Anda di halaman 1dari 74

PELATIHAN DISPATCHING

MATERI
PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
SEMARANG 2008
MATERI PELATIHAN
1. Penggerak Mula dan Generator
1.1. Penggerak Mula
1.2. Bagian Utama Generator
2. Prinsip Operasi Jenis-jenis Unit Pembangkit
2.1. Unit Pembangkit Tenaga Air ( PLTA )
2.2. Unit Pembangkit Tenaga Gas ( PLTG )
2.3. Unit Pembangkit Tenaga Uap ( PLTU )
2.4. Unit Pembangkit Tenaga Gas Uap ( PLTGU )
2.5. Unit Pembangkit Tenaga Panas Bumi ( PLTP )
2.6. Unit Pembangkit Tenaga Diesel ( PLTD )
MATERI PELATIHAN
3. Karakteristik Operasi Unit Pembangkit
3.1. D r o o p
3.2. Frequency Deadband
3.3. Efisiensi
3.4. Daya Mampu dan Daya Minimum
3.5. Ramp Rate
3.6. Start - Stop
3.7. Minimum Up-time
3.8. Minimum Down-time
4. Karakteristik Listrik Generator
4.1. Kurva V
4.2. Kurva Kapabilitas Reaktif
PENGGERAK MULA
( PRIME MOVER )
Energi/Daya Listrik yang dihasilkan Generator
didapat dari Energi Mekanis ( putaran ) Generator
yang digerakkan oleh Penggerak Mula ( Prime
Mover ) diantaranya : Mesin Diesel, Turbin Gas,
Turbin Air, Turbin Uap dll.
Pemilihan Pengerak Mula ( Prime Mover ), didasarkan :
* Ketersediaan Energi Primier
** Lokasi/Kondisi Geografis
*** Tingkat Ke Ekonomian dll.
Perkembangan Penggerak Mula ( Prime Mover )
berupa gabungan Turbin Uap dan Turbin Gas untuk
mendapatkan tingkat Effisiensi Thermal yang
optimal
PENGGERAK MULA
( PRIME MOVER )
MAX. MOMEN
PUNTIR/TORSI
FSNL

SPEED
60 % SPEED 100 % SPEED

Gambar 1 - Hubungan Momen Torsi vs Speed (Putaran)


GENERATOR

Generator pada unit Pembangkit adalah Mesin Arus


Bolak balik ( Synchron ) yang digunakan untuk
mengubah Daya Mekanik menjadi Daya Listrik

Prinsip Kerja :
Rotor di Supply arus DC untuk menghasilkan
medan magnit Rotor, lalu diputar oleh Penggerak
Mula ( Turbin atau lainnya ) sehingga diperoleh
Medan Magnit Putar dan Medan Magnit inilah yang
menginduksi Tegangan AC 3 Fasa ke Belitan Stator
Penampang Generator

Penampang Rotor Generator Penampang Stator Generator


GENERATOR

Generator Silindris Generator Kutub Tonjol


( Turboalternator) ( Salient Pole )

2 atau 4 Pole Lebih dari 4 Pole


3000 atau 1500 RPM 80 s/d 600 RPM
Pembangkit Thermal Pembangkit Hydro

nxp
Fr =
60
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )

1. Rotor Penghasil Medan Magnit Rotor lalu diputar untuk mendapatkan


Medan Magnit Putar

2. Stator Setelah mendapatkan Induksi Medan Magnit dari Rotor


menghasilkan tegangan AC 3 Fasa sebagai Daya Listrik
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )

I.2a.Stator Housing Kerangka dan dinding yang tersusun atas plat plat
baja melingkar dan dihubungkan satu sama lainnya
dengan batang besi Longitudinal

2b.Inti Stator Terbuat dari bahan Frromagnetic untuk mengurangi rugi-


rugi Inti
2c.Belitan Stator Untuk menghasilkan tegangan AC 3 Fasa akibat
adanya induksi dari Rotor

I.3. Pendingin ( Cooling ) Berfungsi mendinginkan Coil Conductor dengan


menggunakan media pendingin ( Udara, Hidrogen )
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )

I.4. Overhang & Retaining Ring Berfungsi untuk mengatasi gaya


sentrifugal akibat putaran Rotor

I.5. F a n Untuk mensirkulasikan Gas Pendingin ke Badan Rotor &


Stator
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )

I.6. Slips Ring Ring penghubung Rotor dengan tegangan DC melalui


perantara Sikap Arang ( Brushs )

I.7. Bantalan ( Bearing ) Sebagai penyangga Rotor agar berputar pada


senternya
* Thrust Bearing Penahan gaya Aksial
* Journal Bearing Penahan gaya Radial
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )

I.8. Braking & Jacking Generator kapasitas besar dilengkapi dengan


Braking untuk membantu pengereman
saat mau berhenti serta Jacking yang ber
fungsi untuk mengangkat poros Rotor se
saat sebelum berputar ( PLTA Vertikal atau
PLTU besar > 200 MW )
BAGIAN UTAMA GENERATOR
( UMUM )
I.9. Penguatan ( Exciter ) Berfungsi untuk memberi arus penguatan
( Excitation ) DC ke Belitan Medan Rotor
sehingga Medan Magnit Rotor terbentuk
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

II.1. Prinsip Operasi PLTA sangat sederhana, yaitu air yang berada di
Waduk dialirkan melalui saluran ( Pipa Pesat ) menuju Turbin Air dengan
membuka Katup Utama ( Inlet Valve ), pengaturan jumlah air
dilaksanakan oleh Guide Vane sebelum masuk ke Impeller Turbin Air
dan turbin ini di kopel dengan Generator untuk menghasilkan Daya
Listrik

