Anda di halaman 1dari 30

Reflective Practice &

Lifelong Learning

Adopted from Oxford University Press


by
Saiful Batubara
Defenisi
Individual dan aktivitas efektif masuk
untuk mendalami sesuatu yang mereka
alami untuk menuntun suatu pemahaman
dan apresiasi.

Intellectual and affective activities in


which individuals engage to explore their
experience in order to lead to new
understanding and appreciation. (Boud et
al. 1985)
Introduksi
Pembelajaran reflektif dapat diartikan belajar dari
pengalaman dan ini dipandang sebagai suatu strategi
penting bagi dokter profesional guna memperkenalkan
pembelajaran sepanjang hayat.

Pembelajaran reflektif dianggap dapat menjadi cara


untuk mempromosikan self development dan self-
directed professionals

Masuk dalam pembelajaran reflektif dapat diartikan


sebagai peningkatan kualitas kepedulian, merangsang
perkembangan pribadi dan profesional serta menutupi
kesenjangan antara teori dan praktek.
Introduksi lanjutan
Proses dari tulisan reflektif misalnya, menulis bukan
sekedar mengumpulkan teori tetapi juga menuntut
adanya suatu sikap kritis penulis terhadap konsep dan
teori yang ada.

Merefleksikan suatu situasi bukan hanya melihat apa


yang tampak saja, tetapi memandang dengan cara lain
dengan lebih rinci dan kritis.

Cara pandang yang berbeda itulah yang dapat


direfleksikan dengan komitment untuk bertindak lebih
baik apabila terlihat satu kekurangan.
Schon (1983)
Seorang Pembelajar Seorang pembelajar
reflektif yang efektif reflektif yang tidak
dapat menandai dan efektif cenderung tidak
mendalami satu peduli dan memandang
setiap hal sebatas
kejadian/kasus luar
rutinitas tanpa
biasa mencoba mencari tahu
(unik;membingungka lebih dalam tentang apa
n) yang muncul saat yang terjadi saat
praktek. praktek.
Proses reflektif
Terdapat beberapa tingkatan dalam proses
pembelajaran reflektif.
Suatu model reflektif mengacu pada 3 proses
fundamental:
- Retroospeksi: Pengkajian kembali terhadap
satu kasus.
-Evaluasi diri: perhatian terhadap dugaan-
dugaan.
-Reorientasi: evaluasi kembali terhadap
pengalaman praktek.
Models/Frameworks
Siklus Reflektif Gibbs

The Gibbs (1988) reflective cycle (siklus


pembelajaran reflektif model Gibbs)
dianggap sudah cukup maju.
Memperbaiki deskripsi rinci dari situasi, analisis
dugaan, evaluasi pengalaman, analisis kelogisan
pengalaman, kesimpulan dimana opsi lain juga
dipertimbangkan, dan refleksi pengalaman
untuk mecari tahu apa yang harus dilakukan bila
pengalaman serupa terjadi lagi.
Gibbs reflective cycle
DESCRIPTION
(What happened)

Action Plan Feelings


(If it arose again (What were you
what would you do?) thinking + feeling?)

Conclusion Evaluation
(What was good
and bad?)

Description
(What sense can you make of the situation)
Tahap 1: Deskripsi suatu Kejadian

Deskripsikan dengan rinci suatu kejadian yang


anda alami.
Sertakan keterangan : dimana, siapa saja orang
lain yang ada ditempat kejadian; mengapa anda
berada disana; apa yang anda lakukan saat itu;
apa yang dilakukan yang lain; apa konteks
kejadiannya saat itu; apa yang terjadi; apa tugas
anda saat itu; apa tugas yang lainnya;
bagaimana hasilnya.
Tahap 2: Feelings
Ingat dan dalami apa saja yang anda ingat saat
kejadian, misalnya kenapa anda teringat terus
akan kejadian yang anda lihat dan alami itu?

Sertakan keterangan: bagaimana perasaan anda


ketika kejadian bermula; apa pendapat anda
tentang peristiwa itu; bagaimana peristiwa itu
menyita perhatian anda; bagaimana pendapat
anda tentang hasilnya; bagaimana pendapat
anda sekarang.
Tahap 3: Evaluasi

