Kelompok 6 - Gagal Ginjal
Kelompok 6 - Gagal Ginjal
Menurut Suhardjono
(2001), di Indonesia, Di negara-negara Prevalensi Perbedaan ini
berdasarkan Pusat maju seperti penderita gagal disebabkan oleh
Data & Informasi
Perhimpunan Rumah Amerika Serikat, ginjal yang adanya perbedaan
Sakit Seluruh Indonesia Jepang, Australia menjalani dialisis kriteria, geografis,
(PDPERS) jumlah dan Inggris : 77 - antara 476 - 1150 etnik, dan fasilitas
penderita gagal ginjal 283 per satu juta per satu juta kesehatan yang
dianggarkan sekitar 50
orang per satu juta penduduk. penduduk. disediakan.
penduduk. Pada tahun
2006 terdapat sekitar
100.000 orang
penderita gagal ginjal di
Indonesia.
ETIOLOGI
Faktor Kerentanan
Usia lanjut
Ras/etnis
(Stamatakis, 2008).
PATOFISIOLOGI ACUTE RENAL FAILURE
(ARF)
Penurunan nilai GFR yang terjadi akibat:
Usia Lanjut
Penurunan Massa Ginjal
BBLR (Low Birth Weight)
Ras
Riwayat Keluarga,
Pendapatan Rendah
Inflamasi Sistemik
Dyslipidemia
DM
Hipertensi
Penyakit Autoimun
Penyakit Ginjal Polycystic
Toksisitas Obat
Faktor Progressif
Diabetes
Hipertensi
Proteinuria
Hyperlipidemia
Obesitas
Merokok
Mekanisme Kerusakan Pada Penyakit Ginjal (Dipiro et al., 2012)
MANIFESTASI KLINIK CKD
Penderita CKD stadium 1-3 (GFR > 30 mL/min) biasanya asimtomatik dan
gejala klinis biasanya baru muncul pada CKD stadium 4 dan 5
Menekan perkembangan
Pengobatan komplikasi.
(Hase,
Pencegahan Gagal Ginjal Akut
Tujuan pencegahan : Untuk memilih dan mengidentifikasi pasien yang beresiko,
monitor pasien beresiko tinggi, dan menerapkan strategi pencegahan yang sesuai.
Diuretik
Bumetamid Triamteren
Torsemid Spironolakton
Asam
etakrinat
Manitol 20% dosis awal 12,5-25 gram
IV selama 3-5 menit. Manitol juga bisa
menyebabkan GGA, sehingga penggunaan pada
pasien GGA harus dimonitor dengan hati-hati
dengan melihat output urin, osmolalitas serum,
dan elektrolit (Mueller, 2005).
Diuretik kuat
Secara efektif mengurangi kelebihan
cairan, namun dapat memperburuk AKI.
Furosemid merupakan diuretik kuat
yang paling sering digunakan karena
harganya murah, aman dan juga bisa
digunakan secara oral atau parenteral. Asam
etakrinat digunakan pada pasien yang alergi
terhadap komponen sulfa. Torsemid dan
Bumetamid memiliki bioavailabilitas oral
yang lebih baik dibandingkan furosemid
(Mueller, 2005)
Infus berulang diuretik kuat tampaknya mengatasi resistensi
diuretik dan memiliki efek samping daripada bolus intermiten.
Dosis awal IV (setara dengan furosemid 40-80 mg) harus
diberikan sebelum memulai infus kontinyu (setara dengan
furosemid 10-20 mg/jam).
Strategi untuk mengatasi resistensi diuretik. Administrasi agen
dari kelas farmakologis yang berbeda, seperti diuretik yang
bekerja di tubulus distal (tiazid) atau saluran pengumpul
(amilorida, triamteren, spironolakton).
Metolazone biasa digunakan karena, tidak seperti thiazides
lainnya, ia menghasilkan efektif diuresis pada GFR kurang dari
20 mL / menit (0,33 mL / s)
Intervensi Nutrisi
Nutrisi enteral meningkatkan outcomes
Manajemen cairan & elektrolit
Pembatasan K, Na
Komplikasi pada GGA dan penatalaksanaannya
Komplikasi Penatalaksanaan
Ketidakseimbangan air dan natrium Manitol 20% Furosemid Dopamin
Tindakan pencegahan fase oligurik untuk menghasilkan prognosis yang baik, antara lain : 1) Ekspansi
c. volume plasma secara agresif 2) Pemberian diuretik untuk meningkatkan pembentukan urin. 3)
Vasodilator, terutama dopamin, yang bekerja secara spesifik sebagai vasodilator ginjal untuk
meningkatkan aliran darah ginjal
Pembatasan asupan protein dan kalium. Selain itu, asupan karbohidrat tinggi
d. akan mencegah metabolisme protein dan mengurangi pembentukan zat-zat
sisa bernitrogen
Dialisis selama stadium oliguria GGA, untuk memberi waktu pada ginjal untuk
g. memulihkan diri. Dialisis juga mencegah penimbunan zat-zat bernitrogen,
dapat menstabilkan elektrolit, dan mengurangi beban cairan
(Corwin, 2000).
Terapi Non Farmakologis Gagal Ginjal Kronis
PENGATURAN ASUPAN PERUBAHAN GATA HIDUP
MAKANAN
Protein
Besi
Kalsium Kalori
NaCl Lemak
Karbo
hidrat
TERAPI PENGGANTI GINJAL
Melakukan
monitoring
status pasien
Monitoring
konsentrasi obat
secara berkala
karena adanya
perubahan
status volume,
perubahan
fungsi ginjal
Setelah agen eritropoetik dimulai, respon hemoglobin secara khas akan terlambat.
Level Steady-state hemoglobin tidak terjadi sampai life span sel darah merah
(rata-rata 2 bulan, rentang 1-4 bulan). Untuk mencegah perubahan dosis sebelum
waktu, klinikan harus mengevaluasi respon lebih dari beberapa minggu.
PEMERIKSAAN JANTUNG
EKG : dbn
Rontgen : kardiomegali
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PARAMETER NILAI NILAI KOMENTAR
NORMAL
Pilihan terapi
untuk GGK stg.5
adalah
Hemodialisa
PLAN
Pada pasien telah digunakan
Furosemide dan Captopril untuk
mengontrol TD