Anda di halaman 1dari 68

BETON PRATEGANG

Oleh :
Drs. Ir. Andi Indianto, MT.

D4 JALAN TOL
TEKNIK SIPIL - PNJ
Jakarta, 2010
MATERI
1. PENGANTAR BETON PRATEGANG
2. SNI. UTNUK BETON PRATEGANG
3. MACAM-MACAM KONSTRUKSI BETON PRATEGANG
4. INTERNAL DAN EKSTERNAL PRESTRESSING
5. TRACE KABEL LURUS DAN MELINGKAR
6. PRETEGANG SEBAGIAN DAN PENUH
7. SISTEM PRATEGANG DAN PENJANGKARAN
8. KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
9. DESAIN PENAMPANG BETON PRATEGANG
10. DAERAH AMAN KABEL
11. LEBAR MANFAAT BALOK T
12. PENENTUAN GAYA PRATEGANG .
13. PENENTUAN DIA. KABEL, SELONGSONG, TYPE ANGKUR DAN
TYPE DONGKRAK.
14. KONTROL PENAMPANG BETON
15. LOSS OF PRESTRESS
16. KONTROL GESER TUMPUAN
17. TULANGAN END ZONA
18. KONTROL LENDUTAN
BUKU ACUAN
1. Desain struktur beton prategang : TY lin
2. Beton prategang : N Krisna Raju
3. Prestressed Concrete : Edward G. Nawy
4. Perencanaan Beton Struktural : BMS 1992
5. Perencanaan struktur beton untuk jembatan: SNI
2002
6. Ekternal prestressing in Bridges, Antoine Naaman
PENGANTAR BETON PRATEGANG

Teknologi beton
Perlu penelitian
teknologi beton baru
yang terus menerus

Berbagai macam
eksperimen tentang Beton mutu tinggi
Proses produksi &
Beton berkinerja tinggi
design
Dapat diproduksi dan digunakan
Konstruksi di untuk scala proyek yang besar
lapangan
High Performance Concrete

For contractors The Advantages of using


High Performance Concrete
suitable workability and
pumpability
for heavy construction such
as high-rise buildings and
high early strength
long span bridges

For structural designers


can reduce generally the
high or very high
dimension of concrete
strength
low creep and shrinkage section, then make
lighter and more slender
For owners structure
high early strength can
water tight/Kedap air
induce shorter time of
sulphate resistance construction
low chloride penetration better durability / daya
long term durability tahan
Most structures in Indonesia
that first require high
strength concrete in the past
were the prestressed
concrete structures, in
particular for the construction
of fly-over and bridges.
Jakarta
Semanggi Fly-over 1962
Cianjur, West
Rajamandala Bridge Java
1979
Cianjur, West
Rajamandala Bridge Java
1979
Cawang Tj. Priok Pluit Grogol 1996
Cawang Tj. Priok Pluit Grogol 1996
Rempang-Galang, Batam
Barelang Bridge (East of Sumatra) 1998
Rempang-Galang, Batam
Barelang Bridge (East of Sumatra) 1998
Canada 1998
Prince Edward
15
High strength concrete
fc = 100 MPa

Better performance for under


water concreting.

Better resistance against very cold


water.

Better durability / daya tahan

Faster realization.
17
EXECUTIVE SUMMARY REPORT APRIL 2008
JEMBATAN SURAMADU
Surabaya 2002
Sisi SurabayA Sisi Madura

Jalan
Causeway Appr.Bridge Main Bridge Appr. Bridge Causeway Pendekat
1.458 m 672 m 818 m 672 m 1.818 m 11,50 km
36 Bentang 9 span 3 span 9 span 45 Bentang
( CIC ) ( CCC ) ( CCC )
Main Span (21 Bentang)
Jalan
Panjang Total (5.438 m)
Pendekat
4,35 km

|
21
Concrete Mix Trial of Pylon - Suramadu Bridge Project

JMF for Pylon


Strength 28 days : 63.2 MPa (K600)
W / C ratio: 0.3
Fine agg % : 35 %
Cement : 315 kg/m3
Fine aggregate : 830 kg/m3
Coarse aggregate : 1013 kg/m3
Water : 145 kg/m3
Mineral adm. : Fly ash (169 kg/m3)
Chem. Admixture : retarding (0.15%) + Super plasticizer (1.2%)
Slump : 200 mm
Unit weight : 2460 kg/m3
Workability : no bleeding & segregation, good cohesiveness
Initial & Set time : 10 hours & 15 hours
MAIN BRIDGE

Construction of Middle
Cross Beam P46

|
SNI 2002
TENTANG BETON PRATEGANG
Kuat Tarik & Kuat Tarik Lentur

Kuat tarik langsung dari beton, fct, bisa diambil dari ketentuan:

0,33 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar; atau


Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.

