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi
baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai
satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik atau kardiovaskuler.

12
5. Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah
ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga
perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.

6. Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.

7. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.


Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.

8. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh
adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara
memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung,
masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml
pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis
hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor
aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut
mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

9. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-
vaginal.

10. Pemeriksaan garis tengah tubuh


Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel
dan lain-lain.

11. Pemeriksaan jenis kelamin


Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

13
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi
berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang
mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.

Pemeriksaan ini meliputi :


1. Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan
simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3. Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
 Warna: kuning, pucat, sianosis, atau kemerahan. Normal : kulit bayi berwarna
kemerahan.
 hemangioma cavernous, ekzem, purpura, lanugo, petechiae, papule, ruam,
vernix caseosa, Mongolian spot.
 Kelembapan dan tekstur kulit
4. Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura
segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan
sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan
simetris.
6. Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan
bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan
tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna
merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda,

14
palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap
serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
 Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
 Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali.
 Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
Frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
 Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
 Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah
arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di
raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3
cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di
depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran
mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.

15
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek
genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar
jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang
melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan
kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama
bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang
pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal
dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi,
lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi
berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak
kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilang pada usia 6 bulan.
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang,
tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam
tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat
selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak
ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan
bayi dari sisi ulnar. Reflek ini menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia
3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g. Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.

16
19. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan
menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap
pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju
bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan
dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm
NEW BALLARD SCORE
Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas
neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler
diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor
pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian
dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

17
PENJELASAN:

1. POSTUR
Untuk mendapatkan item postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa
menunggu sampai bayi dalam posisi santa. Jika bayi ditemukan pada posisi telentang
santai, manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari
posisi dasar kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang
disukai bayi. Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat
dan ketahanan untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan berlangsung,
gerak otot meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif yang berlangsung dalam
arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas atas.

2. SQUARE WINDOW
Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap
peregangan ekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada
pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum tangan,
dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan bawah bayi
diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °.

3. ARM RECOIL
Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan diukur
sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa menempatkan
satu tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil tangan bayi dan pemeriksa membuat
lengan bayi dalam posisi fleksi, sesaat kemudian lepaskan. Sudut lengan saat kembali
dicatat, dan dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan
menunjukkan pengembalian lengan.

18
4. POPLITEAL ANGLE
Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan
pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan posisi
bayi berbaring telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut bayi dengan
lutut tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa
menggenggam kaki dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan
tangan lainnya. Jangan berikan tekanan pada paha belakang. Kaki diperpanjang
sampai resistensi pasti untuk ekstensi. Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat
digambarkan selama manuver ini. Pada titik ini terbentuk pada sudut lutut oleh atas
dan kaki bagian bawah diukur.

5. SCARF SIGN
Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi
dalam posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis
tengah dan meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. Ibu jari
tangan lain pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.
Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada. Titik pada dada saat siku bergerak
dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat. Batasnya adalah: leher (-1);
aksila kontralateral (0); papila mamae kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila
mamae ipsilateral (3), dan aksila ipsilateral (4).

19
6. HEEL TO EAR
Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi pasif
atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan
terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak tangan.
Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik ke arah telinga ipsilateral.
Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor panggul posterior dan
lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan. Batasnya adalah: telinga (-1); hidung
(0); dagu (1); papila mamae (2); daerah pusar (3), dan lipatan femoral (4).

20
PENJELASAN

1. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan
pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya lapisan pelindung secara
bertahap. Oleh karena itu, kulit akan
mengering dan menjadi kusut dan mungkin
akan timbul ruam.Pada jangka panjang, janin
dapat mengalihkan mekonium ke dalam cairan
ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek
untuk mempercepat proses pengeringan,
menyebabkan kulit mengelupas, menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian menjadi
kasar.

2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi
tubuh janin. Pada orang dewasa, kulit tidak
memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di
sekitar minggu 24 sampai 25 dan biasanya
muncul terutama di bahu dan punggung atas,
pada minggu 28 kehamilan. Penipisan terjadi
pertama di atas punggung bawah, karena
posisi janin yang tertekuk. Daerah kebotakan
muncul dan menjadi lebih besar pada daerah
lumbo-sakral. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan
tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau ras, pengaruh hormonal,
metabolisme, dan gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki
lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau
melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa memilih yang paling
dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.

