0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
55 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas pendekatan psikologi arsitektur dalam perancangan ruang terbuka hijau di kota-kota multikultural. Pendekatan ini mempertimbangkan faktor emosi, identitas, dan kebutuhan dasar penduduk dari berbagai etnis dalam merancang ruang hijau untuk meningkatkan keterikatan masyarakat dan citra kota.
Dokumen tersebut membahas pendekatan psikologi arsitektur dalam perancangan ruang terbuka hijau di kota-kota multikultural. Pendekatan ini mempertimbangkan faktor emosi, identitas, dan kebutuhan dasar penduduk dari berbagai etnis dalam merancang ruang hijau untuk meningkatkan keterikatan masyarakat dan citra kota.
Dokumen tersebut membahas pendekatan psikologi arsitektur dalam perancangan ruang terbuka hijau di kota-kota multikultural. Pendekatan ini mempertimbangkan faktor emosi, identitas, dan kebutuhan dasar penduduk dari berbagai etnis dalam merancang ruang hijau untuk meningkatkan keterikatan masyarakat dan citra kota.
Muhammad Ade Kurniawan Riska Amelia Dedy Priantony Lestari Gultom Arsitek adalah individu yang memiliki emosi, sikap, serta kognisi yang berbeda dengan manusia atau arsitek yang lainnya. Pada dasarnya, kerangka pendekatan studi perilaku menekankan bahwa latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai, dan norma-norma yang dipegang akan menentukan perilaku seorang arsitek yang mencerminkan dalam karya mereka. Pendekatan perilaku menekankan pada hubungan dialektik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau yang menghuni ruang tersebut. pendekatan tersebut menekankan pada perlunya memahami perilaku manusia serta masyarakat yang menghuni di daerah-daerah tertentu dalam memanfaatkan ruang. Perkembangan setiap kota, sejak awal peradaban manusia hingga abad-abad terakhir, selalu diwarnai oleh pergerakan dan interaksi penduduknya dengan penduduk kota lainnya. Pergerakan dan interaksi ini dapat hanya berupa pergerakan sementara, namun dapat pula berupa perpindahan (migrasi) penduduk dari satu kota ke kota lain. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari, seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan keinginan manusia di dalam setiap peradaban.
Suatu kota yang pada awalnya secara kuantitas didominasi oleh
etnis tertentu, dapat menjadi kota multikultural karena banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang menetap di kota itu. Beberapa kota di Indonesia yang dapat dijadikan contoh kota multikultural ini adalah Jakarta, Surabaya, Palembang, Samarinda, Yogyakarta, Malang, Makassar dan Balikpapan. Dari teori-teori teritorialitas, diketahui bahwa personalisasi pada suatu teritori, walaupun teritori itu bukan hak milik secara mutlak, akan memberikan kesempatan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan mereka akan citra diri dan pengakuan dari orang lain. Sementara itu, dari paparan tentang kebutuhan dasar manusia diketahui bahwa secara umum, manusia memiliki kebutuhan- kebutuhan fisik dan psikologis, Yaitu : Dari paparan panjang di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai aplikasi pendekatan psikologi arsitektur dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau (RTH), khususnya pada kota-kota multikultural, sebagai berikut: -Keterikatan emosional yang terjadi karena adanya rasa memiliki, aktualisasi-diri dan penghargaan pada diri masyarakat pendatang merupakan dasar yang kuat bagi timbulnya kesadaran untuk menjaga lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, citra kota pun akan meningkat, baik di mata penduduknya sendiri maupun di mata para wisatawan.
-Kekurangan dari konsep ini adalah adanya kemungkinan-kemungkinan
persaingan yang tidak sehat akibat keinginan yang berlebih untuk menonjolkan diri, berbedanya kemampuan masing-masing paguyuban untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung, dan menurunnya semangat masing-masing paguyuban pada saat pemeliharaan pasca-lomba.
-Pengembangan dari pendekatan psikologi arsitektur dalam perancangan
RTH di masing-masing kota multikultural dapat dilakukan oleh pemerintah kota berdasarkan karakteristik dan potensi masing-masing wilayah.