Kuat tarik lentur beton, fcf, bisa diambil sebesar

0,6 fc MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar; atau


Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.
Material property
BETON
Modulus elastisitas : Ec boleh diambil sebesar 4700fc, (MPa )

Atau E c wc 1,5 0,043 f c'
Angka Poisson : , 0,2
Massa Jenis : 2400 kg/m3
Koefisien muai panas : 10 x 10-6 per 0C,

BAJA TULANGAN NON PRATEGANG


:
Modulus elastisitas baja tulangan Es = 200.000 MPa
Koefisien muai panas : 12 x 10-6 per oC
BAJA TULANGAN PRATEGANG
MODULUS ELASTISITAS Ep.
untuk kawat tegang-lepas : 200 x 103 MPa;
untuk strand tegang-lepas : 195 x 103 MPa;
untuk baja ditarik dingin dengan kuat tarik tinggi :170 x 103 MPa;

KUAT TARIK LELEH EKIVALEN / TEGANGAN LELEH fpy.


fpy kawat baja prategang : 0,75 fpu
fpy strand dan tendon baja bulat:0,85 fpu.

TEGANGAN IJIN PADA KONDISI BATAS DAYA LAYAN fpe.


fpe tendon pasaca traik, pada jangkar dan sambungan,setelah
penjangkaran : 0,70 fpu
fpe kondisi layan : 0,60 fpu.

TEGANGAN IJIN PADA SAAT TRANSFER GAYA PRATEGANG fpI.


fpI = 0,94 fpy. Dan lebih kecil dari 0,85 fpu.
SELIMUT BETON PADA TENDON
DAN SELONGSONG
Tendon dengan sistem pra tarik , minimum 2 kali
diameter tendon, tidak harus lebih besar dari 40 mm.

Selongsong sistem pasca tarik minimum 50 mm dari


permukaan selongsong ke bagian bawah komponen
dan 40 mm pada bagian lain.

Ujung tendon pasca tarik atau perlengkapan angkur


harus diambil 50 mm.
Selimut Beton Berdasarkan Diameter Tulangan
Pada Beton Prategang
MACAM-MACAM
KONSTRUKSI BETON PRATEGANG

Konstruksi beton prategang : konstruksi beton yang


diberikan tegangan awal untuk melawan tegangan akibat
beban kerja

Konstruksi beton prategang akan efektif jika digunakan


untuk menahan beban dalam satu arah; seperti:
- Girder Jembatan
- Balok lantai bangunan gedung
- Pelat lantai
- silo
INTERNAL DAN EKSTERNAL PRESTRESSING
Kabel / tendon prategang dapat dipasang diluar balok atau didalam balok.
Dalam balok disebut : Internal prestressing
Diluar balok disebut: Eksternal prestressing

Internal prestressing
INTERNAL DAN EKSTERNAL PRESTRESSING

Eksternal prestressing
BONDED DAN UNBONDED TENDON
Kabel Internal prestressing dapat dipasang terikat (bonded) dengan
beton atau lepas dengan beton (unbonded).
Kabel eksternal prestressing dipasang lepas dengan beton (unbonded).

Bonded : KABEL / TENDON MELEKAT PADA BETON. Pratekan sistem pratarik


selalu bonded. Pada SISTEM PASCA TARIK, agar kabel bonded dengan beton
dilakukan grouting setelah kabel ditarik.
UnBonded : KABEL / TENDON tidak MELEKAT PADA BETON. Pada SISTEM
PASCA TARIK, agar kabel Unbonded dengan beton maka tidak dilakukan grouting
..
Bonded
Internal Un Bonded
Prestress

Eksternal

Un Bonded
TRACE KABEL
Trace kabel prategang dapat dibuat lurus, segitiga, trapesium dan
melingkar/parabolic

Parabolik
Internal
Prestressing Segitiga

Trapesium

Model
Parabolik
Eksternal
Prestressing Segitiga

Trapesium

Lurus
PRETEGANG SEBAGIAN DAN PENUH
PRATEGANG PENUH:
PRATEGANG SEBAGIAN:
Semua tegangan tarik yang
terjadi pada struktur ditahan Tegangan tarik yang terjadi
oleh tendon/kabel, tulangan pada struktur ditahan oleh
yang ada hanya difungsikan tendon/kabel dan tulangan
sebagai penahan retak dan longitudinal.
susut
SISTEM PRATEGANG DAN PENJANGKARAN
Pemberian tegangan tekan pada penampang beton dilakukan dengan
memberikan gaya tarik pada kabel / tendon.
Gaya tarik pada kabel ditransfer ke penampang beton menjadi gaya tekan
melalui angkur yang ditahan oleh cover plate
Penarikan kabel dapat dilakukan sebelum beton dicor ( pratarik)
( pretensioning) atau setelah beton dicor ( Pascatarik) ( postensioning)
Penarikan kabel dapat dilakukan dengan cara Mekanis, Hidrolis, dan termal
Listrik..
Penyebaran gaya dari
Gaya tekan cover plate angkur ke beton
pada angkur