3. Garis Telapak Kaki


Bagian ini berhubungan dengan lipatan di
telapak kaki. Penampilan pertama dari lipatan
muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin
berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi
bisa juga karena dehidrasi kulit. Bayi non-kulit
putih telah dilaporkan memiliki lipatan kaki
sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan
yang dikenal untuk ini. Di sisi lain dilaporkan,
percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit hitam biasanya
mengkompensasi ini, mengakibatkan efek lipatan kaki tertunda. Oleh karena itu,

21
biasanya tidak ada berdasarkan diatas atau di bawah perkiraan usia kehamilan karena
ras ketika total skor dilakukan. Bayi yang prematur tidak memiliki lipatan kaki. Untuk
lebih membantu menentukan usia kehamilan, mengukur panjang kaki atau jarak jari
dan tumit. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita pengukur
metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar. Untuk
jarak kurang dari 40 mm, skor (-2) ; antara 40 dan 50 mm, skor (-1).

4. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara
yang dirangsang untuk tumbuh dengan estrogen ibu
dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi
janin. Pemeriksa mencatat ukuran areola dan ada
atau tidak adanya stippling (perkembangan papila
dari Montgomery). Palpasi jaringan payudara di
bawah kulit dengan memegangnya dengan ibu jari
dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam
milimeter, dan memilih yang sesuai pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin
dapat mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek
estrogen ibu dapat menghasilkan ginekomastia neonatus pada hari keempat kehidupan
ekstrauterin.

5. Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi dan
peningkatan konten tulang rawan sebagai
kemajuan pematangan. Penilaian meliputi
palpasi untuk ketebalan tulang rawan,
kemudian melipat pinna maju ke arah
wajah dan melepaskannya. Pemeriksa
mencatat kecepatan pinna dilipat dan
kembali menjauh dari wajah ketika
dilepas, kemudian memilih yang paling
dekat menggambarkan tingkat
perkembangan cartilago.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dilepas.
Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembukaan kelopak mata sebagai
indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk pada
kelopak atas dan bawah, dengan lembut memisahkannya. Bayi yang sangat belum
dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat
memisahkan fisura palpebra walaupun
dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih
dewasa akan memiliki satu atau kedua
kelopak mata menyatu tetapi satu atau
keduanya akan sebagian dipisahkan oleh
traksi ujung jari pemeriksa. Temuan ini akan

22
memungkinkan pemeriksa untuk memilih pada lembar skor (-2) untuk sedikit
menyatu, atau (-1) untuk longgar atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa
tidak perlu heran menemukan variasi yang luas dalam status fusi kelopak mata pada
individu pada usia kehamilan tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral
tertentu.

6. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga
peritoneum ke dalam kantong skrotum pada
sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri
mendahului testis kanan yang biasanya baru
memasuki skrotum pada minggu ke-32. Pada
saat testis turun, kulit skrotum mengental dan
membentuk rugae lebih banyak. Testis
ditemukan di dalam zona rugated dianggap
turun.

7. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul
harus dinaikan sedikit, sekitar 45 ° dari
horizontal dengan bayi berbaring telentang. Hal
ini menyebabkan klitoris dan labia minora
menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia
dan klitoris yang datar sangat menonjol dan
mungkin menyerupai kelamin laki-laki.
Pematangan berlangsung jika ditemukan klitoris
kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lama-kelamaan, baik
klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora yang makin
besar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi oleh nutrisi
intrauterin. Gizi lebih dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan gizi kurang seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh
tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia minora relatif
menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati, karena skor yang lebih
rendah pada item ini atau pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi dengan skor
lebih tinggi pada item neuro-muscular tertentu.

INTERPRETASI
Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dilihat dengan menggunakan tabel nilai kematangan masa gestasinya.

23
3. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam pertama setelah lahir. BBLR dapat terjadi [ada bayi kurang bulan (<37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine groth restriction/IUGR).

Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena menjadi
salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi
BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik di seluruh dunia, 15,5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dengan angka kematiannya 20-35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir >2500 gram. Angka kejadian
di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yang berkisar
antara 9-30%.

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah
umur (<20 tahun atau >40 tahun), paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.

