Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang
sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut
kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.
Dalam masyarakat Batak Toba, anak angkat disebut juga dengan Anak na niain. Anak na niain berasal dari
kata ain yang artinya angkat, yang menurut kamus Batak Toba-Indonesia karangan J. Warneck, anak na
niain berarti anak angkat, sedangkan mangain artinya mengangkat seseorang menjadi anak sendiri.
Adapun kedudukan anak angkat dalam keluarga menurut Hilman Hadikusuma yakni, Selain pengurusan
dan perwalian anak dimaksud bagi keluarga-keluarga yang mempunyai anak, apalagi tidak mempunyai anak
dapat melakukan adopsi, yaitu pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan dengan mengutamakan
kepentingan kesejahteraan anak, pengangkatan anak dimaksud tidak memutuskan hubungan darah antara anak
dan orang tua kandungnya berdasarkan hukum berlaku bagi anak yang bersangkutan.
Dalam masyarakat Batak Toba, terdapat dua jenis adopsi atau pengangkatan anak, yaitu pertama, adopsi
secara umum, yaitu adopsi yang sifatnya formal dan bukan merupakan peristiwa hukum, oleh karena itu
perbuatan tersebut tidak mempunyai akibat hukum dan yang kedua ialah adopsi secara khusus, yaitu adopsi yang
merupakan peristiwa hukum serta mempunyai akibat hukum.
Tiga Prinsip utama dalam keluarga pada Syarat Pengangkatan Anak pada
Masyarakat Batak Toba : Masyarakat Batak Toba :
PROSEDUR
Dari Lahir
pengankatan Pengangkatan yang sering dilakukan
ANAK adalah pengangkatan anak perempuan
Ketika dewasa
Biasanya dilakukan apabila si anak akan
menikah
Tulang/Paman dari
Pembicaraan Keluarga Mangain/Paranakhon Ayah Mengatakan Sah Keluarga ibu
mengatakan sah
Pasal 12
( Syarat Anak Yang
Diangkat )
PROSEDUR
pengankatan
ANAK
Pasal 13
( Syarat menjadi calon
orang tua angkat )
Adanya pengangkatan
Kedudukan yang Anak angkat tidak
anak menghapus
dipersamakan dengan berhak mewaris dari
hubungan anak angkat
anak kandung dari harta peninggalan
dengan orangtua asli /
orangtua angkatnya orangtua biologisnya
orangtua biolog
Kedudukan anak
bukan sebagai ahli
angkat perempuan
waris dari orang tua
adalah sama dengan
yang
anak kandung
mengangkatnya
perempuan
Syarat pengangkatan anak yaitu haruslah yang diutamakan berasal dari lingkungan
keluarga atau kerabat dekat, dilakukan secara terang dihadapan dalihan na to lu dan
pemuka pemuka adat. Proses yang wajib dilakukan adalah pembicaraan keluarga.
Apabila disetujui, maka akan ada prosesi adat yaitu mangain atau paranakhon. Kemudian
diumumkan bahwa mulai saat itu anak yang diangkat (anak niain) akan dianggap anak
dari orang yang mengangkatnya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan suksesi (hak
menggantikan) dan warisan. Dalam pihak Ayah, sang Ayah langsung menyatakan sah dan
mewakili keluarga laki-laki. Dalam pihak Ibu setelah dilakukan pengesahan anak tersebut,
akan dipanggil pihak keluarga Ibu. Biasanya yang mewakili ialah Paman (Tulang) dan ia
menyatakan sah pada keluarga perempuan.
konsekuensi dalam pengangkataan anak laki-laki, yakni seluruh harta warisan jatuh ke anak
angkat laki-laki tersebut dan anak kandung perempuan tidak mendapat bagian harta warisan.
Sebab dari itu, dalam praktik yang banyak di angkat menjadi anak ialah perempuan karena
menimbang konsekuensi yang ada.
Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan pengangkatan anak dalam suatu masyarakat adat
Masyarakat baik adat maupun bukan adat, hendaknya mematuhi peraturan yang ada, walaupun
telah terlaksananya prosesi adat dalam pengangkatan anak,