Gaya tarik Kabel Beton


Oleh dongkrak
Angkur
Cover plate
Kabel / Tendon
PEMBERIAN GAYA PRATEGANG
PEMBERIAN
GAYA PRATEGANG

SEBELUM BETON DICOR / SESUDAH BETON DICOR


PRATARIK / PASCA TARIK /
PRETENSIONING POSTENSIONING

-Beton di cor, ditengahnya


diberi lubang tendon
-Ditunggu hingga mengeras
-Diberi tendon
-Dipasang angkur
-Tendon ditarik
PENARIKAN KABEL
DENGAN MUR
PENARIKAN KABEL
DENGAN DONGKRAK HIDROLIS
PENARIKAN KABEL
DENGAN TERMO LISTRIK
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
PERHITUNGAN GIRDER BETON PRATEGANG

1 Pembebanan Kondisi Awal


2 Pembebanan Kondisi Akhir
3 Penentuan Gaya Prategang
4 Penentuan Ukuran Cover Plate
5 Kontrol Kehilangan tegangan
6 Kontrol geser tumpuan
7 Tulangan end zone
Potongan Lintang jembatan
DESAIN Penampang Girder

bw

Penampang Girder Ujung

Penampang Girder Tengah


DAERAH AMAN KABEL bm
Plat lantai

Girder Girder

KONDISI AWAL KONDISI AKHIR

ka ka
Cgc akhir

Cgc awal
kb e
kb e
1
P

e1 : untuk mendapatkan daya layan max

Teori Load Balancing P.e = Mdl + Mll


PENENTUAN GAYA PRATEGANG
DAN DIAMETER KABEL
KONDISI AWAL di tengah bentang : Ix Ix
beban yang diperhitungkan : DL dan Pi MPi = Pi x e Wb
yb
Wa
ya

M DL Pi M pi
s MDL s Pi s Mpi ,
Wa Ac Wa 0, 25 fc

ya ka
cgc
kb e
yb e1
Pi
M DL Pi M pi ,
s MDL s Pi s Mpi 0, 6 fc
Wb Ac Wb

Pi didapatkan, kabel didapatkan, selongsong didapatkan,


Tipe angkur didapatkan, Tipe dongkrak didapatkan.
TABEL TENDON
TABEL TENDON
TABEL ANGKUR DAN SELONGSONG
TABEL DONGKRAK
KONTROL TEGANGAN PADA SAAT LANTAI DI COR
Tegangan di tengah bentang Kondisi pengecoran plat lantai :
beban yang diperhitungkan : DLgirder, DL lantai , beban peralatan dan Pe1

Pe1 = Pi x (1-loss) Ix Ix
MPe1 = Pe1 x e Wb Wa
Loss = 8 % yb ya

MLt = Momen akibat berat lantai jembatan dan peralatan diatasnya

M DL Pe1 M pe1 M Lt
s MDL s Pe1 s Mpe1 s MLt
lantai Wa Ac Wa Wa

ya ka
cgc
yb
kb e
e1
Pe1
,
M Pe1 M pe1 M
s MDL DL s Pe1 s Mpe1 s MLt Lt 0, 45 fc
Wb Ac Wb Wb
KONTROL TEGANGAN PADA SAAT BEBAN HIDUP BEKERJA
Tegangan di tengah bentang KONDISI AKHIR :
beban yang diperhitungkan : DLgirder dan lantai , beban Hidup dan Pe

Pe = Pe1 x (1-loss) Ix Ix
MPe = Pe x e Wb Wa
Loss = 7 % yb ya

MLL = Momen akibat beban hidup P dan q

M Pe M pe M LL
s MDL DL s Pe s Mpe s MLL ,

Wa Ac Wa Wa 0, 45 fc

ya ka
cgc

yb
kb e
e1
Pe
M DL Pe M pe M LL
s MDL s Pe
,
s Mpe s MLL 0,5 fc
Wb Ac Wb Wb
Kontrol Penampang Beton
Diagram tegangan pada beton prategang murni
Untuk beton biasa :
b1 0,85
f c' 30MPa
f c' 30MPa b1 0, 65
f 0,8

Mu

Mu f Mn
Kontrol Penampang Beton
Diagram tegangan pada beton prategang penampang T
LOSS OF PRESTRESS
Kehilangan tegangan pada kondisi awal: Kehilangan tegangan pada kondisi akhir:
a. Penyusutan/pemendekan beton d. Rangkak beton
b. Slip angkur
e. Relaksasi baja
c. Gesekan tendon / kabel