Masalah yang sering timbul pada BBLR:


- Masalah pernapasan karena paru-paru yang berlum matur.
- Masalah pada jantung
- Perdarahan otak
- Fungsi hati yang belum sempurna
- Anemia atau polisitemia
- Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh normal
- Msalah pencernaan/toleransi minum
- Risiko infeksi

Diagnosis
Anamnesis
- Umur ibu
- Hari pertama haid terakhir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan fisis
- Berat badan <2500 gram
- Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)

24
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan skor Ballard
- Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah
- Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar elektrolit
dan analisis gas darah.
- Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas
- USC kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu, dimulai
pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
-
Tata laksana
- Pemberian vitamin K
 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau
 Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-
6 minggu).
- Mempertahankan suhu tubuh normal
 Gunakan salah satu cara mengjangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan setempat
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh sesuai jadwal (tabel 2).
- Pemberian minum
 ASI merupakan pilihan utama
 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
 Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi (ad libitum).
 Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor
saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1000 gr.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan
selama tidak ditemukan tanda dehidasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB:


- Berat lahir <1000 gr

25
 Minum melalui pipa lambung
 Pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari
 ASI perah/ term formula/ half-strength preterm formula
 Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :
tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap ≥24 jam
 Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/ full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gr.
- Berat lahir 1000-1500 gr
 Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
 Pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari
 ASI perah/ term formula/ half-strength preterm formula
 Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :
tambahan 1-2 mL, interval 2 jam, setiap ≥24 jam
 Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/ full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gr.
- Berat lahir 1500-2000 gr
 Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
 Pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari
 ASI perah/ term formula/ half-strength preterm formula
 Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :
tambahan 2-4 mL, interval 3 jam, setiap ≥12-24 jam
 Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/ full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gr.
- Berat lahir 2000-2500 gr
 Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
 ASI perah/ term formula
- Bayi sakit
 Pemberian minum awal: ≤10 ml/kg/hari
 Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 3-5 mL, interval 3 jam, setiap ≥8 jam.

Suportif
- Jaga dan pantau kehangatan
- Jaga dan pantau patensi jalan napas
- Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
- Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dll)
- Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan, biarkan
ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
- Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan.

26
Lain-lain atau rujukan
- Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi
- Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu
konsultasi ke dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan retinopathy of
prematurity (ROP).
- THT: skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3 bulan
sehingga apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6 bulan
- Periksa alkaline phosphatase (ALP), P, Ca saat usia kronologis ≥4 minggu dan
2 minggu setelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz. jika ALP
>500 u/L berikan fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis.
- Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B.
- Bila perlu siapkan transportasi dan atau rujukan.

Pemantauan
Tata laksana
- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
- Preparat besi sebagai supleentasi mulai diberikan pada usia 2 minggu

Tumbuh kembang
- Pantau berat bayi secara periodik (kurva fenton)
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir ≥1500 gr dan 15% untuk bayi berat lahir <1500 gr). Berat
lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi
komplikasi
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai tercapai jumlah
180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat bada bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari
 Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu

Pemantauan setelah pulang


Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Retinopati karena prematuritas
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronik
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

27
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Untuk itu perlu dilakjukan pemantauan sebagai berikut:
- Kunjungan ke dokter hari ke 2,10,20,30 setelah pulang, dilanjutkan setiap
bulan
- Hitung umur koreksi
- Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala (lihat grafik
pertumbuhan).
- Tes perkembangan: Denver development screening test (DDST)
- Awasi adanya kelainan bawaan
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR
- Hipotermi
- Hipoglikemia
- Hiperbilirubinemia
- Respiratory Distress Syndrome (RDS)
- Intracerebral and intraventricular haemorrhage (IVH)
- Periventricular leucomalasia (PVL)
- Infeksi bakteri
- Kesulitan minum
- Penyakit paru kronis
- NEC (necrotizing enterocolitis)
- AOP (apnea of prematurity) terutama terjadi pada bayi <1000 gr
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat <1000 gr
- Disabilitas mental dan fisik
 Keterlambatan perkembangan
 CP (cerebral palsy)
 Gangguan pendengaran
 Gangguan penglihatan seperti ROP (retinopathy of prematurity)

28
29
30
4. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)

Batasan
Sindrom distres pernapasan (RDS)—pada waktu lalu dikenal sebagai penyakit
membran hialin (hyaline membrane disease/HMD)—adalah suatu diagnosis klinis
pada bayi prematur dengan kesulitan bernapas yang disebabkan oleh defisiensi
surfaktan yang ditandai dengan takipnea (>60×/mnt), retraksi dinding dada dan
sianosis yang menetap atau menjadi progresif dalam 48–96 jam kehidupan, dengan
karakteristik gambaran foto Rontgen berupa gambaran retikulogranular dan peripheral
air bronchogram.