Bagian-bagian utama dari sebuah pusat listrik tenaga air (PLTA) terdiri
dari sbb. :
Bendungan/dam (water reservoir).
Pipa pesat (pipe line).
Turbin air (water turbine).
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT
PLTA

KETERANGAN :
1. Waduk
2. Power Intake
3. Bendungan
4. Pipa Pesat
5. Katub Utama
6. Turbin
7. Generator
8. Tail race
9. Sungai
10. Trafo Utama
11. Gardu Induk
12. Tegangan Tinggi
13. Pelimpas Otomatis
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

JENIS TURBIN AIR YANG BIASA DIGUNAKAN :


a. Turbin Kaplan Turbin tekanan lebih dengan tinggi jatuh ( Head
)rendah/sedang dan Debit ( Q ) yang besar
b. Turbin Pelton disebut juga turbin tekanan sama atau turbin
pancaran bebas atau turbin impuls tekanan keluar Nozzle
sama dengan tekanan atmosfir. Digunakan untuk ketingian (
Head ) besar kecepatan aliran tinggi
c. Turbin Francis bekerja dengan proses tekanan lebih, saat air
masuk tinggi jatuh sudah bekerja di sudu tetap/pengarah dan
diubah menjadi kecepatan, sebagian tinggi jatuh diubah menjadi
energi di sudu jalan

PERALATAN BANTU DI TURBIN AIR DIANTARANYA :


a. Sistem Pelumas d. Sistem Udara Service
b. Sisyem Pendingin e. Sistem Hidrolik dll.
c. Sistem Udara Kontrol
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

II.2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG )

PLTG memanfaatkan bahan bakar Gas atau BBM ( Solar ), dimana


Udara masuk kedalam Kompressor melalui Inlet Filter ( agar udara
bebas dari kotoran & benda yang dapat merusak Kompressor ) dan di
kompresi hingga tekanan & Temperatur tertentu.

Udara kompresi ini sebagian sebagai pendingin Komponen Turbin


sebagian sebagai Udara Pembakaran.

Dalam Ruang Bakar diinjeksikan Bahan Bakar ( Gas atau BBM )


dicampur dengan Udara Pembakaran sehingga dihasilkan Gas Panas
dengan Tekanan & Temperatur Tinggi yang selanjutnya Gas Panas ini
dialirkan ke Turbin untuk memutar Turbin yang telah di Kopel dengan
Generator untuk menghasilkan daya Listrik
PRINSIP OPERASI PLTG

1 Keterangan :
2 3 4 5 6 1. Inlet Filter House
2. Kompressor
3. Supply Bh. Bakar
4. Ruang Bakar
5. Turbin
6. Generator
14
7. Lube Oil After Cooler
13
7 8. Lube Oil Before Cooler
12 9. Heat Exchanger
9
10. Water Cooler
11
11. Lube Oil Storage
12. Main Lube Oil Pump
10 13. Reduction Gear
14. Starting Device
PRINSIP OPERASI PLTG
3
2 3

tem
t
pre per
e
ssu atur
m
re e 2 4
p
e
r
a
1 4 t 1
u
volume r entrophy
e
Siklus Brayton
PRINSIP OPERASI PTG

Combustion chamber

generator

compressor
turbine
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

II.3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU )

PLTU memanfaatkan bahan bakar Minyak, Gas atau Batu Bara


sebagai Enerji Primernya.
Proses PLTU secara sederhana dijelaskan sebagai berikut :
Air dari Hotwell Condensor dipompakan ke Deaerator melalui
beberapa Low Pressure Heater untuk mendapatkan tinggi tekan
positif ( NPSH ), selanjutnya dipompakan ( dengan BFP ) ke
Steam Drum melalui beberapa High Pressure Heater dan Pipa
Ekonomiser di dalam Boiler.
Di dalam Boiler proses pembakaran berlangsung dengan
didahului pengaliran Udara oleh FD Fan melalui Air Heater, Air
Register ke Burner, sementara bahan bakar minyak atau Gas atau
Batu bara di alirkan ke Burner & bercampur dengan Udara
menjadi Pembakaran di Boiler.
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

Air di dalam Pipa Boiler dipanaskan dengan pembakaran tadi


sehingga bersirkulasi diantara Pipa Down Comer, Water Header,
Pipa Riser dan berkumpul Steam Drum. Uap dengan tekanan &
Temperatur tertentu yang dihasilkan dipanaskan lebih lanjut di
Superheater untuk digunakan memutar Turbin Uap yang di
Kopel dengan Generator menghasilkan daya Listrik.
Uap sisa memutar Turbin dikondensasikan di Kondensor
dengan media pendingin Air Laut ( Cooling System ) untuk
selanjutnya Air Kondensasi ini dapat digunakan lagi menjadi air
Boiler ( Proses )
Untuk lebih jelasnya lihat gambar.
PRINSIP OPERASI PLTU

1 2

Keterangan :
3
1. Turbin Tek. Rendah
2. Turbin Tek. Tinggi
3. Generator
1
7
4 4. Kondensor
1
5. Deaerator
6 Sea water
supply 5 6. Heater Tek Tinggi
1 6 7. Boiler Feed Pump
5
7 8. Heater Tek Rendah
1
4
8 9. Condensate Pump
9 10. FD Fan
11. Air Heater
12. Water Header
Cerobong 13. Burner
14. Economiser
15. Superheater
16. Steam Drum
1 1 1 1 17. Reheater
3 2 1 0
PRINSIP OPERASI PLTU
PRINSIP OPERASI PLTU

temperature, T entalphi, h

K 3

2 3 3

3 2
2 K

2
4
1 4 4 k 4
k
k 1
k

entrophi, s entrophi, s
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

II.4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap ( PLTGU )


( COMBINE CYCLE)

PLTGU merupakan pengembangan dari PLTG dengan


memanfaatkan gas buang yang keluar dari PLTG
yang masih tinggi ( > 500 0C )

