Anda di halaman 1dari 18

REFARAT

OTITIS MEDIA AKUT


Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS)
TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN (THT)
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Pembimbing:
dr.

Disusun Oleh:
Miftahul Jannah (1608320149)
Kusumastari (1608320157)
Annisa Ul Husni (1608320191)
Savira Masryani (1608320162)
Anju Natoras Hasan Simatupang (1608320181)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2017
Pendahuluan
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan
klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otiti
media musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk
akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis
media supuratif kronis (OMSK).
Telinga tengah biasanya
steril, meskipun terdapat
mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme Pada anak, makin sering
pencegahan masuknya anak terserang infeksi
mikroba ke dalam telinga saluran napas, makin besar
tengah oleh silia mukosa kemungkinan terjadinya
tuba Eustachius, enzim OMA. Pada bayi
dan antibodi. terjadinya OMA
dipermudah oleh karena
tuba Eustachiusnya
pendek, lebar dan letaknya
agak horisontal
Anatomi
Definisi
Etiologi
Epidemiologi

Otitis media pada anak OMA di eropa Otitis media di Indonesia

<5 1000 orang


tahun dewasa
39% 21%
<3 anak
tahun 208 orang
61% 79%
Faktor resiko
Gangguan saluran eustasius
Reaksi imunologi
Faktor genetik
Alergi
Patofisiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Pengobatan terutama bertujuan untuk
membuka tuba eustachius, sehingga
tekanan negatif ditelinga tengah dapat
hilang.
Stadium Oklusi HCL efedrin 0,5 % dalam larutan
fisiologis (anak < 12 tahun) atau HCL
efedrin 1 % dalam larutan fisiologis (anak
> 12 tahun dan dewasa).
Selain itu sumber infeksi tetap harus
diobati. Antibiotik diberikan apabila
penyebab penyakit adalah bakteri, buka
virus atau faktor alergi.
Stadium Presupurasi
Pemberian antibiotik, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotik
yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin dan ampisilin.

Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan


konsenterasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi
mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa, dan kekambuhan.

Pemberian antibiotik dianjurkan dianjurkan minimal selama 7 hari.


Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per


hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/ hari.
Stadium Supurasi

Pemberian antibiotik, idealnya


harus disertai dengan miringotomi,
bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala
klinis lebih cepat hilang dan ruptur
dapat dihindari.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat
sekret keluar secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatan dengan H2O2 3 % selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat
menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret
mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran
timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa di telinga tengah.
Pada keadaan ini antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap
banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
MIRINGOTOMI

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa


membran timpani agar terjadi drainase sekret dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
MIRINGOTOMI
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang
dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-
vue atau dilihat langsung,
Anak harus tenang dan dapat dikuasai, (sehingga membran
timpani dapat dilihat dengan baik).
Lokasi miringotomi adalah di kuadran posterior-inferior.
Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang
mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang
sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus
(miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril.
Komplikasi Miringotomi
Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi
adalah perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar,
dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra
rotundum, trauma pada N. Fasialis, trauma pada bulbus
jugulare (bila ada anomali letak).

Anda mungkin juga menyukai