Insidensi
RDS terjadi pada 44% bayi dengan berat lahir 501–1.500 g. Insidensinya berbanding
terbalik dengan usia kehamilan dan berat lahir.

Patofisiologi
 Defisiensi surfaktan → atelektasis yang progresif → functional residual
capacity (FRC) tidak efektif → ekspansi alveolus ↓ → tegangan permukaan
paru-paru ↑
 Eksudat yang kaya akan protein dan debris yang berasal dari kerusakan epitel
paru terkumpul dalam jalan napas → kapasitas paruparu ↓
 Kompliansi paru ↓ → diperlukan tekanan (−) yang lebih besar untuk membuka
jalan napas yang kolaps → retraksi dinding dada
 Tekanan intratorakal ↓

Diagnosis
Anamnesis
Didapatkan faktor risiko seperti:
Prematuritas
Jenis kelamin laki-laki
Predisposisi familial
Persalinan dengan seksio sesaria
Asfiksia neonatal
Korioamnionitis
Kehamilan multipel
Ibu dengan DM

Pemeriksaan Fisis
Takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, sianosis.
Deteksi dini kegawatan napas dan evaluasi terapi, termasuk menilai progresivitas
gangguan pernapasan sangat penting. Salah satu penilaian dini gangguan pernapasan
yang mudah adalah menggunakan skor Down.

31
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen toraks
Gambaran retikulogranular → ground glass appearance disertai
peripheral air bronchogram
AGD
Darah lengkap, termasuk hitung jenis dan kultur darah
Gula darah
Elektrolit serum
Ekokardiografi: dilakukan untuk mendiagnosis duktus arteriosus persisten

Tatalaksana
Pencegahan
Kortikosteroid antenatal
Pemberian surfaktan
Dosis survanta 4 mL/kgBB/dosis terutama pada 6 jam pertama kehidupan
Dukungan pernapasan
Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik
Continous possitive airway pressure (CPAP)
Pemberian cairan dan nutrisi
Antibiotik sampai terbukti tidak ada infeksi bakteri

Prognosis
Sepuluh sampai 20% menyebabkan kematian pada tahun pertama akibat RDS.

32
5. NEONATAL SEPSIS
Batasan
Sindrom klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai bakteremia pada bulan
pertama kehidupan

Klasifikasi
Sepsis awitan awal: segera sesudah lahir–7 hr
Sepsis awitan lanjut: infeksi nosokomial dan terjadi >7 hr

Etiologi
Bakteri gram-positif
Streptokokus grup B: penyebab paling sering
Stafilokokus koagulase (−): penyebab utama bakteremia nosokomial
Streptokokus bukan grup B
Bakteri gram-negatif
Escherichia coli K1: penyebab nomor dua terbanyak
Listeria monocytogenes
H. influenzae
Pseudomonas
Klebsiela
Enterobakter
Salmonela
Bakteri anaerob
Gardenella vaginalis

Patofisiologi
Sepsis awitan awal
Transplasental (antepartum)
Asenderens kuman vagina (partus lama, KPSW)
Waktu melewati jalan lahir (mikroorganisme dari vagina dan rektum)
Sepsis awitan lanjut
Tindakan manipulasi (intubasi, kateterisasi, pemasangan infus, dll.)
Defek kongenital (omfalokel, meningokel, labioskizis, labiopalatoskizis, dll). Koloni
kuman berasal dari saluran respiratori atas, konjungtiva, membran mukosa, umbilikus
dan kulit yang menyebabkan invasi/menyebar secara sistemik.