Komponen Utama PLTGU diantaranya :


a. Gas Turbine Generator ( GTG )
b. Heat Recovery Steam Generator ( HRSG )
c. Steam Turbine Generator ( STG )
PRINSIP OPERASI PLTGU
PRINSIP OPERASI PLTGU
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

Pola operasi PLTGU BBM umumnya adalah :


Pada luar beban puncak 1-1-1 ( 1 GTG, 1 HRSG, 1 STG )
Pada waktu beban puncak 3-3-1 ( 3 GTG, 3 HRSG, 1 STG )
Pada waktu akhir minggu 1-1-1 (1 GTG, 1 HRSG, 1 STG)

Pola operasi PLTGU start-stop berpengaruh terhadap :


Pemakaian bahan bakar bertambah (saat start stop)
Terjadi pelepasan panas yang cukup besar pada HRSG
Effisiensi PLTGU akan berkurang
Umur Critical Parts berkurang
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

PLTGU ( COMBINED CYCLE )


Merupakan pembangkit yang cepat
menghasilkan energi listrik sehingga pola
operasinya banyak diperuntukkan pemikul
beban puncak (kecuali PLTGU dengan bahan
bakar gas) atau saat unit dengan harga
murah terjadi gangguan.

MANAJEMEN BAHAN BAKAR ( BBM )


Mutlak diperlukan mengingat
pengoperasiannya kadang sulit diprediksi
disamping diperlukannya pengendapan BBM
minimal 2 x 24 jam untuk memastikan kadar
air dan sedimen sudah mengendap.
PRINSIP OPERASI PEMBANGKIT

II.5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP )

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP )


memanfaatkan panas bumi sebagai Enerji Primernya.
Adapun Proses PLTP secara sederhana dapat dijelaskan
sebagi berikut :
Uap panas dari Sumur Bumi dialirkan melalui Separator dan
Mist Elliminator ( bertujuan untuk menyaring partikel-partikel
pengotor maupun kandungan air dalam uap ) langsung
untuk memutar Turbin dimana telah ter kopel dengan
Generator untuk menghasilkan Daya Listrik.
Uap bekas ekspansi di Turbin dikondensasikan dengan
memanfaatkan air hasil pendinginan di Cooling Tower yang
menggunakan media pendingin Air Sungai.
PRINSIP OPERASI PLTP

1 2 3 4 5 6

Keterangan :
7
1. Auxiliary Equipment
2. Reduction Gear
3. Turbin Uap
4. Generator
5. Mist Elliminator
8 6. Final Separator
7. Steam Flow
8. Condenser
9. Cooling Tower
10. River make-up Pump
9
11. River make-up Water
12. Water Cooling Pump

10

12

11
PRINSIP OPERASI PLTP
PRINSIP
PRINSIP OPERASI
OPERASI PEMBANGKIT
PEMBANGKIT

II.6. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD )

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ) memanfaatkan


bahan bakar Minyak sebagai Enerji Primernya.
Adapun Proses PLTD secara sederhana dapat dijelaskan
sebagi berikut :
Langkah awal adalah melakukan pemeriksaan kesiapan
alat-alat bantu seperti Power Supply, Pompa-pompa Air
Pendingin, Bahan Bakar, Pelumas serta Panel-panel
Indikator.
Setelah itu Start Diesel biasanya ada yang menggunakan
Kompressor, Accumulator atau lainnya, setelah FSNL lalu
paralel ke Jaringan dan naikkan Beban secara bertahap
dengan memperhatikan Indikator yang ada terutama Vibrasi.
PRINSIP OPERASI PLTD

pressure
1. Fluida kerja dianggap sebagai gas Qm
ideal dengan kalor spesifik yang
2 3
konstan.
2. Langkah isap (0 1) merupakan
proses tekanan konstan.
3. Langkah kompresi (1 2) ialah
proses isentropic.
4. Proses pembakaran pada tekanan
konstan (2 3) dianggap sebagai 4 Qk

proses pemasukan kalor.


5. Langkah kerja (3 4) ialah proses 0 1
isentropic.
6. Proses pembuangan (4 1)
dianggap sebagai proses volume spesifik
pengeluaran kalor pada volume
konstan.
7. Langkah buang (1 0) ialah
proses tekanan konstan.
8. Siklus dianggap tertutup artinya
siklus berlangsung dengan fluida
kerja yang sama.
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

III.1. SPEED DROOP


Prinsip dasar kontrol Speed Droop adalah bagaimana
mempertahankan putaran Generator yang terkoneksi
dengan Sistem ( Jaringan ) pada Frekwensi yang
sesuai atau sama dengan Frekwensi Sistem
Gambaran Speed Droop

Garis speed drop, setelah dilakukan Loadsetpoint


Frekuensi (%)
pengaturan sekunder N0 generator

104% N1

100% N2

S1 Speed Drop, S1 = 4%
Nrating
S2 Speed Drop S2 > S1

P1 P2 Prating
0 100 Beban (%)
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

Jenis Pengaturan Speed Droop :

a. Primier Pengaturan besaran Speed Droop yang


dimiliki Governoor secara langsung baik
diperbesar atau diperkecil perubahan S1 ke S2
pada gambar. Semakin kecil Speed Droop yang
dimiliki Governoor semakin peka terhadap
perubahan beban dan begitu sebaliknya semakin
besar Speed Droop semakin malas ( kurang peka )
terhadap perubahan beban.
b. Sekunder Pengaturan tanpa mengubah
besaran, melainkan hanya mengembalikan
Frekwensi ke 100 %, biasanya dilakukan oleh
Operator
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