Coba mengevaluasi dan menyimpulkan apa


yang terjadi menurut anda.
Pertimbangkan apa baik dan buruk dari
pengalaman itu.
Tahap 4: Analisis
Pilah-pilah kasus menjadi beberapa komponen
sesuai rentetan peristiwa agar dapat ditelusuri
secara terpisah dan mendalam.
Boleh jadi anda perlu membuat daftar
pertanyaan yang lebih detail untuk hasil analisis
lebih baik.
Termasuk mencari tahu jawaban: hal apa saja
yang tidak perlu dipermasalahkan ketika
kejadian terjadi; apa yang telah dapat anda
kerjakan dekan baik saat itu; hal apa yang
bermasalah dalam pelaksanaannya saat itu; apa
yang belum terlaksana dengan baik;
Tahap 5: Konklusi
Berbeda dengan tahap evaluasi, disini anda
dianggap telah mendalami isu yang ada dari
sudut pandang anda dengan didukung
informasi-informasi untuk mendasari teori
penilaian anda atas kasus.
Pada tahap inilah anda pengetahuan dan
pandangan anda terhadap diri sendiri dan orang
lain atas bagaimana peranan masing-masing
dari awal hingga akhir peristiwa/kasus.
Konklusi; lanjutan
Ingat! Maksud dari refleksi adalah belajar dari
pengalaman.
Tanpa analisis mendetail dan penelusuran yang
jujur yang muncul pada tahap sebelumnya (tahap
demi tahap), semua akan sia-sia dan berdampak
pada keseluruhan refleksi.
Dari hal di atas, anda dapat saja kehilangan
kesempatan belajar (refleksi sia-sia).
Pada tahap inio, tanya diri anda sendiri apa yang
telah hal berbeda apa yang telah dapat anda lakukan
dan pengalaman apa yang anda dapatkan.
Tahap 6: Action Plan

Pada tahap ini, anda diharuskan berfikir tentang


apa yang akan anda lakukan ketika mengalami/
menemui kasus yang sama. Apakah anda
bertindak berbeda atau malah sama saja.
Disini, siklus secara keseluruhan dapat bersifat
sementara dan musalkan saja, haruskah
peristiwa itu terjadi lagi dan itulah yang menjadi
fokus pada siklus reflektif baru milik anda.
Model refleksi lain
Terdapat beberapa model lain diantaranya :
Johns model of reflection
The What? model of structured reflection by
Driscoll
Lifelong Learning
Konsep Dasar
Lee (2006) menyebutkan bahwa Lifelong
Learning ( Belajar sepanjang hayat = BSH)
dalah motivasi diri untuk secara suka rela
mengejar pengetahuan baik alasan pribadi
maupun profesional.
Hilan & Merryl (2003) menyebutkan bahwa
hidup adalah belajar dan saat ini kita merasakan
nilai-nilai persaingan dan perubahan
selanjutnya BSH adalah jawabannya.
Tahun 2006
Alasan untuk BSH
Ledakan informasi

Tuntutan Profesionalisme

Kemajuan ilmu dan teknologi

Untuk memenangkan persaingan

Untuk memecahkan persolan


Prinsip
Tidak ada sekolah yang dapat mengasilkan
lulusan yang siap pakai dan sesuai untuk semua
persoalan secara terus menerus.

Belajar adalah kebutuhan karena dengan belajar


kemampuan untuk memecahkan persolan yang
senantiasa dihadapi secara berkelanjutan

Belajar bukan beranti harus dibangku sekolah


justru pembelajarn itu lebih banyak dilakukan di
luar sekolah.
Aplikasi
Hojat,dkk. (2009) memberikan batasan BHS
adalah suatu atribut yang didalamnya
terkandung serangkaian kemampuan yang
terdiri dari :

1. Inisitif sendiri
2. Keterampilan memperoleh informasi
3. Motivasi
4. Kenbutuhan untuk belajar scr berkelanjutan
Jefferson Scale of Physician Lifelong Learning
Menyebutkan variabel BHS ada tiga yaitu :

1. Learning beliefs and motivation


2. Attention to learning
3. Skill to seeking infoemation

Sedangkan Li, Paterniti & Patrick (2010)


mengembangkan suatu model konseptual dari
BHS yang disebut dengan strategi ISMART
ISMART
Importan : pilih sasaran yg tepat, prioritas
adalah sasaran pembelajan
Specific : rumuskan sasaran yang luas menjadi
bagian-bagian yang lebih rinci dan
tahapan-tahapan pencapaiannya
Measurable : tetapkan metode pengukuran
pencapaian sasaran
Accountable : gunakan suatu metode peninjauan
ulang secara sitematik
Realistic : keserasian sasaran yang dapat dicapai dan
manfaatkan setiap peluang
Timeline : kembangkan metode penjadwalan untuk
pencapaian sasaran
Model ISMART
Sekian

Semoga menjadi seorang

pembelajar sepanjang hayat

Anda mungkin juga menyukai