Faktor Predisposisi
Faktor ibu
Perdarahan
Infeksi pada uterus atau plasenta
Ketuban pecah dini (sebelum 37 mgg kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (≥18 jam sebelum
melahirkan)
Proses kelahiran yang lama dan sulit
Faktor bayi
BBLR
Prematuritas
KMK
Defek kongenital

33
Bayi laki-laki lebih banyak daripada perempuan
Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi
Kehamilan kembar

Diagnosis
Gejala Klinis
Umum
Bayi tidak tampak sehat (not doing well)
Bayi tidak mau minum (poor feeding), retensi cairan lambung banyak
Suhu badan labil (hipo/hipertermia)
Saluran cerna
Muntah, diare, distensi abdomen, hepatomegali
Gangguan pernapasan
Merintih
Pernapasan cuping hidung (dispneu, takipnea), retraksi
Apnea
Gangguan kardiovaskular
Takikardia, bradikardia, hipotensi
Gangguan SSP
Kesadaran ↓ (letargis → koma)
Tremor, jittery, kejang, iritabel, hipotonia, apnea
Gangguan hematologik
Pucat, ikterus, perdarahan, pembesaran limpa
Kulit
Petekia, purpura, sklerema, mottling

Laboratorium
Anemia
Leukopenia <4.000/mm3, leukositosis >25.000–30.000/mm3 pergeseran ke kiri
Neutropenia absolut <1.000/mm3, rasio neutrofil imatur: total >0,2 granular toksik
Trombositopenia
LED, C-reactive protein (CRP) ↑, procalcitonin ↑
Kultur darah, cairan serebrospinal, dll. (+)
Cairan serebrospinal: jika meningitis → keruh disertai leukosit ↑

Penyulit
Meningitis bakterialis
EKN
KID
Syok septik

Terapi
Umum
Rawat dalam ruang isolasi/inkubator
Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi
Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang sudah disediakan
Pengaturan suhu dan posisi bayi

Khusus
Suportif: menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenasi jaringan vital

34
O2: bila sianosis, distres pernapasan, apnea, dan serangan kejang
Pemberian cairan dan elektrolit
Pada keadaan umum jelek → nutrisi parenteral sesuai dengan usia dan BB bayi
Bila keadaan umum baik → nutrisi enteral secara bertahap dan parenteral dikurangi
sampai kebutuhan rumatan terpenuhi
Atasi kejang (lihat terapi kejang pada neonatus)
Atasi hiperbilirubin (lihat terapi hiperbilirubinemia pada neonatus)
Atasi anemia, syok, hipo/hiperglikemia (mempertahankan glukosa darah 120–160
mg/dL
Manajemen stress ulcer
Recombinant human activated protein C (mencegah pembentukan trombin dan
antiinflamasi) dosis 24 μg/kgBB/jam selama 96 jam pada penderita dengan trombosit
>30.000/mm3
Antibiotik
Sebelum pemberian antibiotik, periksa kultur dan tes resistensi
Antibiotik spektrum luas untuk gram (+) dan (−) selama belum ada hasil kultur
Terapi awal (sebelum ada hasil kultur dan resistensi):
Kombinasi ampisilin + aminoglikosid
 Ampisilin 50 mg/kgBB/dosis i.v.
Bayi <7 hr diberikan 2 dosis
Bayi ≥7 hr diberikan 3–4 dosis
 Aminoglikosid
<2.500 g: 1,5 mg/kgBB/dosis i.v. 2×/hr
≥2.500 g: 2,5 mg/kgBB/dosis i.v. 2×/hr
Kombinasi sefotaksim + aminoglikosida [sepsis diduga karena gram (−)]
 Sefotaksim
≤7 hr: 100 mg/kgBB/hr i.v. dibagi 2 dosis
>7 hr: 150 mg/kgBB/hr i.v. dibagi 3 dosis
Untuk meningitis: 200 mg/kgBB/hr dibagi 4 dosis
Bila klinis dan laboratorium tidak ada perbaikan sesudah 48 jam → antibiotik diganti
dengan antibiotik alternatif sesuai dengan gambaran klinis penderita
Bila disebabkan infeksi nosokomial: meropenem 20 mg/kgBB/i.v./12 jam infus dalam
30 mnt

Imunoterapi
Imunoglobulin: 500–750 mg/kgBB/dosis selama 3–7 hr
Transfusi ganti: 2 × 80 mL × kgBB

Vaksinasi untuk pencegahan (tetanus toksoid dan influenza)

Prognosis
Kematian akibat sepsis pada BKB ≥dibandingkan dengan BCB

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-5. Departemen/SMF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP
Dr.Hasan Sadikin. Bandung: 2014.
2. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi I. Jakarta: 2009.

36

Anda mungkin juga menyukai