Penyusutan/pemendekan beton
Data yang diperlukan: Pi, Ap, Ec, s Pi, t(umur beton, min. 28 hari)
Pi 200 x10-5
s Pi loss Kehilangan tegangan = loss x Ec
Ap log10 t + 2


loss x Ec
Prosentase kehilangan tegangan = x100%
s
Pi

Slip Angkur
Data yang diperlukan: Pi, Ap,s Pi, Es, L
Slip angkur () umumnya antara 3 ~ 5 mm ( 0,3 ~ 0,5 cm )
Es.D
Prosentase kehilangan tegangan = x100%
s Pi .L
c. Gesekan Tendon / Kabel
Data yang diperlukan: Pi, Ap, Po, s Po, , (dalam radian) Pi
e=2,7183 Po
0,85
= 0,18 ~0,3 ( tergantung tingkat kekasaran selongsong)
K= 0,15 per 100 m panjang tendon
Po
y= 2 e (tendon parabolik ) s Po f py
Ap

y
inv.tg
x rad
57,30

Kehilangan tegangan = Po - Px
Po - Px
Prosentase kehilangan tegangan = x100%
Po
d. Rangkak
Beton
Data yang diperlukan: Es, Ec, cc, Pi, Ap ,fc ( tegangan akhir beton), fp1(tegangan tendon)

Es Pi
e fp1 1- loss awal Kehilangan teg. (loss) = (cc . fc . e )
Ec Ap

(f cc. fc. e )

Prosentase kehilangan tegangan = x100%
fp1
e. Relaksasi
Tendon
Kehilangan tegangan sebagai akibat dari susut dan rangkak beton

Data yang diperlukan:


K4 = koefisien waktu / umur konstruksi
K5 = Koefisien tegangan baja Rt K 4.K 5.K 6.Rb
K6 = Koefisien tenperatur
Rb = Relaksasi dasar
j = umur konstuksi / umur rencana ( hari) K 4 log
5,
4 xj 1,6


fp
T K5=1~1,7 jika =0,70 maka K5=1
K6 , dimana T = suhu setempat fp'
20
fp
Rb = 2% untuk tendon jika =0,85 maka K5=1,7
fp'
= 1% untuk kawat
fc = kehilangan tegangan akibat susut dan rangkak
fp1 = Tegangan setelah transfer gaya prategang Pi
fp = tegangan yang terjadi pada tendon pada kondisi layan
fp1 1- loss awal
Ap
fp = tegangan izin tendon pada kondisi layan

Dfc
Prosentase kehilangan tegangan = Rt x100%
fp1
6 Kontrol geser tumpuan

bw Pen. ujung

y Pv Pe.sin
y= 2 e (tendon parabolik ) inv.tg
R=reaksi perletakan akibat DL dan LL
x Vc R - Pv
Pv=gaya geser akibat tendon
Ph fc '
Vc= gaya geser pada penampang ujung Vc '
1+ . .bw.d


14. Agc 6
Agc=Luas penampang beton keseluruhan
d=h, jika tidak terjadi teg. tarik pada pen. Beton ujung
Persyaratan : Jika Vc >Vc, maka perlu tulangan penahan geser
Jika Vc <Vc, maka tidak perlu tulangan penahan geser
Av. fy.d 1 bw.s
Vs Vc - Vc ' Vs Av min . .
s 3 fy
KONTROL GESER TUMPUAN
Vu f .Vn f geser 0.7 Vn = Vc + Vs Vc

fc '
.bw .d

6
2
Vs = Vn - Vc Vs
3
Jika
f c ' bw.d tidak perbesar penampang

Av f y d 1 bw s
Vs Untuk sengkang Av
s 3 fy

Av f y (sin + cos ) d
Vs Untuk tulangan miring
s

1
Smax 2 d atau 600mm jika Vs
1 f c' bw.d
3

1
Smax 4 d atau 300mm jika Vs >
1 f c' bw.d
3
7. Tulangan end zone
Untuk menghindari pecahnya beton akibat
tekanan cover plate ankur, maka diperlukan
tulangan pada daerah ankur ( tul end zona)
Tegangan ijin beton harus lebih kecil dari
Pi / Luas Cover plate, Tual end zona praktis.
Jika Pi / A cover plate > dari tegangan ijin
beton maka harus dipasang tulangan end
zona teoritis, dimana gaya sisa ditahan oleh
tul long, dan tul long diikat dengan
sengkang, sepertihalnya confined pada
kolom
LENDUTAN
BATAS LENDUTAN
KONDISI BEBAN MATI BEBAN LAYAN
NILAI LENDUTAN O < lawan lendutan 1 300 l lendutan 1800 l

LENDUTAN BALOK DIATAS DUA


PERLETAKAN P.l 3 5.q.l 4 St.Momen.P
Lendutan = + -
48.EI 384.EI EI

L : jarak antara dua perletakan


h

Anda mungkin juga menyukai