Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pembimbing :
dr. H. Setyo Hermanto, Sp. OG

Presentan:
Silvi Apriani
1112103000017

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUP FATMAWATI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
1438 H / 2017 M
Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebih


pada awal kehamilan sampai usia kehamilan 20 minggu yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi,
hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 5%.
Epidemiologi

Menurut WHO bahwa angka kejadian


hiperemesis gravidarum hampir terjadi diseluruh
dunia, diantaranya negara-negara di benua
Amerika dan Asia.
Angka kejadian di Indonesia mulai dari 1%
sampai 3% dari seluruh kehamilan.
Prevalensi hiperemesis gravidarum berdasarkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
bahwa lebih dari 80% wanita hamil di
Indonesia mengalami hiperemesis gravidarum.
Etiologi

Etiologi pasti untuk hiperemesis gravidarum


sampai saat ini masih belum dapat
diketahui.
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu
penyakit dengan patofisiologi kompleks yang
disebabkan oleh banyak faktor:
Faktor Hormonal (hCG, Estrogen,
Progesteron)
Alergi
Helicobacter pylori
Faktor psikologis
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah
pertama keluar makanan, kemudian lendir dan sedikit cairan
Tingkat I empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 x/mnt, dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan
urin sedikit tetapi masih normal

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,


berat badan cepat menurun, haus hebat, subfebris, frekuensi nadi
berada pada rentang 100-140 x/mnt, tekanan darah sistolik kurang
Tingkat II dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan
ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini


merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang
ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi
Tingkat III kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma).
Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung
dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.
Diagnosis (1)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

Pada pemeriksaan fisik pasien hiperemesisgravidarum


biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus.
Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran
mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan 5
% dari berat sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang
menurun, perubahan tekanan darah dan nadi.
Diagnosis (2)

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara


lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar
elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk
menyingkirkan penyebab lain. Bila hyperthyroidism
dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4
Pemeriksaan Radiologi:
USG fetomaternal diperlukan untuk penderita
hiperemesis gravidarum untuk melihat adanya
kehamilan multipel atau penyakit trofoblas (mola
hidatidosa).
Jika terdapat indikasi, USG abdomen untuk melihat
adanya kelainan pankreas dan/atau traktus bilier.
Diagnosis (3)
Kesimpulan kriteria diagnosis hiperemesis gravidarum
adalah:
1. Mual muntah berat
2. Berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil
3. Ketonuria
4. Dehidrasi dan Ketidakseimbangan elektrolit

DIAGNOSIS BANDING
Ulkus peptikum, Apendisitis, Hepatitis, Pankreatitis,
Pielonefritis, Ketoasidosis diabetikum.
Tatalaksana Awal
Istirahat yang cukup dan menghindari makanan yang
merangsang mual muntah, seperti makanan pedas atau
berlemak
Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu
mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang
kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual
dan muntah derajat ringan.
Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral
disarankan sebagai tambahan untuk memastikan
terjaganya keseimbangan elektrolit dan pemenuhan
kebutuhan kalori.
Manajemen stres juga dapat berperan dalam
menurunkan gejala mual.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk
tatalaksana hiperemesis gravidarum
Algoritma Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum
Komplikasi
Komplikasi neurologis, Stress related mucosal injury,
stress ulcer pada gaster, Jaundice, Disfungsi pencernaan,
Hipoglikemia, Malnutrisi, Defisiensi vitamin terutama
thiamin, komplikasi potensial dari janin, kerusakan ginjal
yang menyebabkan hipovolemia, Intrauterine growth
restriction (IUGR).

Prognosis
Prognosis umumnya bonam dan sangat memuaskan jika
dilakukan penanganan dengan baik. Namun jika tidak
dilakukan penanganan yang baik pada tingkat yang berat,
kondisi ini dapat mengancam nyawa ibu dan janin.
Ilustrasi Kasus
I. IDENITAS PASIEN
Nama : Ny. I
No.RM : 00645442
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 25/03/1986
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Ponco 2 RT 01/07 Gandaria
Selatan Jakarta
Masuk RS : 11 April 2017
Anamnesis
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 11 April 2017

Keluhan Utama
Muntah-muntah sejak 2 hari yang lalu

Keluhan Tambahan
Nafsu makan menurun, nyeri daerah ulu
hati, badan lemas, pusing.
Riwayat Penyakit Sekarang (1)

Pasien datang sendiri dari rumah dengan keluhan


muntah terus menerus sejak 2 hari yang lalu,
muntah didahului mual dan tidak menyembur,
muntah >10x dalam sehari, muntah mengeluarkan
cairan agak kekuningan yang bercampur makanan
dan minuman, darah (-).
Nafsu makan menurun dan setiap makan akan
keluar lagi. Pasien juga sering merasa haus tapi
sedikit minum. Pasien mengeluh adanya nyeri di
daerah ulu hati, pusing dan badan terasa lemas.
Keluhan demam disangkal. Pasien mengatakan BAB
dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Sekarang (2)

Pasien G2P1A0 mengaku hamil 10 minggu. HPHT 3


Februari 2017, TP 10 November 2017, usia
kehamilan 10 minggu. ANC selama ini sudah 2x di
Puskesmas Cilandak. Pasien belum pernah USG
sebelumnya. Saat ANC terakhir dikatakan tidak ada
kelainan. Perdarahan pervaginam (-). Keputihan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada
kehamilan sebelumnya.

Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut/hari
Dismenore : (-)
HPHT : 03-02-2017
Taksiran persalinan : 10-11-2017
Status Pernikahan
Status : Menikah
Pernikahan : 1 kali
Usia pernikahan : 6 tahun

Riwayat kehamilan
1. 2011, aterm, spontan, bidan, laki-laki- 3000 gr
2. Hamil ini

Riwayat KB
KB suntik
Riwayat Penyakit Sistemik
Hipertensi, Asma, Diabetes mellitus disangkal.

Riwayat operasi : (-)

Riwayat pengobatan : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi, Asma, Diabetes mellitus disangkal.

Riwayat kebiasaan dan psikososial


Merokok (-), jamu (-), alkohol (-), narkotik (-)
Pemeriksaan Fisik
A. Status generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tensi : 100/70 mmHg RR : 20 x/mnt
Nadi : 97 x/mnt Suhu : 370C
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Berat badan setelah hamil : 52 kg

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi


merata
Mata : cekung +/+ , pupil bulat isokor,
konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik,
Mulut : bibir kering, sianosis (-)
THT : sekret -/-, mukosa tidak hiperemis
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Thorak
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Sn vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Mamme : simetris, besar normal, retraksi papil
-/-
Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba membesar, bising
usus (+) normal, turgor kulit baik.
Ekstremitas : akral hangat, oedem tungkai -/-,
refleks fisiologis +/+, reflek patologis -/-
Status Obstetri

Abdomen
Inspeksi : sedikit membuncit, striae
gravidarum(+)
Palpasi :TFU belum teraba
Auskultasi : tidak dilakukan

Anogenital
I : v/u tenang, pendarahan (-)
Io : portio licin, ostium tertutup, fl (-), flx
(-)
VT : Corpus uteri sebesar telur bebek,
kedua parametrium lemas, portio kenyal, tebal 2
cm tertutup, massa adneksa (-), nyeri goyang
portio (-), cavum douglass tidak menonjol.
Rutin Hasil Nilai normal
Leukosit 5100 5000-10000
Hemoglobin 12,8 11,7-15,5 gr/dl
Hematokrit 37 33-45
Trombosit 245 ribu/mm3 150-400
Eritrosit 4,18 3,8 5,2 juta/ UL
VER 87,3 80-100 fl
HER 30,5 26-34 pg
KHER 35,0 32-36 gr/dl
RDW 12,4 11,5-14,5 %
GDS 93 <126 gr/dl
Urinalisa Hasil Nilai Normal
Urobilinogem 0,2 < 1 U.E/dl
Protein urine - (-)
Berat jenis 1,025 1,003-1030
Bilirubin (-) (-)
Keton (-) (-)
Nitrit (-) (-)
PH 6,0 4,8-7,4
Leukosit (-) (-)
Darah/HB (+1) (-)
Glukosa (-) (-)
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Sedimen urin Hasil Nilai Normal
Epitel +
Leukosit 3-5 0-5/LBP
Eritrosit 1-2 0-2/LPB
Silinder (-)
Kristal (-)
Pemeriksaan Penunjang
USG : Janin tunggal hidup intrauterin,
Fetal movement positif, CRL 21 mm, air
ketuban cukup, DJJ (+)
Kesan : Janin tunggal hidup intrauterin,
hamil 10 minggu.
Resume (1)
Anamnesis :
Pasien wanita umur 31 tahun datang pada tanggal 11 April 2017 dengan
keluhan muntah terus menerus sejak 2 hari SMRS. Muntah >10x dalam sehari .
Muntah disertai mual, muntah berupa cairan kuning bercampur makanan dan
minuman. Nafsu makan menurun, rasa haus meningkat, pusing (+), nyeri ulu
hati (+), dan lemas. Pasien G2P1A0 hamil 10 minggu dengan tes kehamilan (+).
ANC teratur di bidan.
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 97 x/mnt
Suhu : 36,60 C
RR : 20 x/mnt
Mata : cekung +/+
Mulut : lidah kering
Abdomen : nyeri tekan (+) di regio epigastrium, turgor baik.
Resume (2)
Status Obstretikus
Inspeksi :V/U tenang, perdarahan aktif(-)
Inspekulo : portio livid, ostium tertutup, fluor (-), fluxus (-)
VT : Corpus uteri sebesar telur bebek, kedua parametrium
lemas, portio kenyal, tebal 2 cm tertutup, adneksa massa (-), nyeri tekan (-),
nyeri goyang portio (-), cavum douglassi tidak menonjol.

Pemeriksaan laboratorium
GDS : 93 mg/dl
Urinalisa dalam batas normal

Pemeriksaan Radiologi
USG : Janin tunggal hidup intrauterin, Fetal movement positif, CRL 21 mm,
air ketuban cukup, DJJ (+)
Kesan: Janin tunggal hidup intrauterin, hamil 10 minggu.
DIAGNOSIS
Ibu : G2P1A0 Hamil 10 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I
Janin : Janin tunggal hidup intrauterin, hamil 10 minggu

PENATALAKSANAAN
NON MEDIKAMENTOSA
Edukasi
Puasa 24 jam pada hari pertama rawat inap
Tirah Baring
Makan porsi kecil dan sering
Diet rendah lemak
MEDIKAMENTOSA
IVFD: Dextrose 5% : RL = 2:1
Ondansentron 2x1 amp iv
Ranitidin 2x1 amp iv
Neurobion 1x1 amp iv

PROGNOSIS
Ibu : Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanasionam : Bonam
Janin : Bonam
Analisa Kasus
Pasien ini didiagnosis sebagai Hiperemis
gravidarum berdasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Wanita 31 tahun, G2P1A0 hamil 10 minggu
Datang dengan keluhan muntah terus menerus sejak 2 hari
SMRS.
Mual dan muntah sejak 2 hari SMRS, yang semakin hari semakin
bertambah, frekuensi
>10x dalam sehari, muntah berupa cairan kekuningan
bercampur makanan-minuman,
Nafsu makan menurun, rasa haus meningkat, pusing (+), badan
lemas dan nyeri ulu hati
Berat badan turun 3 kg selama kehamilan ini
HPHT : 03 Februari 2017
Pada pasien ini terdapat gejala-gejala hiperemesis gravidarum
yang sesuai dengan kepustakaan. Dimana terjadi mual dan
muntah yang dirasakan semakin hari semakin bertambah dan
mengakibatkan gangguan gizi, hambatan aktivitas sehari-hari,
terdapat tanda-tanda dehidrasi, serta terjadi pada trimester
pertama.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Ku/Kes : sakit sedang / compos mentis
Tanda Vital :TD : 100/70 mmHg, Nadi : 97 x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu : 36,60 C
Mata : cekung +/+
Mulut : lidah kering
Abdomen : NT (+) di regio epigastrium, turgor kulit baik
Status Gynekologis
Abdomen : Inspeksi : sedikit membuncit, striae gravidarum (+), Palpasi : TFU belum
teraba
Anogenital : Inspeksi : V/U tenang, perdarahan aktif(-). Inspekulo : portio livid, ostium
tertutup, fluor (-), fluxus (-).VT : Corpus uteri sebesar telur bebek, kedua parametrium
lemas, portio kenyal, tebal 2 cm tertutup, massa adneksa(-), nyeri tekan (-), nyeri goyang
portio (-), cavum douglassi tidak menonjol.

Pada status generalis tekanan darah sedikit menurun tetapi masih dalam batas normal.
Terdapat tanda-tanda dehidrasi yaitu mata cekung dan bibir kering. Muntah yang
berlebihan menyebabkan iritasi pada lambung karena asam lambung meningkat, sehingga
didapatkan nyeri pada epigastrium. Pada status gynekologis didapatkan, pada inspeksi
terlihat perut sedikit membuncit dan TFU belum teraba. Hal ini sesuai dengan usia
kehamilan 10 minggu dan janin hidup intra uterin. Keadaan ini penting untuk diketahui
dalam menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum, pertama kali kita harus yakin
bahwa pasien dalam keadaan hamil.
Pemeriksaan penunjang
Lab : GDS : 93 mg/dl
Urinalisa dalam batas normal
USG : Janin tunggal hidup intrauterin, hamil 10 minggu.
Pada pasien ini seharusnya juga diperiksa kadar elektrolit karena
pada hiperemesis gravidarum biasanya kadarnya menurun akibat
dari muntah-muntah yang berlebihan.
Pada USG didapatkan adanya janin intrauterine tunggal hidup serta
tidak adanya penyakit trofoblas maupun kehamilan kembar yang
merupakan faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum.

Pada pasien ini merupakan hiperemesis gravidarum tingkat 1 karena


baik gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan gejala tingkat 1 berupa muntah terus menerus dan mempengaruhi
keadaan umum penderita, lemah, nafsu makan, berat badan menurun dan
merasa nyeri pada epigastrium. Nadi dalam batas normal, tekanan darah
sistolik sedikit menurun, lidah kering dan mata cekung.
Penatalaksanaan
Indikasi pasien untuk dirawat:
Apa yg dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, apalagi kalau
berlangsung lama
Mata cekung, lidah kering

Pada pasien ini memenuhi 2 dari 4 indikasi untuk


dirawat pada hiperemesis gravidarum. Terapi yang
diberikan yaitu dengan cairan parentral untuk rehidrasi.
Diberikan IVFD Dextrose 5% : RL = 2:1 . Pemberian
ondansentron untuk mengatasi mual dan muntah.
Ranitidin untuk mengatasi iritasi lambung. Istirahat
cukup dan pemberian makan porsi sedikit tapi sering
juga diperlukan. Pengobatan ini telah sesuai dengan
penatalaksanaan hiperemis gravidarum.
Kesimpulan
Mual dan muntah adalah gejala normal pada awal kehamilan. Akan tetapi
jika keadaan ini berlanjut dapat menyebabkan keadaan serius yang dikenal
sebagai hiperemesis gravidarum. Muntah-muntah yang sering
mengakibatkan keadaan umum ibu terganggu, dehidrasi, gangguan elektrolit,
gangguan gizi yang akhirnya dapat mengganggu ibu dan pertumbuhan janin.
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang
tepat dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang
membahayakan ibu dan janin. Ketepatan diagnosis sangat penting, karena
terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual dan muntah
dalam kehamilan.
Penyebab hiperemesis gravidarum pada kasus ini memang belum dapat
diketahui secara pasti. Akan tetapi dengan melaksanakan prinsip
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum yang meliputi pencegahan,
mengurangi muntah-muntah, koreksi dehirasi dan ketidakseimbangan
elektrolit, serta pemberian vitamin dan kalori yang adekuat untuk
mempertahankan nutrisi maka akan memiliki prognosis yang baik.
Daftar Pustaka
Gazmararian JA, Petersen R, Jamieson DJ, et al. Hospitalizations during pregnancy among managed care enrollees.
Obstet Gynecol. 2002;100(1):94100.
Cunningham, F.G. Hyperemesis Gravidarum, in Williams Obstetrics. 22th Edition. Prentice Hall International, USA:
2007.
Niebyl JR. Nausea and Vomiting in Pregnancy. N Engl J Med 2010;363:1544-50.
World Health Organization. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. 10th Rev.
World Health Organization; 2007. Available from: http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online2007/.
Accessed April 15, 2017.
Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum, dalam Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2007.Hal 275-280.
Alan H. DeCherney, MD. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition. The McGraw-
Hill Companies, Inc. USA: 2007.
Ogunyemi,Dotun A., Hyperemesis Gravidarum. UCLA: Department of Obstetrics and Gynecology, Cedars Sinai
Medical Center; 2007. http://www.emedicine.com (Accessed Apeil, 2017).
Vikanes A, Skjaerven R, Grjibovski AM, Gunnes N, Vangen S, Magnus P. Recurrence of hyperemesis gravidarum
across generations: population based cohort study. BMJ. 2010;340:c2050.
Sandven I, Abdelnoor M, Nesheim BI, Melby KK. Helicobacter pylori infection and hyperemesis gravidarum: a
systematic review and meta-analysis of case-control studies. Acta Obstet Gynecol Scand. 2009;88(11):11901200.
Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: amultimodal challenge. BMC Med.
2010;8:46.

Anda mungkin juga menyukai