III.2. FREQUENCY DEADBAND


Frequency Deadband adalah suatu rentang Frekwensi
yang diijinkan dimana Turbin Generator dapat
beroperasi sesuai dengan karakteristiknya.
Turbin Uap yang beroperasi diluar Frquency
Deadband akan menyebabkan terjadinya Resonansi
dan Disharmoni Gaya pada sudu tingkat akhir
Dead Band
Frequency
Zona C Zona B (Zona A) Zona B Zona C

49.95 50.05
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

Rentang Frekwensi Pembangkit Tambak Lorok dan GE

Rentang frekuensi Durasi Penyimpangan

A.48,5 sampai 51,5 Hz Pengoperasian terus-menerus


B.< 48,5 Hz Pemutusan seketika
C.> 51,5 Hz Pemutusan seketika
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

III.3. E F F I S I E N S I
Effisiensi adalah suatu parameter yang menyatakan
tingkat unjuk kerja dari Unit Pembangkit
Prinsip dasar Effisiensi adalah Perbandingan antara
Kerja/Energi yang dihasilkan dengan Usaha/Energi
yang digunakan.
Pada Unit Pembangkit Listrik dikenal istilah Effisiensi
Thermal yaitu perbandingan antara Daya Output
Generator dengan Pemakaian Energi Kalor Bahan
Bakar ( Specific Fuel Consumption SFc )
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
Q out
th = Q in

HR : SFC X Sg X LHV

860
th = X 100 %
HR
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
III.4. DAYA MAMPU
* DAYA MAMPU BRUTTO Daya ( Kapasitas ) yang
dihasilkan Generator pada periode tertentu dengan
tidak dipengaruhi oleh Musim atau Derating lainnya
* DAYA MAMPU NETTO Daya Mampu Brutto
dikurangi dengan Pemakaian Sendiri ( Alat bantu
Operasional )
* DAYA MAMPU MINIMUM Daya ( Kapasitas )
Minimum yang dihasilkan Generator dengan tidak
mempengaruhi beroperasinya peralatan bantu Unit
PLTU biasanya dibatasi kondisi pembakaran di Boiler dan Vibrasi di
Turbin
PLTA dibatasi terjadinya Kavitasi di Turbin ( Draft Tube )
PLTGU pembukaan Main Throttle Valve (minimum Steam masuk
Turbin )
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

Pengaruh temperatur ambient terhadap performansi Gas Turbin


KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
III.5. RAMP RATE
Ramp Rate adalah suatu besaran yang membawa
Turbin pada titik Temperatur Operasi, satuan 0C/Jam
dengan berpatokan pada kenaikan First Stage Metal
Turbine Temperature, tujuannya adalah menghindari
Thermal Stress pada Turbin.

Secara Umum Ramp Rate juga dikenal dengan Tingkat


Kecepatan Maksimum naik atau turunnya Beban.
Contoh :
Turbin Gas MS 9001E 6.0 MW/menit
PLTU 100 600 MW rata-rata 5.0 MW/menit
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
III.6. START-STOP
Start-stop Unit adalah suatu kondisi dimana Unit
Pembangkit dilakukan Start atau Stop dalam suatu
waktu dan kondisi tertentu
Tahapan Proses Start Unit Pembangkit :
Proses Start alat-alat bantu ( Auxiliary ) sistem
bahan bakar, Air, Udara dll.
Proses Pembakaran ( Firing ) terjadinya reaksi
pembakaran bahan bakar ( BBM, Gas, Batu bara dll. )
Proses Rolling Turbin sampai dengan Full Speed No
Load ( FSNL )
Proses Paralel Generator dengan Jaringan
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
Jenis Start pada PLTU ( tergantung kapasitasnya ) :
Start Dingin ( Cold Start ) Unit Stop > 48 Jam
Start Hangat ( Warm Start ) Unit Stop 8 s/d 48 Jam
Start Panas ( Hot Start ) unit Stop < 8 Jam

Tahapan Proses Stop Unit Pembangkit :


Penurunan beban secara bertahap
Pelepasan Generator dari Jaringan
Penutupan Katup Utama
Penurunan Putaran Turbin ( natural )
Pendinginan ( Cooling ) Forced Cooling
Natural Cooling
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
III.7. Minimum Down Time
Minimum Down Time adalah waktu yang diperlukan
Unit Pembangkit untuk tetap dalam kondisi tidak
terhubung dengan Jaringan dan Mesin tersebut tidak
beroperasi setelah Shutdown untuk Stand-by atau
gangguan
Dalam kondisi mesin mengalami gangguan, Down
Time didefinisikan sebagai jumlah seluruh waktu
dimana sebuah Mesin tidak dapat beroperasi akibat
suatu kerusakan sampai dengan dapat beroperasi
kembali Down Time

Mesin stop Mencari orang


Mendiagnosa Mencari spare Memperbaiki Pengetesan Mesin dapat
yg dapat
kerusakannya part kerusakan mesin dioperasikan
memperbaiki

Repair Time
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

III.8. Minimum Up Time

Minimum Up Time adalah waktu yang diperlukan


Unit Pembangkit untuk tetap dalam kondisi
terhubung dengan Jaringan ( on-line ) setelah
Start-up dan Unit dibebani dengan beban
minimum atau lebih sebelum diperintahkan
untuk Shutdown kembali
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

IV. KARAKTERISTIK LISTRIK GENERATOR

Generator bekerja berdasarkan azas Elektromagnetik


terdiri dari beberapa bagian utama :
STATOR Belitan 3 phasa, Arus AC 3 phasa, Induksi
antar phasa, Rumah Stator dll.
ROTOR Belitan Eksitasi, Arus searah ( DC ),
Armatur ( belitan peredam ), Lempengan logam yang
disatukan dll.
LINTASAN FLUKSI ROTOR berupa celah udara ( Air
Gap )
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

IV.1. Kurva V

Kurva V adalah Kurva yang menggambarkan besarnya


arus penguat ( Field Current ) versus Daya Output
Generator dalam MVA dalam beberapa Grafik sesuai
Nilai Power Factor ( PF )
Besaran Daya MVA & Arus Penguat dibatasi Oleh :
Temperature Maximum Winding Rotor
Temperature Maximum Winding Stator
Temperature Maximum Ujung Inti Stator ( Stator End
Core )
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
1
C

190 MW
0.9

171 MW

0.8

K 133 MW
I
L 0.7
O
V
O 95 MW
L 0.6
T

A
M 0.5
P B
E
A
PF

R
E 0.4

PF
0 0.4 0.5 0.8 0.9 1 0 .8 0 .5 0

0.3

LEADING LAGGING

0.2

0.1

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600


0
FIELD AMPERE
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

IV.2. Kurva Kapabilitas Generator

Kurva Kapabillitas Generator adalah Kurva yang


menjelaskan pola Operasi Generator dilihat dari sisi
Beban yang diterima Jaringan dari grafik ini dapat
ditentukan titik operasi terbaik Generator dilihat dari
sisi pendinginannya ( tekanan Gas hidrogen )
Kurva Kapabilitas dibatasi Oleh :
Sumbu PF 0 Lagging
Sumbu PF 0,8 Lagging
Sumbu PF 0,95 Leading
Sumbu PF 0 Leading
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
MVAR
A

200 3.1 BA
R GAS
PRESS
.

160 2.1 BA
O R GAS
PRESS
V .
E
0.8 PF
R
120
E
X
C ROTOR END
I
T 80
A
T B
I
O
40
N
STATOR

0 MW
40 80 120 160 200 240

U 40
N
D
E
CORE END
R
80

E
X 0.95 PF
C 120
I
T
A
T
I 160
O
N C
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT

0 PF Lag Axis
Field Heating Limit
"A"

0.8 (rated) PF line


"B"

Stator Winding Heating


Lagging
Limit

MEGAWATTS

"C"
MEGAVARS
Unity PF Axis
Leading

0 PF Lead Axis "D"


Stator Core End Garis AB dibatasi pemanasan Rotor
Heating Limit
Garis BC dibatasi pemansan winding
Stator
Gambar 5. Kurva Kapabilitas Generator Standar Garis CD dibatasi pemanasan ujung
inti stator ( Stator End Core )
KARAKTERISTIK OPERASI
UNIT PEMBANGKIT
PROTEKSI PADA
UNIT PEMBANGKIT
PROTEKSI PLTU TAMBAK LOROK UNIT 2

PROTEKSI Sinyal Ouput


No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem P roteksi Jaringan Alarm Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Internal pembangkit
86G2 Relay generator 2 Lock Out Gangguan pada sistem generator 2 Trip

Relay backup generator 2 Internal pembangkit


86GB2 Gangguan pada sistem generator 2 Trip
Lock Out
150 kV Circuit Memberikan sinyal trip
Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Diluar area Breaker A3 pada 86G2, 86GB2
86BA Relay Lock Out Differensial Trip
short circuit) pembangkit
Diluar area
86AB3 Relay Breaker Failure Gangguan pada breaker Trip
pembangkit

86G2 Relay generator 2 Lock Out Gangguan pada sistem generator 2 Internal pembangkit Trip

Relay backup generator 2


86GB2 Gangguan pada sistem generator 2 Internal pembangkit Trip
Lock Out
Diluar area 150 kV Circuit Memberikan sinyal trip
86LR2 Relay Line Relaying LO Gangguan pada sistem bus Trip
pembangkit Breaker AB3 pada 86G2, 86GB2
Diluar area
86A3 Relay Breaker Failure Gangguan pada breaker Trip
pembangkit
Diluar area
86B3 Relay Breaker Failure Gangguan pada breaker Trip
pembangkit

Hierarki Diagram Alir Proteksi PLTU Unit 1


Circuit Breaker 150 kV
A3 dan AB3

Relay Proteksi Unit


86G2 dan 86GB2

Relay Proteksi Unit


Turbin Lock Out Relay

Proteksi Unit Proteksi Unit


Main Fuel Relay 2AB Burner Control System
PROTEKSI Sinyal Ouput
No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem Proteksi Jaringan Alarm Output
Internal pembangkit
63GT2 Relay Tekanan minyak GT 2 Gangguan kegagalan tekanan minyak pada GT 2 Trip

Internal pembangkit
63AT2 Relay Tekanan minyak MAT 2 Gangguan kegagalan tekanan minyak pada MAT 2 Trip

87GT2 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit


Relay Diferensial GT 2 Trip
R,S,T short circuit)
87AT2 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit
Relay Diferensial MAT 2 Trip
R,S,T short circuit)
86G2 Memberikan sinyal trip
87G2 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit Generator pada CB A3, AB3,
Relay Diferensial generator 2 Trip
R,S,T short circuit) Lock Out SWGR 2, Turbin 2 trip,
Relay MFR 2A dan MFR 2B
40 dan Relay Kehilangan Penguatan Gangguan kehilangan penguatan medan rotor Internal pembangkit
Trip
60 Medan (loss of field excitation )
Relay Turbin Stop valve Gangguan pada tsistem turbin, sehingga stop Internal pembangkit
Trip
Closed valvenya menutup
51 N Relay Arus netral berlebih Gangguan arus berlebih pada MAT 2 Internal pembangkit
Trip
MAT 2 (MAT 2 Neutral overcurrent)
59 Relay hubung singkat ke Gangguan hubung singkat ke tanah generator 2 Internal pembangkit
Trip
tanah generator 2 (Gen 3 Neutral Grounding Resistor over voltage)
Gangguan ketidakseimbangan pembebanan
46 Relay Urutan Negatif Internal pembangkit Trip
antar masingmasing fasa generator 86 GB2
Gangguan pada fasa-fasa jaringan, bersifat Internal pembangkit Zone/jarak (impedansi) generator 2 Memberikan sinyal trip
21GB Relay bantu untuk proteksi
sebagai pelapis proteksi jarak jaringan (power Gangguan jaringan Time Grading Backup Trip pada CB A3, AB3, MFR
dan 60 jarak (Relay 21 R,S,T)
system backup distance protection) Lockout 2A dan MFR 2B
Relay
51 TN Relay arus netral berlebih GT Gangguan arus berlebih pada GT 3
Trip
2 (GT 3 Neutral overcurrent)

PB Turbin Emergency Trip Gangguan Darurat Turbin (Push Bottom) Internal pembangkit Trip

86G2 Generator1 lockout relay Gangguan pada generator 2 Internal pembangkit Trip

Gangguan sistem vakum di kondensor (vakum Relay yang


Condenser Vacuum low Internal pembangkit Trip
rendah) 508 mmHg(g) Turbin 2 Trip memproteksi gangguan
LO Relay sistem operasi di turbin
Overspeed Gangguan putaran lebih 3330 rpm Internal pembangkit Trip 2.

Gangguan tekanan minyak pelumas pada bearing


Bearing Oil Pressure Low Internal pembangkit Trip
turbin 7.5 psi
Gangguan pada tekanan minyak pelumas thrust
Thrust bearing Internal pembangkit Trip
bearing 150 psi
PROTEKSI Sinyal Ouput
No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem Proteksi Jaringan Alarm Output
Aliran Udara di Bawah minimum Gangguan udara pembakaran di boiler 25% Internal pembangkit Trip

Trip setelah 5
86G Generator lockout relay Gangguan pada generator Internal pembangkit
detik
Generator backup lockout Trip setelah 5
86GB Gangguan pada generator Internal pembangkit
relay detik
Gangguan tekanan boiler tinggi 500 mmWc (mm Trip setelah 5 Relay yang
Furnace Pressure High Internal pembangkit
Water Column) detik memproteksi gangguan
FD Fan stop Gangguan pada FD Fan Internal pembangkit Master Fuel Trip sistem operasi di turbin
Relay 2AB 2 dan boiler.
Gangguan pada level drum boiler (-152 Memberikan sinyal trip
Boiler Drum Level Low Internal pembangkit Trip
NWL/Normal Water Level) pada BCS
Burner Control System Trip Gangguan pada sistem burner Internal pembangkit Trip

Main Steam Flow Interrupted Gangguan aliran uap masuk turbin HP Internal pembangkit Alarm

Reheat Steam Flow Interrupted Gangguan aliran uap reheat masuk turbin IP Internal pembangkit Alarm

Burner Lights Off Failure Gangguan pada sistem burner Internal pembangkit Trip

Last Fuel Oil Burner Valve Closed


Gangguan pembukaan katup fuel oil tanpa ignitor Internal pembangkit Trip
Without Ignitor Sistem yang mengatur
pembakaran di boiler,
Total Flame Failure without ignitor Gangguan sinyal penyalaan tanpa ignitor Internal pembangkit Trip mencakup permissive,
Burner operasi, dan
Burner shutdown failure Gangguan akibat kegagalan sistem burner Internal pembangkit Control Trip pengamannya. Hasil
System Outputnya terintegrasi
Steam flow minimum Gangguan aliran uap minimum Internal pembangkit Trip dengan sinyal trip pada
Main Fuel Relay 2AB
(MFR).
Partial Loss of Flame Gangguan pada sinyal api parsial Internal pembangkit Trip

Loss of Power to BCS Gangguan tekanan sumber tenaga pada BCS Internal pembangkit Trip
PROTEKSI PLTU TAMBAK LOROK UNIT 3

PROTEKSI Sinyal Ouput


No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem P roteksi Jaringan Alarm Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Internal pembangkit
86G3 Relay Generator 3 Lock Out Gangguan pada sistem generator 3 Trip
Relay backup Generator 3 Internal pembangkit
86GB3 Gangguan pada sistem generator 3 Trip
Lock Out 150 kV Circuit
Relay Lock Out Differensial Diluar area Breaker A4
86BA Gangguan pada sistem bus A Trip
Bus A pembangkit
Diluar area
86AB4 Relay Breaker Failure Gangguan pada breaker Trip
pembangkit

86G3 Relay Generator 3 Lock Out Gangguan pada sistem generator 3 Internal pembangkit Trip
Relay backup Generator 3
86GB3 Gangguan pada sistem generator 3 Internal pembangkit Trip
Lock Out
Diluar area 150 kV Circuit
86TT1 Relay Bus Tie Trans I LO Gangguan pada sistem bus Trip
pembangkit Breaker AB4
Relay Bus Tie Trans I backup Diluar area
86BT1B Gangguan pada sistem bus (backup) Trip
LO pembangkit
Diluar area
86AB4 Relay Breaker Failure Gangguan pada breaker Trip
pembangkit

