keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan berkurang fungsi air mata • Kelainan terjadi pada penyakit yang mengakibatkan – Def komponen lemak air mata – Def kelenjar air mata – Def komponen musin – Akibat penguapan berlebihan – Parut pada kornea dan menghilang mikrovili kornea Gejala klinis • Gatal • Mata seperti berpasir • Silau • Penglihatan kabur Diagnosis • Sekresi mukus berlebihan • Sukar menggerakkan kelopak mata • Mata tampak kering • Erosi kornea • Uji scheimer <5menit Terapi • Simptomatik • Air mata buatan Defisiensi Vit. A • Dapat terjadi pada semua umur tapi umumnya pada anak usia 6bulan-4tahun • Selalu disertai dengan kelainan protein kalori malnutrisi • Kausa primer: kurang vit A dalam diet • Kausa sekunder: gangguan absorbsi saluran cerna Gejala • Pasien mengeluh – mata kering, – kelilipan, – sakit, – buta senja, dan – penurunan penglihatan Diagnosis • Kelainan pada def vit A, berupa niktalopia dan atrofi serta keratinisasi jaringan epitel dan mukosa. • Keratinisasi: xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, tukak kornea dan keratomalasia Klasifikasi • • Klasifikasi defisiensi vit.A di Indonesia (klasifikasi Ten Doeschate) – X0 -> hemeralopia – X1 -> hemeralopia dengan serosis konjungtiva dan bitot – X2 -> serosis kornea – X3 -> keratomalasia – X4 -> stafiloma, ftisis bulbi, – X0 – X2 -> reversibel – X3- X4 -> ireversibel – Klasifikasi WHO : o X1-A -> xerosis konjungtiva o X1-B -> bercak Bitot dengan xerosis konjungtiva o X2-> xerosis kornea o X3 -> xerosis dengan tukak kornea o X3-B -> keratomalasia Pemeriksaan klinis • Tes adaptasi gelap • Kadar vit A dalam darah (normal:1500- 5000IU/hari) Toksik Konjungtivitis Folikular • Dapat terjadi akut dan kronik • Gejala utama terbentuk folikel pada konjungtiva tarsal superior atau inferior • Hipersensitivitas terhadap obat – Akut setelah beberapa kali sensitisasi – Kelainan kulit dan kelopak – Pembentukan parut • Seringkali terjadi akibat pemberian obat jangka panjang: – Dipiverin, miotik, idoxuridine, neomycin • Tanda: – Hiperemia tarsus bawah – Eosinofilia pada perwarnaan giemsa – Pada kerokan konjungtiva terdapat sel epitel berkeratin dan sel PMN • Pengobatan: – Hentikan penyebab Keratokonjungtivitis Limbus Superior • Merupakan peradangan konjungtiva bulbi dan konjungtiva tarsus superior dan kelainan- kelainan di limbus superior. • Unilateral • Wanita 20-70 tahun • Bersifat menahun, remisi dan eksaserbasi. • Pada keadaan ringan, rasa tidak enak pada mata. – Peradangan papiler – Hipertrofi papil bagian tengah kojungtiva tarsus superior – Injeksi konjungtiva dan episklera pada konjungtiva bulbi – Bendungan, penebalan an hipertofi pada limbus
• Pada keadaan berat, bisa sampai blesfarospasme
• Pengobatan simptomatik – tetes mata dekongestan – Zinc sulfat – Meril selulosa – Polivinil alkohol – Kortikosterioid – antibiotik Konjungtiva Membranosa • Konjungtivitis dengan pembentukan membran yang menempel eratpada jaringan bawah konjungtiva. • Etiologi: difteri, pneumokok, stafilokok, infeksi adenovirus. Sering pada anak yang tidak mendapat suntikan imunisasi • Ringan: Sekret mukopurulen • Berat: nekrosis (hari keenam) • Hari 6-10 dapat terjadi tukak kornea akibat infeksi sekunder. • Terjadi perlengketan antara konjungtiva atau simblefaron • Diobati sebagai difteri – Penisilin – Serum anti difteri