Anda di halaman 1dari 18

Ikramah Hidayah

Norisa Britonia Bugis


Muhammad Ade Kurniawan
Riska Amelia
Dedy Priantony
Lestari Gultom
Arsitek adalah individu yang memiliki emosi, sikap, serta
kognisi yang berbeda dengan manusia atau arsitek yang
lainnya. Pada dasarnya, kerangka pendekatan studi perilaku
menekankan bahwa latar belakang manusia seperti
pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai, dan
norma-norma yang dipegang akan menentukan perilaku
seorang arsitek yang mencerminkan dalam karya mereka.
Pendekatan perilaku menekankan pada hubungan dialektik
antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang
memanfaatkan atau yang menghuni ruang tersebut.
pendekatan tersebut menekankan pada perlunya
memahami perilaku manusia serta masyarakat yang
menghuni di daerah-daerah tertentu dalam memanfaatkan
ruang.
Perkembangan setiap kota, sejak awal peradaban manusia hingga
abad-abad terakhir, selalu diwarnai oleh pergerakan dan interaksi
penduduknya dengan penduduk kota lainnya. Pergerakan dan
interaksi ini dapat hanya berupa pergerakan sementara, namun
dapat pula berupa perpindahan (migrasi) penduduk dari satu
kota ke kota lain. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari, seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan
keinginan manusia di dalam setiap peradaban.

Suatu kota yang pada awalnya secara kuantitas didominasi oleh


etnis tertentu, dapat menjadi kota multikultural karena banyaknya
pendatang dari berbagai daerah yang menetap di kota itu.
Beberapa kota di Indonesia yang dapat dijadikan contoh kota
multikultural ini adalah Jakarta, Surabaya, Palembang, Samarinda,
Yogyakarta, Malang, Makassar dan Balikpapan.
Dari teori-teori teritorialitas, diketahui bahwa personalisasi pada
suatu teritori, walaupun teritori itu bukan hak milik secara mutlak,
akan memberikan kesempatan kepada seseorang atau
sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan mereka akan citra
diri dan pengakuan dari orang lain.
Sementara itu, dari paparan tentang kebutuhan dasar manusia
diketahui bahwa secara umum, manusia memiliki kebutuhan-
kebutuhan fisik dan psikologis, Yaitu :
Dari paparan panjang di atas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan mengenai aplikasi
pendekatan psikologi arsitektur dalam konsep
perancangan ruang terbuka hijau (RTH),
khususnya pada kota-kota multikultural, sebagai
berikut:
-Keterikatan emosional yang terjadi karena adanya rasa memiliki,
aktualisasi-diri dan penghargaan pada diri masyarakat pendatang
merupakan dasar yang kuat bagi timbulnya kesadaran untuk menjaga
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, citra kota pun
akan meningkat, baik di mata penduduknya sendiri maupun di mata para
wisatawan.

-Kekurangan dari konsep ini adalah adanya kemungkinan-kemungkinan


persaingan yang tidak sehat akibat keinginan yang berlebih untuk
menonjolkan diri, berbedanya kemampuan masing-masing paguyuban
untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung, dan menurunnya
semangat masing-masing paguyuban pada saat pemeliharaan pasca-lomba.

-Pengembangan dari pendekatan psikologi arsitektur dalam perancangan


RTH di masing-masing kota multikultural dapat dilakukan oleh pemerintah
kota berdasarkan karakteristik dan potensi masing-masing wilayah.

Anda mungkin juga menyukai