Anda di halaman 1dari 33

Refarat

CEDERA KEPALA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Disusun Oleh :

Anita Riawati, S.Ked


(110611054)

Preseptor :
dr. Ichwanuddin,Sp.S

BAGIAN/SMF NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH RUMAH SAKIT UMUM
CUT MEUTIA ACEH UTARA
2017
Pendahuluan
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis
adalah ruda paksa tumpul / tajam pada kepala atau wajah
yang berakibat disfungsi cerebral sementara.

Tindakan pemberian
Cedera kepala oksigen yang adekuat
merupakan keadaan dan mempertahankan
yang serius, sehingga tekanan darah yang
diharapkan para dokter cukup untuk perfusi
mempunyai otak dan
pengetahuan praktis menghindarkan
untuk melakukan terjadinya cedera otak
pertolongan pertama sekunder
pada penderita.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi kepala
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai
SCALP yaitu:
Skin
Connective tissue atau jaringan penyambung
Aponeuris atau galea aponeurotika yaitu jaringan ikat
yang berhubungan langsung dengan tengkorak.
Loose areolar tissue atau jaringan penunjang
longgar.
Perikranium, merupakan periosteum yang melapisi
tulang tengkorak
Anatomi kepala
b. Tulang Tengkorak
Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal,
parietal, temporal dan oksipital.
c. Meninges
Selaput meninges menutupi seluruh permukaan otak
dan terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1) Duramater
2) Arakhnoid
3) Pia mater
d. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat
pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari
beberapa bagian yaitu proensefalon (otak depan)
terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon
(otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang)
terdiri dari pons,medula oblongata dan serebellum.
e. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus
khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak
20 ml/jam.
CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui
foramen monro menuju ventrikel III, dari
akuaduktus sylvius menuju ventrikel IV.
CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena
melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada
sinus sagitalis superior.
f. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak
menjadi ruang supratentorial (terdiri dari fosa
kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
g. Vaskularisasi Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan
dua arteri vertebralis.
Cedera Kepala
SINONIM: Trauma kapitis = cedera kepala = head
injury = trauma kranioserebral =Traumatic Brain
Injury.
Definisi
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap
kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung
yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen.
Epidemiologi
Cedera kepala sangat sering dijumpai. Di Amerika
setiap tahunnya kejadian cedera kepala
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. 10 % dari
penderita cedera kepala meninggal sebelum datang
ke Rumah sakit. Labih dari 100.000 penderita
menderita berbagai tingkat kecacatan akibat
cedera kepala.
Indonesia (1982) terjadi 55.498 kecelakaan lalu
lintas dimana setiap harinya meninggal sebanyak
34 orang dan 80% penyebabnya adalah cedera
kepala.
Etiologi
kecelakaan lalu-lintas, berupa tabrakan sepeda
motor, mobil, sepeda dan penyebrang jalan yang
ditabrak.
jatuh dari ketinggian, tertimpa benda (misalnya
ranting pohon, kayu, dsb), olahraga, korban
kekerasan baik benda tumpul maupun tajam
(misalnya golok, parang, batang kayu, palu, dsb),
kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga,
kecelakaan olahraga, trauma tembak, dan lain-lain.
Mekanisme cedera otak:
1. Secara Statis (Static Loading)
Cedera otak timbul secara lambat, lebih lambat
dari 200 milisekon.
2. Secara Dinamik (Dynamic Loading)
Cedera kepala timbul secara cepat, lebih cepat dari
200 milisekon, berbentuk impulsif dan / atau
impak
Klasifikasi:
1. Berdasarkan Saat Terjadinya
Lesi (kerusakan) yang dapat timbul pada cedera
kepala terdiri atas 2 jenis yaitu lesi primer dan lesi
sekunder.
2. Berdasarkan patologi:
Komosio serebri
Kontusio serebri
Laserasio serebri
3. Berdasarkan lokasi lesi
Lesi diffus
Lesi kerusakan vaskuler otak
Lesi fokal
diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan kesadaran
atau dengan interval lucid
b. Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea
c. Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
diagnosis
2. Hasil pemeriksaan klinis neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto
servikal
5. CT scan otak: untuk melihat kelainan yang mungkin
terjadi.
Tatalaksana
Terapi Cedera Kepala Ringan
- Tirah baring dengan kepala ditinggalkan 20- 30,
dimana posisi kepala dan dada pada satu bidang,
lamanya disesuaikan dengan keluhan (sakit kepala,
muntah, vertigo).
- Simtomatis:
Analgetik (parasetamol, asam mefenamat), anti
vertigo (beta histin mesilat), antiemetik
- Antibiotik jika ada luka
- Perawatan luka
- Muntah (+), berikan IVFD NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat 1 kolf/12 jam, untuk mencegah dehidrasi.
Terapi Cedera Kepala Sedang dan Berat
Resusitasi jantung paru, dengan tindakan Airway
(A), Breathing (B), dan Circulation (C)
A: Posisi kepala ekstensi untuk membebaskan jalan
nafas dari lidah yang turun ke bawah
Bila perlu pasang pipa orofaring atau pipa
endotrakeal
Bersihkan sisa muntahan, darah, lendir, atau gigi
palsu
Isi lambung dikosongkan melalui pipa nasogastrik
untuk menghindari aspirasi
B:
Berikan oksigen dosis tinggi 10-15 liter/menit,
intermitten
Bila perlu pakai ventilator
C:
Jika terjadi hipotensi (sistolik < 90 mmHg), cari
penyebabnya, oleh faktor ekstrakranial berupa
hipovolemi akibat perdarahan luar atau ruptur alat
dalam, trauma dada disertai tamponade jantung
atau pneumotorak dan shock septik.
Tindakan tata laksana:
Menghentikan sumber perdarahan
Restorasi volume darah dengan cairan isotonik, yaitu
NaCl 0,9% atau ringer laktat per infus
Mengganti darah yang hilang dengan plasma,
hydroxyethyl starch atau darah.
Pemeriksaan fisik CKS/CKB
Dilakukan setelah resusitasi ABC, meliputi:
- Kesadaran
- Tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan
- Pupil
- Defisit fokal serebral
- Cedera ekstrakranial (dengan konsultasi dan
kerjasama tim).
Pemeriksaan Penunjang CKS/CKB
Lihat pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
Tekanan Intra Kranial meninggi
Bila ada fasilitas, untuk mengukur naik-turunnya
TIK sebaiknya dipasang monitor TIK. TIK normal
adalah 0-15 mmHg. Di atas 20 mmHg, sudah harus
diturunkan dengan cara:
- Hiperventilasi:
Lakukan hiperventilasi dengan ventilasi terkontrol,
sasaran pCO2 dipertahankan antara 30-35 mmHg
selama 48 sampai 72 jam, lalu dicoba dilepas dengan
mengurangi hiperventilasi, bila TIK naik lagi,
hiperventilasi diteruskan 24-48 jam. Bila TIK tidak
menurun dengan hiperventilasi periksa gas darah
dan lakukan CT Scan ulang.
- Terapi diuretik:
Diuretik osmotik (manitol 20%)
Loop diuretik (furosemid)
TERIMAKASIH ..

Anda mungkin juga menyukai