Hierarki Diagram Alir Proteksi PLTU Unit 3


Circuit Breaker 150 kV
A4 dan AB4

Relay Proteksi Unit


86G3 dan 86GB3

Relay Proteksi Unit


Turbin Lock Out Relay

Proteksi Unit Proteksi Unit


Main Fuel Relay Burner Management System
PROTEKSI Sinyal Ouput
No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem Proteksi Jaringan Alarm Output
96 GQX Relay Tekanan minyak GT 3 Gangguan tekanan minyak berlebih tiba-tiba Internal pembangkit
Trip
(Sudden Oil Pressure)
96G2 & Relay Buchholz GT 3 tingkat 2 Gangguan pengaman adanya aliran gas dari tanki Internal pembangkit
Trip
96 GX (Buchholz Relay 2nd Stage) minyak GT 3
96QX Relay Tekanan minyak MAT 3 Gangguan tekanan minyak berlebih tiba-tiba Internal pembangkit
Trip
(Sudden Oil Pressure)
Gangguan pengaman adanya aliran gas dari tanki Internal pembangkit
962 Relay Buchholz MAT 3 Trip
minyak MAT 3
87GT3 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit
Relay Diferensial GT 3 Trip
R,S,T short circuit)
87AT3 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit
Relay Diferensial MAT 3 Trip
R,S,T short circuit)
87G3 Gangguan hubung singkat antar fasa (phase Internal pembangkit
Relay Diferensial Generator 3 Trip
R,S,T short circuit)
40 dan Relay Kehilangan Penguatan Gangguan kehilangan penguatan medan rotor Internal pembangkit
Trip
60 Medan (loss of field excitation )
86G Generator
51 TN1 Relay Arus netral berlebih Gangguan arus berlebih pada MAT 3 jalur 1 Internal pembangkit
Lock Out Relay Trip
52 TN2 MAT 3 (MAT 3 Neutral overcurrent)
59 Relay hubung singkat ke Gangguan hubung singkat ke tanah Generator 3 Internal pembangkit
Trip
tanah Gen 3 (Gen 3 Neutral Grounding Resistor over voltage)
OXL2X Gangguan penguatan lebih pada medan rotor
Relay Bantu untuk Proteksi Internal pembangkit
dan Generator 3 level 2 dan 3 Trip
Penguatan Lebih
OXL3X (Gen 3 Over Excitation Protector Level 2 &3)
Gangguan pada Sistem Turbin 3
* Gangguan Katup Throttle 3A B menutup
Turbin 3 Lock Out Relay Internal pembangkit Trip
* Gangguan Reheat Stop Valve 3A B menutup
* Gangguan IC Valve 3A B menutup
Gangguan pada PMT A4 dan AB 4 Di luar area
Gangguan PMT A4 dan AB 4 Trip
(Breaker Failure Lock Out Relay) pembangkit

Gangguan metering Gangguan pencatatan meter hilang Internal pembangkit Alarm

Relay Fuse Gen 3 Backup Gangguan fuse-fuse pada generator 3


Internal pembangkit Alarm
(Gen 3 Backup Lockout Relay Fuse Blown)
Gangguan ketidakseimbangan pembebanan
46 Relay Urutan Negatif Internal pembangkit Trip
antar masingmasing fasa generator
Gangguan pada fasa-fasa jaringan, bersifat Internal pembangkit Zone/jarak (impedansi)
21GB/62 Relay bantu untuk proteksi
sebagai pelapis proteksi jarak jaringan (power Gangguan jaringan Time Grading Trip
dan 60 jarak (Relay 21 R,S,T)
system backup distance protection)
51 TN Relay arus netral berlebih GT Gangguan arus berlebih pada GT 3
Internal pembangkit Trip
3 (GT 3 Neutral overcurrent)
32 Gangguan aliran daya balik (reverse power) 86 GB 3
Relay Daya Balik Internal pembangkit Trip
saat prime mover generator kehilangan daya Generator 3
81-3 Relay frekuensi generator low- Backup Lockout Trip setelah 5
Gangguan frekuensi generator 47.5 Hz Internal pembangkit Relay
low detik
81-2
Relay frekuensi generator low Gangguan frekuensi generator 48.5 Hz Internal pembangkit Alarm
81-1
Relay frekuensi generator high Gangguan frekuensi generator 51.9 Hz Internal pembangkit Alarm

Gangguan Katup Governor 3AB tidak berbeban Trip setelah


Katup Governor 3AB Internal pembangkit
saat Gen 3 Online 45 detik
Gangguan fuse-fuse pada generator 3
Relay Fuse Gen 3 Backup Internal pembangkit Alarm
(Gen 3 Backup Lockout Relay Fuse Blown)
PROTEKSI Sinyal Ouput
No. Koordinasi dengan Trip/ Deskripsi Peralatan
Deskripsi Proteksi terhadap Gangguan Lokasi Gangguan Alat
Fungsi Sistem Proteksi Jaringan Alarm Output
Trip setelah 3
Throtlle valve 3AB Gangguan Turbin Internal pembangkit
detik
Trip setelah
Governor valve 3AB Gangguan tak ada beban saat generator on line Internal pembangkit
45 detik
Gangguan pada BMS, Sistem suplai uap, dan
Main Fuel Relay 3AB Internal pembangkit Trip
udara pembakaran

PB Turbin Emergency Trip Gangguan Darurat Turbin (Push Button) Internal pembangkit Trip

86G Generator lockout relay Gangguan pada generator dan jaringan Internal pembangkit Trip

Turbin 3 Relay yang


Switch Gear 3ABC lock Out Gangguan sistem kelistrikan 4160 V Internal pembangkit Lockout Trip memproteksi gangguan
Relay pada turbin
Auto stop oil Pressure Low Gangguan sistem tekanan minyak auto stop Internal pembangkit Trip

Gangguan sistem vakum di kondensor (vakum


Condenser Vacuum low Internal pembangkit Trip
rendah) 480 mmHg
Gangguan tekanan minyak pelumas pada bearing
Bearing Oil Pressure Low Internal pembangkit Trip
turbin < 0.44 kg/cm2
Gangguan pada tekanan minyak pelumas thrust
Thrust bearing Internal pembangkit Trip
bearing < 5.5 kg/cm2

Overspeed Gangguan putaran lebih > 3330 rpm Internal pembangkit Trip

Aliran Udara di Bawah minimum Gangguan udara pembakaran di boiler <25% Internal pembangkit Trip

Trip setelah 5
86G Generator lockout relay Gangguan pada generator Internal pembangkit
detik
Gangguan tekanan boiler tinggi >400 mmWc (mm Trip setelah 5
Furnace Pressure Internal pembangkit
Water Column) detik
FD Fan stop Gangguan pada FD Fan Internal pembangkit Trip Relay yang
Master Fuel memproteksi gangguan
Gangguan pada level drum boiler (-152 Relay 3AB sistem pembakaran
Boiler Drum Level Low2 Internal pembangkit Trip
NWL/Normal Water Level) boiler
Burner Management System Gangguan pada sistem burner Internal pembangkit Trip

Main Steam Flow Interrupted Gangguan aliran uap masuk turbin HP Internal pembangkit Alarm

Reheat Steam Flow Interrupted Gangguan aliran uap reheat masuk turbin IP Internal pembangkit Alarm

Air Flow minimum Gangguan udara masuk boiler < 25% Internal pembangkit Trip

Gangguan tekanan minyak pemanas mula (HSD)


Warm Up Oil Header Press min Internal pembangkit Trip
< 2.5 kg/cm2
Gangguan tekanan minyak pemanas mula (HSD)
Warm Up Oil Header Press max Internal pembangkit Trip
> 6 kg/cm2
Sistem yang mengatur
Ignitor Oil Header Press min Gangguan tekanan minyak ignitor (HSD) Internal pembangkit Trip pembakaran di boiler,
mencakup permissive,
Burner
operai, dan
Ignitor Oil Header Press max Gangguan tekanan minyak ignitor (HSD) Internal pembangkit Management Trip
pengamannya. Hasil
System
2
Outputnya terintegrasi
Fuel Oil Header Press min Gangguan tekanan main fuel oil < 2 kg/cm Internal pembangkit Trip dengan sinyal trip pada
Main Fiel Relay (MFR).
Fuel Oil Header Press max Gangguan tekanan main fuel oil > 24 kg/cm2 Internal pembangkit Trip

Fuel Oil Header Temperature min Gangguan temperatur main fuel oil < 75 oC Internal pembangkit Trip

Main Fuel Relay 3AB Gangguan MFR Trip Internal pembangkit Trip
PENGARUH START-STOP
PADA UNIT PEMBANGKIT
(TERUTAMA PLTG)
PERBANDINGAN BBM DAN BBG

DAYA MAMPU GTG (design)


dengan BBG daya mampu GTG lebih baik 2 %
( BBM : 109,65 MW; BBG : 112 MW)

HEAT RATE
dengan BBG heat rate lebih rendah 0,75 % atau
effesiensinya lebih baik 1,33 %
(BBM : 10.600 btu/kWh; BBM : 10.680 btu/kWH)
PERBANDINGAN BBM DAN BBG

FAKTOR PEMELIHARAAN
EOH dengan HSD = 1,5 kali BBG yang berarti akan
mempersingkat interval waktu antar inspeksi :
CI : 8.000 jam 5.333 jam
HGPI : 24.000 jam 16.000 jam
MI : 48.000 jam 32.000 jam
berdampak pada besar anggaran pemeliharaan per
tahun dan harga ketidaksiapan yang harus
dibayar
DAMPAK POLA START-STOP
Jumlah start dan jam operasi selama thn 2002

PERIODE 1 JAN-31 DES 2002


UNIT GAGAL
OH START FIRED
START
GTG 1 4.602,05 139 135 4
GTG 2 2064,62 136 122 14
GTG 3 6.452,95 175 162 13
GTG 4 6.066,08 173 147 26
GTG 5 4.169,07 309 286 23
GTG 6 5.600,62 278 251 27
Rata2 201 183 18
DAMPAK POLA START-STOP

FAKTOR PEMELIHARAAN
basis perhitungan interval inspeksi berdasar
jumlah start unit cyclic duty ( CI : 400 start,
HGPI : 1.200 start, MI : 2.400 start)
1 x start setara dengan 13,33 jam EOH (5.333
OH /400 start)
Dengan rata2 operasi GTG 7 jam sehari terjadi
kehilangan kesempatan prod. 6,33 jam; total
setahun sebesar 2.310 jam atau 26,4 % dari
maksimum OH setahun.
DAMPAK POLA START-STOP
Effesiensi
penggunaan bahan bakar selama proses start-up
dan shutdown GTG
dari firing-FSNL dibutuhkan + 1320 l/mnt;
untuk 201 x start = 530 kL BBM (902 jt)
pelepasan panas/kalor setelah shutdown HRSG
hingga proses start-up lagi
dari press 73 bar/292 C (setelah stop) jadi
press 10 bar/175 C
transfer kalor pada HRSG menjadi tidak optimal
akibat korosif
DAMPAK POLA START-STOP
Frekuensi force outtage lebih besar
GTG malfunction pada peralatan utama yang
rentan (spark plug, motor pompa dan blower,hot
gas path component)
HRSG kebocoran pada sistem pemipaan
serta keausan dan kerusakkan akibat energize
dan de-energize valve2 utama, motor pompa dan
actuator damper.
Data kerusakan HRSG (Block I dan II) interval
waktu Oktober 2000-April 2002)
kebocoran pada vent header LP dan HP : 8 kasus
Kebocoran pada sistem pemipaan lainnya : 23
kasus
kebocoran pada expantion joint : 6 kasus
DAMPAK POLA START-STOP

STG major transient akan mengurangi life


time
Major transient terjadi pada saat:
- startup
- shutdown
- perubahan beban
- kondisi emergency
Interval waktu Juni 2001-april 2003 tercatat
terjadi 26 x kasus kerusakan pada sistem
hidrolik STG (8 kali gangguan pada MSV/CV;
12 kali pada APC; 6 kali pada Pompa dan
accumulator HPU
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai