Anda di halaman 1dari 38

Pemeriksaan Jenazah Di Rumah Sakit

/ Tehnik Autopsi
Oleh
dr. ROSMAWATY M. KED(FOR)SpF
Pendahuluan

Kegunaan autopsi forensik pada hakekatnya adalah


membantu penegak hukum untuk menjawab persoalan-
persoalan yang di hadapi. Suatu autopsi dapat mencegah
orang yang bersalah bebas dari hukuman dan juga dapat
menyelamatkan orang yang tak bersalah dari hukuman yang
tidak semestinya. Untuk mendapat hasil yang maksimal yang
terbaik adalah melakukan autopsi klinik yang lengkap
meliputi pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut /
panggul, serta melakukan terhadap seluruh alat-alat dalam
/ organ.
Pengertian Autopsi

Istilah Lain :
 BEDAH MAYAT/ BEDAH JENAZAH
 PEMERIKSAAN POST MORTEM
 NECROPSI (NECROS = JARINGAN MATI)
 ABDUKSI
 SEKSI (SECTIO = POTONG / BEDAH)

Asal Kata :

Autopsi berasal dari kata Autopsy


Autopsi  lihat sendiri (auto- sendiri, opsi-lihat)
pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan
pendidikan, hukum dan ilmu kesehatan.
Sejarah Autopsi

 RAJA FREDERICK II (JERMAN) abad ke 13 


Autopsi (utk kepentingan ilmu kedokteran pada
masa itu).
 autopsi medikolegal dimulai di bologna (italia)
oleh bartholomeo devarignana, th 1302.
Jenis Autopsi
1. AUTOPSI ANATOMI

→ oleh mahasiswa kedokteran utk mengetahui susunan


jaringan & organ tubuh.

2. AUTOPSI KLINIK

→ untuk menentukan sebab pasti kematian dari pasien yg


dirawat di rumah sakit.

3. AUTOPSI FORENSIK / MEDIKOLEGAL


→ untuk membantu penegak hukum dlm menentukan
peristiwa kematian korban secara medis.
Dasar Hukum
 instruksi kapolri: ins/e/20/ix/75 tentang tata cara
permohonan/ pencabutan ver.
→ pasal 6: …. dgn ver atas mayat, berarti mayat
hrs dibedah. sama sekali tdk dibenarkan
mengajukan permintaan ver atas mayat
berdasarkan pemeriksaan luar saja.

 KUHAP PASAL 133 AYAT 2:


permintaan keterangan ahli sbgmn
dimaksud dlm ayat 1 dilakukan secara
tertulis, yg dlm surat itu disebutkan dgn
tegas utk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan
bedah mayat.
 KUHAP PASAL 134 AYAT 1:
dlm hal sangat diperlukan, dimana utk
keperluan pembuktian bedah mayat tdk
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga
 PP. NO. 18 THN 1981 :
tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis serta transplantasi alat dan atau
jaringan tubuh manusia.
 KEPUTUSAN MENHANKAM PANGAB NO.
KEP/B/20/v/1972:
tentang bedah mayat klinis dlm lingkungan
ABRI.
 SURAT EDARAN MENKES
NO.1342/MENKES/SE/XII/2001:
tentang pelaksanaan autopsi forensik.

 MENKES RI – MAJELIS PERTIMBANGAN


KESEHATAN & SYARA (MPKS), FATWA NO.4/ 1955:
1. bedah mayat itu mubah/ boleh hukumnya
utk kepentingan ilmu pengetahuan,
pendidikan dokter & menegakkan
keadilan diantara umat manusia.
2. membatasi kemudahan itu sekedar darurat
saja menurut kadar yg tdk boleh tdk karena
dilakukan utk mencapai tujuan-tujuan tsb.
AUTOPSI
FORENSIK
Tujuan Autopsi Forensik
 menentukan sebab kematian
 mengetahui mekanisme kematian
 mengetahui cara kematian
 menentukan lama kematian
 identifikasi mayat tak dikenal
 mengenal jenis senjata & racun yg digunakan
 mencari penyakit penyerta korban
 mencari tanda perlawanan korban
 menentukan posis korban stlh mati
 dll.
PERSIAPAN SEBELUM AUTOPSI

 periksa kelengkapan surat-surat (ver) 


KUHAP 133 & Pol Ins /E/ 20 / IX / 75
 periksa kebenaran mayat yg akan diperiksa,
apakah sdh sesuai dgn yg disebutkan pd
permintaan ver.
 kumpulkan semua keterangan yg
menyangkut tentang kematian korban.
 periksa & persiapkan alat-alat yang
diperlukan sblm autopsi dimulai.
PETUNJUK DLM AUTOPSI
FORENSIK
1. pemeriksaan harus dilakukan pada siang
hari (kecuali terpaksa pd kasus – kasus
tertentu).
2. lakukan sedini mungkin.
3. pemeriksaan secara lengkap.
4. dilakukan oleh dokter.
5. lakukan dengan teliti.
6. sesegera mungkin menyampaikan hasil kpd
penyidik.
Alat & Perlengkapan Autopsi
1. Timbangan besar (mayat), kecil (organ)
2. Pinset, Sonde tumpul
3. Gelas ukur, meteran
Kamar Operasi 4. Sarung Tangan
5. Gelas objek & piring petri
6. Cairan pengawet
7. Air yg cukup terutama mengalir.

Ribcutter
Chissel Morgue Needles

Scalpel Scissor saw Postmortem table


Tweesers
Pemeriksaan Luar Autopsi

1. label mayat 6. Identifikasi umum


2. tutup & pembungkus mayat 7. Identifikasi Khusus
8. Pemeriksaan Lokal tiap regio/
3. pakaian organ
4. perhiasan 9. Pemeriksaan luka (lokalisasi,
5. tanda-tanda kematian jenis, arah, pinggir, dasar, seki
tar ukuran luka.
a. lebam mayat
b. kaku mayat
c. temperatur tubuh mayat
d. pembusukan
e.mummifikasi
f.adipocere
Pemeriksaan dalam

Posisi mayat  mayat diletakkan


telentang, bahu ditinggikan (diganjal) dgn
sepotong balok kecil, shg kepala fleksi
maksimal .

Tehnik Insisi :
INSISI I
→ Insisi dimulai dari bawah dagu di gtt sampai
ke simpisis pubis & membelokkan ke kiri
setentang pusat.

INSISI Y
→ insisi dimulai dari pertengahan klavikula ke
prosesus xifoideus, ke simfisis pubis dgn
cara membelokkan irisan ke arah kiri
setentang pusat.
Tehnik Autopsi
Tehnik Vichow : Organ di keluarkan satu persatu lalu di periksa, namun hub. Antar
organ dlm satu sistem jadi hilang  kasus penembakan, penentuan
sal. Luka, penetrasi yg terjadi.

Tehnik Rokitansky : Semua organ di buka di lakukan irisan insitu , di keluarkan dlm
kumpulan organ (en blok )

Tehnok Letulle : Organ leher, dada, perut, di keluarkan sekaligus ( en messe ), Plexus
coeliacus, kelenjar aorta di buka & di periksa, rectum di pisah dr
sigmoid. Organ orogenital di pisah dr organ lain, bgn proximal yeyenum
di ikat di dua tempat & di putus, esophagus di lepas dr trachea hub. Dg
lambung di pertahankan

Tehnik Gohn : Organ leher & dada hati, limpa & organ pencernaan serta urogenital di
angkat keluar  3 kumpulan organ.

T. Rokitansky
T. Letulle
Pembukaan Rongga Tengkorak Kepala
kulit kepala diiris mulai dari procs. mastoideus melintasi daerah
parietal & pd pertengahan kepala sedikit di belakang vertex, menuju
procs.mastoideus pd sisi lain.
buat irisan sampai periosteum.kulit kepala dikupas kedepan sampai 1
cm diatas grs supra orbita, & ke belakang sampai ke protuberantia
occipitalis. periksa kulit kepala bag.dalam, otot temporalis & tulang
tengkorak.
tl.tengkorak dipotong dgn gergaji mulai dari pertengahan tl.dahi ke
arah ka & ki menuju 1 titik yg letaknya sedikit diatas protuberantia
occipitalis.pemotongan tulang kepala diteruskan miring ke belakang
atas membentuk sudut 120° dgn grs pertama.
PEMBUKAAN RONGGA TENGKORAK BAYI

gunting atap tengkorak mulai dari ubun-


ubun besar sejajar dgn sutura sagitalis
superior pd jarak 0,5-1 cm dari grs
median lingkarkan kearah lateral di
belakang
Sub ocipitalis. Di depan di teruskan
pengguntinga ke arah frontalis berjarak 1-
2 cm dr lipat kulit kepala  belok kan
kearah lateral kanan sampai ke arah
telinga kanan  sisa kan jarak 2 cm dr
pengguntingan sub occipitalis ke lateral
kanan dmkian juga yg kiri  di buka
seperti jendela dg engselnya di atas
telinga
Mengeluarkan Jantung
buka perikard dgn insisi y terbalik.lepaskan
jantung dgn menggunting pembuluh darah yg
masuk-keluar, dgn cara memegang apex jantung.
prinsip dasar me’ikuti aliran darah.buka atrium kanan
dgn menggunting dinding belakang lumen vena cava
superior-inferior.buka ventrikel kananmasukkan
pisau dari lumen vena cava menuju ke apex jantung &
memotong ke arah lateral. → ukur keliling & katup
trikuspidalis.
Lanjutan…
buka aorta dgn cara menggunting otot jantung dari
apex ke aorta pd jarak 1 cm dari sekat antar bilik.
tebal ventrikel / bilik ka-ki dgn cara membuat
potongan tegak lurus pd 1 cm di bawah katup
tricuspid & bisucpid.infark dilihat dgn cara melakukan
sayatan pd septum interventrikuler & miokard secara
sejajar serabut otot. arteri coronaria di buka dgn
melakukan sayatan melintang mulai dari muara
a.coronaria di pangkal aorta sampai ke distal pd jarak
tiap ½ cm→ lihat adanya penebalan, penyempitan atau
melebar lumen.
Nilai normal

 besar jantung sebesar kepalan tangan sendiri.


 berat 250-350 gram.
 katup trikuspidalis = 9,5- 11 cm
 katup bicuspudalis = 7- 9,5 cm
 katup a.pulmonalis = 5-7 cm
 katup aorta = ± 6,5 cm
 tebal otot bilik ka = ± 3-5 mm
 tebal otot bilik ki = ± 12-14 mm
Arteri Karotis interna
berada pd daerah leher.buka secara sejajar a.karotis interna &
kerusakan pd tunika intima arteri ini berupa grs. merah melintang
(red line) → khas pada kasus hanging.

Paru- Paru
perhatikan volume/ pengembangan paru: biasa, emfisematous atau
mengecil.perhatikan tepinya, bintik perdarahan (tardeu’s spot), dll.
pemijitan adakah terasa spt spons atau padat (tbc).pemotongan
sal. nafas dimulai dari apex ke arah basal dgn tangan kiri pd daerah
hilus → lihat darah, sifatnya;encer/kental berbuih, dsb.
Lanjutan…..

Hati
perhatikan warna, permukaan (licin/kasar), tepi (tajam/tumpul) &
konsistensinya. irisan dgn cara melintang mulai dari lobus kanan
sampai kiri. perhatikan penampang potong, apakah banyak
cairan darah, dsb.berat normal pria dewasa 1600 gram berat
normal wanita dewasa 1400 gr
Limpa
lepaskan limpa dari sekitarnya.normal: permukaan berkeriput,
warna ungu, perabaan lunak kenyal pengirisan penampang limpa
akan tampak warna coklat-merah, bila di kikis dgn punggung pisau,
akan ikut jaringan penampang limpa.

Lambung
 lambung dibuka dgn menggunting mulai dari cardia menyusuri
curvatura mayor sampai pylorus.
 periksa isi lambung, konsistensi makanan, warna, bau serta
mukosa lambung.
Usus
duodenum dibuka mulai dari proximal duodenum
sampai pylorus.usus kecil dibuka dgn melepaskan dari
mesentriumnya ke arah kaudal.usus besar dibuka pd
daerah taenia sepanjang salurannya.
Ginjal
iris ginjal mulai dari tepi menuju pelvis renal, lalu
lepaskan simpai lemak ginjal dgn cara mengupas.
perhatikan tebal cortex, kelainan, warna, hematoma,
batu dsb.
Ureter
ureter di buka mulai dari pelvis renalis sampai muara
ureter sampai ke bawah.perhatikan mukosa ureter,
warna, dsb.

Vesica Urinaria
buka vesica urinaria dgn cara menggunting mulai dari
sal.kencing di daerah prostat ke arah atas.kemudian
guntingan diteruskan ke kiri & kanan.perhatikan
mukosa vesica urinaria; warna maupun sumbatan,
batu.
Otak
perhatikan darah & kelainan diatas dan dibawah selaput tebal
otak (epidural & subdural).perhatikan permukaan otak: keada -
an girus adakah Pendangkalan. potong otak secara seri &sejajar
mulai dari depan ke belakang dgn jarak antar irisan 2 cm. otak kecil
dipisah dari otak besar dgn memotong pd pedunculus cerebri ka-
ki.otak kecil dipisah dari batang otak dgn melakukan pemoto ngan
pada pedunculus cerebelli.
Tulang Belakang
Sesudah organ- organ di angkat tulang belakang di buka dengan
melakukan pengirisan tepat di tengah tulang, di telusuri apakah ada
patah, rusak, kemudian satu persatu di lepas
PEMERIKSAAN EMBOLI UDARA VENA

tdk membuka leher terlebih dahulu.lakukan irisan kulit mulai


setinggi incisura jugularis ke bawah sepanjang garis median / gtt.
biarkan kulit leher utuh sementara.bahu jenazah jgn diganjal .
buka rongga dada & perut seperti biasa potong tl.rawan iga mulai
iga ke-3 ke arah kaudo-lateral.potong insersi otot diafragma utk
melepaskan bagian bawah sternum & iga. buka bagian depan dinding dada dgn
cara menggergaji tl.dada (sternum) melintang setinggi iga ke-3. buka
pericardium pd tempat yg paling tinggi sepanjang 5-7 cm. isikan air kedalam
pericardium hingga seluruh jantung terendam. tusukkan ventrikel kanan dekat
pd permulaan a.pulmonalis sampai menembus bilik kanan/ ventrikel. setelah itu
putar bidang pisua (knife balde) sebanyak 90° → lubang diperlebar. Perhatikan
adakah gelembung udara yg keluar dari lubang tsb. dgn cara yg sama ventrikel
kiri jg dibuka.
Pemeriksaan Emboli Udara Arteri
lakukan persiapan seperti pd vena. pemotongan permulaan
dilakukan pd arteri coronaria kiri dgn cara mengiris pd bagian
anterior septum → perhatikan adanya gelembung. bila perlu,
lakukan pengurutan sepanjang septum dari arah apex jantung
kearah tempat pengirisan
Autopsi Dugaan adanya Pneumothoraks
iris kulit & otot dada sampai ke iga. angkat tepi irisan kulit & otot
dgn pinset sedemikian rupa & isi dgn air. lakukan pembukaan
rongga dada dibawah rendaman air dgn scapel. Keluarnya
gelembung udara dari rongga dada mengindikasikan adanya
pneumothoraks. dpt dilakukan dgn menggunakan semperit gelas
yg besar (ukuran 25 cc) serta jarum trokar. isi semperit dgn air
sebanyak 1/2. tusuk sela iga dgn trokar.
Lanjutan…
adanya udara dlm rongga dada menyebabkan keluarny gelembung
udara ke dlm air yg di dalam semperit.
Mengukur Tinggi Diafragma KasusInfanticide
insisi yg pertama sekali dilakukan pd perut utk membuka rongga
perut. dgn jari kelingking di raba setentang iga berapa tinggi tepi
diafragma yg melekat ke dinding dada bagian dalam. bayi yg belum
bernafas memiliki tinggi tepi diafragma setentang iga ke 3-4.
Uji Apung Paru
tujuan utk membuktikan udara dlm alveoli paru. stlh rongga dada
dibuka, ikat ujung trakea & keluarkan seluruh rongga dada &
masukkan ke dlm air. lanjutkan dgn mengapungkan paru kanan &
kiri secara tersendiri. lakukan pemisahan masing-masing lobus paru
& apungkan kembali. potong masing-masing lobus paru mjd 5
potongan kecil (5x10x10 mm).
Lanjutan..
lalu masukkan tiap potongan ke dalam air. bila mengapung berarti
paru-paru telah bernafas. tapi faktor pembusukan dpt mengapung
kan paru (positive false).

PUSAT PENULANGAN PADA DIST. FEMUR & PROKS. TIBIA


iris melintang kulit daerah lutut sehingga tampak tempurung lutut.
potong ligamentum patellae dgn gunting & singkirkan patella.
iris melintang distal femur & proksimal tibia dgn pisau secara tipis
mulai ujung ke arah metaphyse. pusat penulangan tampak sebagai
bercak merah homogen dgn diameter > 5 mm di daerah epiphyse.
PUSAT PENULANGAN TALLUS & CALCANEUS
potong telapak kaki bayi mulai tumit ke arah depan
sampai sela jari ke 3 & 4, lalu lebarkan potongan.
potong tallus & calcaneus secara longitudinal untuk
melihat adanya pusat penulangan.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
 histopatologi jaringan (PA).
 toksikologi (racun).
 sitologi.
 balistik.
FIKSASI JARINGAN
 alkohol absolut , Formalin 10 %
 bahan untuk uji toksikologi tdk boleh diberi pengawet apapun
Ilustrasi kasus
 Seorang suami di tuduh telah menganiaya istrinya dengan cara
memukul kepalanya dengan sandal. Karena sesudah pemukulan
itu si istri meninggal dunia maka si suami di laporkan ke polisi.
Dalam persidangan, hakim yang mengadilinya membebaskan
terdakwa setelah menilai barang bukti berupa sandal yang
diajukan tidak mungkin dapat menyebabkan kematiannya
meskipun di pukulkan dari jaraj dekat.
 Atas putusan itu jaksa naik banding dan ternyata hakim yang
memeriksanya melakukan penelitian ulang. Bukan saja sandal
dan cara memukulnya yang menjadi bahan pertimbangannya
melainkan juga keadaan kepala korban. Berdasarkan keterangan
dokter di peroleh kenyataan bahwa pada bagian tertentu justru
sandal tadi mengenai bagian tersebut. Berdasarkan kenyataan
tersebut maka hakim memutuskan bahwa suaminya bersalah
dan menghukumnya.
permasalahan

Dalam hal terjadi peristiwa pidana yang menyebabkan matinya orang


sementara alat bukti yang lain (baca saksi ) yaitu seseorang yang melihat
sendiri, mendengar sendiri atau di alami sendiri, maka saksi diam (physical
evidence) di harapkan mampu mengungkapkan semua misteri yang ada di
dalamnya. Pengupayaan saksi diam (mayat) dalam kaitannya sebagai usaha
untuk mengungkapkan misteri tersebut, maka perlu di lakukan autopsi atau
bedah mayat. Dengan melakukan bedah mayat dapat akan dapat di ketahui
hal- hal:
 Perbuatan apa yang telah di lakukan
 Dimana perbuatan itu di lakukan
 Bilamana perbuatan itu di lakukan
 Bagaimana perbuatan itu di lakukan
 Dengan apa perbuatan itu di lakukan
 Mengapa perbuatan itu di lakukan
 Siapa yang melakukan perbuatan itu
PENUTUP

Autopsi adalah suatu pemeriksaan terhadap tubuh jenazah


untuk kepentingan tertentu, meliputi pemeriksaan bagian dalam
dengan menggunakan cara-cara yang dapat di pertanggung
jawabkan secara ilmiah oleh ahli yang berkompeten. Karena
meliputi pemeriksaan bagian dalam maka autopsi memerlukan
pembukaan tubuh jenazah dengan melakukan irisan.
Pelaksanaan autopsi forensik di atur di dalam KUHAP, yang
pada prinsipnya autopsi baru boleh di lakukan jika ada surat
permintaan tertulis dari penyidik dan setelah keluarga di beri
tahu serta telah memahaminya atau setelah 2 hari dalam hal
keluarga tidak menyetujui autopsi atau keluarga tidak di
temukan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai