Anda di halaman 1dari 98

OPHTHALMOLOGY

DASAR PF??
Diagnostic
Algorithms
Mata Merah Visus Mata Merah Visus Mata Tenang Visus Mata Tenang Visus
Normal Turun Turun Mendadak Turun Perlahan
• Diseases of • Diseases of • Diseases of the Lens • Primary Open
the Eyelids the Cornea • Subluxation Angle Glaucoma
• Blepharitis • Keratitis • Dislocation • Errors of Refraction
• Chalazion • Diseases of the • Diseases of the • Cataract
• Hordeolum Uveal Vitreous • Diseases of the
• Molluscum Tract • Vitreous Retina
Contagiosum • Anterior Hemorrhage • Diabetic
• Diseases of Uveitis • Diseases of the Retina Retinopathy
the • Primary Angle- • Retinal Detachment • Hipertensiv
Conjunctiva Closure • Retinal Artery e
• Infective Glaucoma Occlusions Retinopathy
Conjunctivitis • Diseases of the • Retinal Vein • Retinitis
• Allergic Vitreous Occlusions Pigmentosa
Conjunctivitis • Endophthalm • Diseases of the Optic • Age-related
• Pterygium itis Nerve Macular
• Pinguecula • Panophthalm • Optic Neuritis Degeneratio
• Diseases of the itis • Papilloedema n
Sclera • Tumors of Intra • Occipital Stroke
• Episcleritis and
• Scleritis Retrobulbar
• Retinoblasto
Mata Merah
Visus Normal
KELENJAR PADA KELOPAK
MATA

Glandula Meibom
→disebut juga sebagai
glandula tarsal, merupakan
modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi
adalah minyak(oil)

Glandula Zeis →
merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi
adalah minyak (oil)

Glandula Moll →
merupakan modifikasi
glandula sudorifera,
produk skekresi adalah air
(sweat)
BLEFARI
TIS
Definisi
• Peradangan subakut atau kronik pada kelopakmata

Etiologi
• Overproduksi lipid dari kelenjar air mata, infeksi bakteri stafilokokal, disfungsi kelenjar Meibom

Gejala
• Kelopak mata merah, gatal, edema, nyeri, eksudat lengket, epifora, bulu mata rontok

Terapi
• Menjagakebersihan kelopak mata
• Kompres hangat
• Antibiotik bila perlu

Penyulit
• Konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazion, madarosis

Tipe
• Blefaritis Anterior (Blefaritis Seboroik dan Blefaritis Stafilokokal)
• Blefaritis Posterior (Disfungsi Glandula Meibom)

Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas, 2005


Blefaritis
Parameter BlefaritisAnterior
Seboroik/Squamosa Blefaritis Ulseratif/Stafilokokal
Gangguan pada glandula Zeis dan Infeksi kronik stafilokokus
Moll (seboroik anterior) atau
Etiologi glandula Meibom (seboroik
posterior) yang berkaitan dengan
dermatitis seboroik

Glandula yang mengalami gangguan Infeksi kronik oleh stafilokokus pada


mengalami overproduksi lipid yang dasar bulu mata mengakibatkan
Patofisiologi kemudian dipecah oleh terbentuknya abses intrafolikular,
Corynebacterium acne menjadi asam ulserasi dermis dan epidermis
lemak yang mengiritasi

Penumpukan sisik putih pada bulu Krusta kekuningan pada dasar bulu
mata dengan dasar hiperemis (tanpa mata, bila diusap biasanya
Tanda dan Gejala ulkus) meninggalkan keropeng atau ulkus
yang mudah berdarah

• Bersihkan sisik dengan sabun, • Bersihkan krusta


salep salisil 1% atau merkuri • Kompres hangat
amoniak • Antibiotik topical (eritromisin,
• Kompres hangat basitrasin atau gentamisin 12x2
• Antibiotik topikal (eritromisin,
Terapi basitrasin atau gentamisin 12x2
tetes hingga gejala membaik)
tetes hingga gejala membaik) • Antibiotik oral (doksisiklin
1x100mg selama 2-4 minggu
atau
azithromisin 1x500mg selama 5
Blefaritis Seboroik Blefaritis Stafilokokal
Blefaritis
Posterior
Parameter Blefaritis Posterior

Etiologi Gangguan pada kelenjar Meibom

Gangguan kulit seperti rosacea akan


menyebabkan tersumbatnya muara
Patofisiologi kelenjar Meibom sehingga terjadi
hipertrofi dan inflamasi dari kelenjar

Muara kelenjar Meibom tampak


Tanda dan Gejala prominen dengan sekresi kental
keputihan

• Pemijatan kelopak mata


• Antibiotik topical (eritromisin,
basitrasin atau gentamisin 12x2
tetes hingga gejala membaik)
Terapi • Antibiotik oral (tetrasiklin
1x1000mg dalam dosis terbagi
selama 6-12 minggu)
HORDEOLUM dan
KALAZION
Parameter Hordeolum Hordeolum Kalazion
Eksternum Internum
Peradangan supuratif Peradangan supuratif Peradangan
akut pada kelenjar akut pada kelenjar granulomatosa kronik
Definisi Zeis atau Moll Meibom non-infektif pada
kelenjar Meibom
Sebagian besar oleh Infeksi stafilokokal Proliferasi dan reaksi
infeksi Staphylococcus (primer) atau kalazion granulomatosa dari
Etiologi aureus yang terinfeksi dinding kelenjar
(sekunder)

Benjolan merah, hangat, edema dan nyeri Benjolan lunak hingga


Manifestasi Klinis (lebih nyeri pada hordeolum internum) pada keras, tidak nyeri
tepi palpebra

• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15


menit • Konservatif
• Jaga kebersihan kelopak mata • Injeksi intralesi
• Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3x1; steroid
salep kloramfenikol 3x1; tetes mata (triamsinolon 40
Terapi mg/ml
kloramfenikol 12x1) sebanyak 0,10-
• Antibiotik oral (eritromisin 2x500mg atau 0,20 ml)
dikloksasilin 4x1 selama 3 hari)
• Ekokleasi
• Insisi dan drainase abses kalazion
MOLLUSCUM
CONTAGIOSUM
Parameter Molluscum Contagiosum
Etiologi Infeksi poxvirus pada kelopak mata
Lesi multiple, pucat, konsistensi seperti
Manifestasi klinis lilin dengan lubang di tengahnya
(umbilicated lesions)
Terapi Insisi lesi dan kauterisasi dengan tingtur
iodine atau asam karbolat
ANOMALI POSISI BULU MATA DAN
PALPEBRA
Parameter Trichiasis Distichiasis Entropion Ektropion
Tumbuhnya bulu
mata ke arah
dalam dengan Adanya barisan
posisi palpebra bulu mata
yang normal; tambahan pada
Tumbuhnya bulu kelopak mata, di Penggulungan Penggulungan
mata ke arah mana satu atau margo palpebra margo palpebra
Definisi dalam oleh karena keduanya dapat ke arah dalam ke arah luar
palpebra yang menekuk ke
entropion disebut arah bola mata
sebagai
pseudotrichiasis

Trachoma, Kongenital,
blefaritis ulseratif, Kongenital, atau trachoma, Degenerasi,
Etiologi hordeolum riwayattrauma degenerasi trauma
eksternum

Tanda dan Gejala Sensasi benda asing, fotofobia, nyeri, dan lakrimasi
• Epilasi bulu mata
• Elektrolisis
Terapi • Krioepilasi • Rekonstruksipalpebra
• Bedah
Trichiasis Distichiasis

Entropion Ektropion
Parameter Simblefaron Ankiloblefaron Lagoftalmus Ptosis
Adhesi antara Adhesi atau Jatuhnya palpebra
palpebra dan bola perlengketan Ketidakmampuan superior sehingga
mata sebagai antara margo menutup bola menutupi bola
Definisi akibat perlengketan palpebra superior mata secara mata bagian
antara konjungtiva dan inferior volunter superior >2mm
palpebra dan bulbi

Miogenik (paralisis Kongenital,


Trauma, m. orbicularis neurogenik (palsi
konjungtivitis, Kongenital, oculi), nervus III, Horner’s
Etiologi Stevens-Johnson trauma, blefaritis trauma, syndrome),
syndrome ulseratif simblefaron, miogenik
ektropion (myasthenia gravis)
berat
Keterbatasan gerak Perlengketan Mata kering,
bola mata, diplopia, antara palpebra meningkatkan
Tanda dan Gejala lagoftalmus Amblyopia
superior dan risiko konjungtivitis
inferior dan keratitis
• Artificial tear
drop
• Profilaksis • Eksisi dan • Antibiotik salep
dengan lubrikan separasi mata (terutama
Terapi saat tidur dan • Koreksi bedah
• Simblefarektomi palpebra
pasien koma)
• Tarsorrhaphy
Simblefaron Ankiloblefaron

Lagoftalmus Ptosis
KONJUNGTIVI
TIS
Definisi
• Peradangan pada konjungtiva, dapat terjadi pada konjungtiva palpebra, fornix, ataupun bulbi

Etiologi
• Infeksi, alergi, iritasi, trauma, idiopatik

Jenis Eksudat
• Serosa → misalnya pada infeksi virus dan iritasi
• Mukoid → misalnya pada alergi
• Mukopurulen → misalnya pada infeksi bakteri ringan dan klamidia
• Purulen → misalnya pada infeksi bakteri berat dan gonorrhea

Jenis Reaksi Konjungtiva


• Reaksi Folikuler → terjadi pada usia di atas 6 bulan berupa hiperplasi jaringan limfoid seperti bula, vesikel,
atau butir nasi ukuran 0,5-5mm, cth. infeksi virus dan klamidia
• Reaksi Papilar → hiperplasi epitel konjungtiva berupa polygonal cth. infeksi bakteri dan vernal

Pembentukan Membran
• Pseudomembran → eksudat bila dikelupas meninggalkan epitel yang utuh tanpa perdarahan, misalnya
pada infeksi Neisseria gonorrhea
• Membran → eksudat bila dikelupas meninggalkan epitel yang robek dengan perdarahan, misalnya pada
infeksi Group A-β hemolytic streptococci dan Corynebacterium diphtheria
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis
Konjungtivitis Konjungtivitis Klamidia
Parameter Bakterial Sederhana Gonokokal Trakoma
(Paratrakoma)

S. aureus, S. epidermidis,
H. influenzae, S. Chlamydia Chlamydia
Etiologi pneumoniae, M. N. gonorrhea trachomatis serotype trachomatis serotype
catarrhalis D-K A, B, Ba, C

Mata merah, sensasi


Mata merah, sensasi benda asing, sekret
Mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopurulen, reaksi Mata merah, sensasi
benda asing, secret purulen berat, hiperakut folikel, kronis, benda asing, reaksi
mukopurulen atau (dalam 12-24 jam), unilateral, pannus, folikel, sekret
purulen, akut, reaksi kemosis berat, pembengkakan lnn mukopurulen, kronis,
Manifestasi preaurikular
Klinis papilar, fotofobia pembengkakan lnn sikatriks, trichiasis
dijumpai apabila kornea preaurikular, edema Potensi kebutaan Potensi kebutaan
terlibat, kemosis palpebra, rendah tinggi
pseudomembran

• Tetes mata • Salep mata • Salep mata


kloramfenikol 0.5-1% tetrasiklin 1% tetrasiklin 1%
• Salep kloramfenikol 1 tetes per jam atau eritromisin atau eritromisin
3x1 selama 3 hari • Ceftriaxone 125 0,5% 4x1 selama 0,5% 4x1 selama
Terapi • Tetes mata mg IM single dose 3 minggu 3 minggu
kloramfenikol 6x1 • Doksisiklin 100 mg 2x1 • Doksisiklin 100 • Doksisiklin 100
selama 3 hari selama 7 hari mg 2x1 selama 7 mg 2x1 selama 7
hari hari
WHO Classification of Trachoma (FISTO)
Konjungtivitis Konjungtivitis
Bakterial Sederhana Gonokokal

Konjungtivitis Klamidia
(Paratrakoma)
Trakoma
Konjungtivitis
Viral
Konjungtivitis
Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis Molluscum Konjungtivitis
Parameter Adenovirus Herpes Simplex Herpes Zoster Contagiosum Hemoragik Akut

• Epidemic
Keratoconjunctiv
itis (EKC)
→ 
Adenovirus type Herpes Simplex Varicella-Zoster Enterovirus type
Etiologi 8 dan 19 Virus 1 dan 2 Virus Pox Virus 70
• Pharyngoconjunc
tiva Fever (PCF)
→ Adenovirus
tipe 3 dan 7

• Epidemic
Keratoconjunctivi Terdapat lesi
tis (EKC) multiple, pucat,
→  konsistensi seperti
geajal sistemik (-), Terdapat lesi Peradangan
primer herpetic Penyebaran lesi lilin dengan lubang disertai dengan
Karakteristik 80% terjadi secara di tengahnya
keratitis pada wajah titik perdarahan
dan palpebra dermatomal (umbilicated pada konjungtiva
• Pharyngoconjunc lesions)
tiva Fever (PCF)
→ gejala
sistemik
(+), 30% terjadi
keratitis
Konjungtivitis Neonatal
(Ophtalmia Neonatorum)

Definisi
• Peradangan bilateral konjungtiva pada infant berusia kurang dari 30 hari

Etiologi
• Senyawa kimia → akibat penggunaan silver nitrat atau antiobiotik untuk profilaksis
• Infeksi gonokokal → sifat hiperakut, secret purulent, kemosis, dapat terbentuk membrane
atau pseudomembran, dan dapat menyebabkan kebutaan
• Infeksi klamidia → sifat akut, secret mukopurulen

Terapi
• Profilaksis
• Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% atau solusio silver nitrat 1% segera setelah
lahir
• Injeksi seftriakson 50 mg/kg (max dose 125 mg) IM atau IV pada bayi dari ibu yang
terinfeksi gonokokal
• Kuratif
• Senyawa kimia → self-limited
• Infeksi Gonokokal → Irigasi mata, salep mata basitrasin QID, penicillin G 100
U/kg/hari IV dalam dosis terbagi QID, seftriakson 75-100 mg/kg/hari IV/IM QID,
sefotaksim 100-150 mg/kg/hari IV/IM BID, siprofloksasin atau norfloksasin 10-20
mg/kg/hari IV/IM
• Infeksi klamidia → salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% QID selama 3
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis Alergika Sederhana Keratokonjungtivitis Vernal

• Konjungtivitis alergika non-spesifik akut, • Konjungtivitis alergika rekuren, kronik,


ringan, yang ditandai dengan gatal, hiperemis, bilateral, interstisial, self-limiting dengan
dan reaksi papilar ringan serupa dengan reaksi insidensi musiman
urtikaria ringan • Etiologi
• Etiologi • Reaksi atopi terhadap allergen eksogen
• Hay Fever Conjunctivitis → berhubungan • Lebih sering pada usia 4-20 tahun,
dengan rhinitis alergika, allergen berupa saat
polen, rumput, dan bulu binatang musim panas, dan di daerah tropis
• Seasonal Allergic Conjunctivitis • Gambaran Klinis
→  berhubungan dengan • Tidak terdapat keterlibatan jaringan
allergen musiman seperti polen periorbital
• Perennial Allergic Conjunctivitis • Tipe Palpebral → terdapat papilla
→  berhungungan dengan tersusun
allergen tahunan seperti debu rumah cobble-stone atau pavement-stone
dan tungau
• Tipe Bulbar → terdapat bintik
• Terapi keputihan
• Hindari allergen sepanjang limbus (tranta’s spots)
• Vasokonstriktor seperti adrenalin, • Tipe Campuran → kombinasi
ephedrine, gambaran ptie
dan naphazoline palpebral dan bulbar
• Stabilizer sel mast seperti tetes mata sodium • Terapi
kromoglikat 2% • Steroid topical seperti
• Antihistamin fluorometholone,
Konjungtivitis Giant Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis Atopi
Papillary Fliktenularis
• Bentuk dewasa dari • Peradangan konjungtiva • Konjungtivitis alergi
keratokonjungtivitis dengan pembentukan sebagai respon dari
vernal papilla berukuran besar epitel kornea dan
• Etiologi • Etiologi konjungtiva terhadap
• Reaksi atopi • Respon alergi local allergen endogen yang
terhadap terhadap permukaan telah tersensitisasi
allergen eksogen kasar atau deposit • Etiologi
• Lebih sering pada pada mata (lensa • Merupakan reaksi
laki- kontak, prosthesis, hipersensitivitas tipe
laki dewasa muda jahitan nylon) IV (cell-mediated)
• Gambaran Klinis • Gambaran Klinis terhadap protein
• Terdapat hipertrofi bakteri tuberculosis,
• Terdapat stafilokokal, atau
keterlibatan papilla (diameter 1mm)
pada palpebra superior bakteri lain
jaringan periorbital • Gambaran Klinis
• Terapi • Terapi
• Hilangkan benda yang • Terdapat nodul
• Steroid topical seperti keputihan dikelilingi
fluorometholone, menjadi pemicu
• Stabilizer sel mast area hiperemis
medrysone, pada konjungtiva
betametasone, seperti tetes mata
sodium kromoglikat 2% bulbar dekatlimbus
dexamethasone • Terapi
• Stabilizer sel mast
• Steroid topical seperti
seperti tetes mata
betamethasone atau
sodium kromoglikat 2%
dexamethasone
• Antihistamin
• Antibiotik topikal
Keratokonjungtivitis Vernal Keratokonjungtivitis Vernal
Tipe Palpebral (cobblestone) Tipe Bulbar (tranta’sdots)

Konjungtivitis Giant Keratokonjungtiviti


Papillary s
Fliktenularis
Kondisi Degeneratif Konjungtiva

• Pinguecula Pterygium

• Kondisi degenerative konjungtiva yang • Pertumbuhan jaringan fibrovaskular


ditandai dengan pembentukan patch atau subepitelial berbentuk segitiga pada
nodul putih kekuningan pada jaringan konjungtiva bulbar meliputi limbus
konjungtiva bulbar dekat limbus hingga kornea
• Etiologi • Etiologi
• Idiopatik, diduga merupakan proses • Respon terhadap factor lingkungan seperti
• degenerasi kolagen konjungtiva pajanan sinar matahari (sinar UV), udara
panas, angin, dan debu berupa degenerasi
• Gambaran Klinis
elastotik dan hiperplasi jaringan
• Patch atau nodul kekuningan bilateraldan • Gambaran Klinis
stasioner dengan apex menjauh dari
• Jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga
kornea
dengan apex menuju ke arah kornea,
• Terbentuk di sisi nasal terlebih dahulu baru dapat unilateral atau bilateral, pada sisi
• kemudian di sisi temporal nasal (sebagian besar) atau sisi temporal
• Terapi • Menyebabkan masalah kosmetik pada
• Konservatif pasien dengan komplikasi berupa
• Eksisi pinguekula astigmatisme bila telah mencapai kornea
dan diplopia
• Terapi
• Ekstirpasi pterygium
Derajat Pterygium (Youngson)

Derajat 1
• Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

Derajat 2
• Pterygium sudah melewati limbus korneatetapi
tidak lebih dari 2 mm melewati kornea
Derajat 3
• Pterygium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
melebihi pupil mata dalam keadaan cahaya normal
(diameter pupil sekitar 3-4 mm)

Derajat 4
• Pterygium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
Pinguecula

Pterygium
Perdarahan Subkonjungtiva
Definisi
• Perdarahan pada subkonjungtiva atau ekimosis yang bervariasi mulai dari
perdarahan petekia kecil hingga menyebar secara ekstensif ke seluruh
konjungtiva bulbi

Etiologi
• Trauma
• Inflamasi konjungtiva
• Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak (pertussis,
strangulasi atau kompresi leher)
• Ruptur spontan dari kapiler
• Anomali vascular (telangiectasia, varises, aneurisme)
• Koagulopati
• Hipertensi
• Neoplasia
• Induksi obat

Gambaran Klinis
• Tampak pewarnaan merah homogen dengan batas tegas pada
konjungtiva, darah akan direabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari

Terapi
• Terapi sesuai etiologi
• Reassurance
• Kompres dingin untuk menemkan titik perdarahan, kompres hangat untuk
membantu reabsorbsi
EPISKLERITIS dan SKLERITIS

Episkleritis Skleritis

• Peradangan rekuren jinak dari episklera • Peradangan kronik dari sklera


termasuk kapsula Tenon tanpa keterlibatan • Etiologi
sklera di bawahnya • Sebagian besar kasus berhubungan dgn
• Etiologi penyakit sistemik terutama rheumatoid
• Idiopatik arthritis
• Berhubungan dengan gout, rosacea, dan • Iatrogenik
psoriasis • Idiopatik
• Diduga merupakan reaksi hipersensitivitas • Gambaran Klinis
terhadap allergen endogen berupa antigen • Mata merah gradual, nyeri sedang berat
tuberculosis atau toksin streptokokal hingga kepala dan wajah yang seringkali
• Gambaran Klinis membangunkan pasien di pagi hari, fotofobia,
• Mata merah oleh karena vasodilatasi, nyeri lakrimasi
ringan saat penekanan bola mata, sensasi • Pembuluh darah tidak mengecil meskipun
benda asing diberi vasokonstrktor seperti fenilefrin 2,5%
• Diffuse episcleritis → peradangan tersebar • Klasifikasi
maksimal 1 hingga 2 kuadran • Skleritis Anterior (98%)
• Nodular episcleritis → nodul kemerahan yang • Non-necrotizing Scleritis (85%)
terletak sekitar 2-3mm dari limbus
• Diffuse
• Terapi
• Nodular
• Vasokonstriktor topical seperti fenilefrin 2,5%
• Necrotizing Scleritis (13%)
→ pembuluh darah akanmengecil
• With inflammation
• Kortikosteroid topical
• Without inflammation
• Kompres dingin
• Skleritis Posterior (2%)
Mata Merah Visus Turun

Diseases of the Cornea

• Keratitis

Diseases of the Uveal Tract

• Anterior Uveitis

Glaucoma

• Primary Angle-Closure Glaucoma

Diseases of the Vitreous

• Endophthalmitis
• Panophthalmitis

Tumors of Intra and Retrobulbar

• Retinoblastoma

Ocular Injuries

• Mechanical Injuries
• Chemical Injuries
KERATI
TIS
Definisi
• Peradangan pada kornea
• Ulkus kornea → Diskontinuitas permukaan epitelium kornea disertai dengan
nekrosis jaringan kornea di sekitarnya

Manifestasi Klinis
• Mata merah, penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme, edema kornea,
infiltrate seluler, dan injeksi siliar (perikornea)
Klasifikasi
• Berdasarkan Topografi atau Morfologi
• Ulcerative Keratitis (Corneal Ulcer)
• Non-ulcerative Keratitis
• Berdasarkan Etiologi
• Infective Keratitis (bakterial, viral, fungal, chlamydial, protozoal, spirochaetal)
• Allergic Keratitis (fliktenularis, vernal, atopic)
• Trophic Keratitis (keratomalasia)
• Traumatic Keratitis
• Idiopathic Keratitis
Keratitis Infektif
Parameter Bakterial Viral

• S. aureus, S. pneumonia, P aeruginosa,


Enterobacteriaceae (membutuhkan adanya
kerusakan epitel kornea terlebih dahulu) • Herpes Simplex Virus
Etiologi
• N. gonorrhea, N. meningitidis, C. • Varicella-Zoster Virus
dyphteriae
(dapat menginvasi kornea intak)

Kontak dengan penderita, transmisi vertical ibu


Pengguna lensa kontak, riwayat penyakit dan kepada neonates, imunosupresan, riwayat
Faktor Risiko operasi pd kornea, trauma, benda asing terinfeksi VZV sebelumnya (chickenpox)

• S. aureus dan S. pneumonia ulkus • Herpes Simplex tampak lesi vesicular di


berbentuk oval, warna putih kekuningan, region periorbital, limfadenitis, punctate
batas tegas epithelial keratitis, dendritic ulcer (ulkus
• Pseudomonas ulkus bentuk berbentuk ireguler, zigzag, bercabang),
ireguler, geographical ulcer (hasil fusi dari beberapa
eksudat mukopurulen kehijauan, batas ulkus dendritic membentuk suatu konfigurasi
Karakteristik tidak amoeboid
tegas oleh karena terjadi nekrosis • Herpes Zoster lesi awal vesicular
liquefaksi terdistrubusi dermatomal, punctate epithelial
dari kornea keratitis, microdendritic epithelial ulcer,
• Enterobacteriacea ulkus dangkal, nummular keratitis, disciform keratitis
warna
keabu-abuan, opasitas stroma batas tidak
tegas, infiltrate kornea bentuk cincin oleh
karena endotoksin yang dihasilkan
Parameter Fungal Protozoal

Etiologi • Filamentous fungi (Aspergillus, Fusarium) Acanthamoeba


• Yeasts (Candida)
Trauma dengan material tanaman, ekor Kontak langsung dengan air atau tanah yang
Faktor Risiko hewan, imunosupresan tercemar, pengguna lensa kontak, infeksi
oportunistik

Ulkus putih keabu-abuan dengan tepi Opasitas epitel dan subepitel halus dan
meninggi, feathery finger-like extensions, berjalan radial sepanjang corneal nerves,
lesi satelit kecil multiple di sekitar lesi ring-shaped lesion sentral atau parasentral
Karakteristik utama, dapat ditemui cincin kekuningan yang dalam stadium lanjut akan
steril (pertemuan antara antigen dengan membentuk abses
antibody)
Parameter Bakterial Viral Fungal Protozoal

• Pewarnaan KOH • Pewarnaan KOH 10%


10% • Pewarnaan Calcofluor
• Pewarnaan Gram • Pewarnaan White (CFW)
dan Giemsa Calcofluor White • Pewarnaan
• Kultur pada blood (CFW) Lactophenol cotton
Laboratorium • Kultur blue
agar untuk
organisme aerobik pada • Kultur pada non-
Sabouraud’s nutrient agar (E. coli
dextrose agar enriched)

• Acyclovir 5x400 • Suspensi mata


mg selama 7 hari natamycin 5% 1
• Salep kloramfenikol (herpes simplex) tetes per 2 jam
3x1 • Acyclovir 5x800 (fusarium, • Polyhexamethylene
mg selama 7-10 aspergillus) biguanide (0.02%
• Salep eritromisin hari (herpes • Tetes mata PHMB)
Terapi 0.5% 2-6x1 zoster) amphotericin B • Tetes mata
• Salep • Gel mata 1.5% 1 tetes per Hexamidine
siprofloksasin ganciclovir jam (candida) (0.1%)
0.3% 3x1 0.15% 5x1
UVEIT
IS
Definisi
• Peradangan pada uvea (iris, badan silier, dan koroid)

Klasifikasi
• Anatomi
• Uveitis anterior (iridosiklitis) → peradangan pada iris hingga pars plicata corpus siliaris
• Uveitis intermediate (pars planitis) → peradangan pada pars plana corpus siliaris hingga bagian
etpi
retina
• Uveitis posterior → peradangan pada koroid (koroiditis)
• Panuveitis → peradangan dari keseluruhan jaringan uvea
• Klinis
• Uveitis akut → durasi gejala 6 minggu – 3 bulan
• Uveitis kronik → durasi gejala lebih dari 3 bulan
• Patologis
• Uveitis supuratif
• Uveitis non-supuratif (Wood’s Classification)
• Uveitis non-granulomatosa
• Uveitis granulomatosa
• Etiologi (Duke Elder’s Classification)
• Infective uveitis
• Allergic uveitis
• Toxic uveitis
• Traumatic uveitis
• Uveitis associated with non-infective systemic disease

Uveitis Anterior (Iridosiklitis) Uveitis Posterior(Koroiditis)

• Gejala • Gejala
• Nyeri terutama saat malam hari, mata merah, fotofobia, • Penurunan visus, photopsia, sensasi bintik hitam
blefarospasme, lakrimasi, penurunan visus melayang di depan mata, metamorphopsia, micropsia,
• Tanda macropsia, scotoma
• Edemapalpebra • Tanda
• Corneal signs → edema kornea, keratic precipitate • Opasitas vitreous
(KP), • Patch of choroiditis
opasitas korneaposterior • Pada fase aktif → area peninggian berwarna
• Anterior Chamber signs → aqueous cells, aqueous putih
aflre (Tyndal phenomenon), hypopyon, hifema, perubahan kekuningan, batas tidak tegas
kedalaman dan sudut anterior chamber • Pada fase atrofi atau penyembuhan → area
• Iris signs → perubahan pola normal dan warna iris, putih
ris nodules (Koeppe’s nodules, Busacca’s nodules), kehitaman, batas tegas
sinekia posterior, neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) • Komplikasi
• Pupillary signs → pupil miosis, ireguler, ektropion, • Panuveitis
hilangnya reflex pupil, occlusio pupillae • Katarak
• Komplikasi
• Edemama
• Katarak
cula
• Glaukomasekunder • Ablasio
• Uveitis posterior(koroiditis) retina
• Terapi • Terapi
• Topikal • Non-
• Mydriatic-cyclopegic drugs (atropine sulfat, spesifik
siklopentolat) • Kortikost
• Kortikosteroid (dexamethasone, betamethasone,
eroid
hidrokortison, prednisolone) topical
• Antibiotik dan
• Sistemik sistemik
• Kortikosteroid • Immuno
• NSAIDs supresa
• Immunosupresan n
AQUEOUS HUMOUR
DYNAMICS
GLAUCOMA
Definisi
• Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang ditandai dengan adanya perubahan
spesifik pada diskus optikus dan defek lapang pandang irreversible yang seringkali namun
tidak selalu berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (IOP)

Klasifikasi
• Congenital and Developmental Glaucomas
• Primary congenital glaucoma (without associated anomalies)
• Developmental glaucoma (with associated anomalies)
• Primary Adult Glaucomas
• Primary open angle glaucoma (POAG)
• Primary angle closure glaucoma (PACG)
• Primary mixed mechanism glaucoma
• Secondary Glaucomas

Etiologi
• Raised intraocular pressure (mechanical theory)
• Peningkatan IOP → peregangan lamina cribrosa → penurunan aliran darah
→  deformasi dan iskemik neuron
• Pressure independent factor (vascular insufficiency theory)
• Penurunan aliran darah menuju neuron yang diakibatkan oleh → kegagalan
mekanime
autoregulasi, vasospasm, hipotensi sistemik
Congenital and Developmental Glaucoma

Terminologi
• True congenital glaucoma (40% kasus)
• Peningkatan IOP terjadi sejak intrauterine
• Infantile glaucoma (50% kasus)
• Manifestasi klinis glaucoma terjadi pada usia <3 tahun
• Juvenile glaucoma (10% kasus)
• Manifestasi klinis glaucoma terjadi pada usia 3-16 tahun

Pathogenesis
• Kesalahan perkembangan trabecular meshwork termasuk iridotrabecular junction (trabeculodysgenesis)

Manifestasi Klinis
• Fotofobia, blefarospasme, lakrimasi (TRIAS)
• Kornea
• Corneal edema
• Corneal enlargement (buphthalmos) → jika peningkatan IOP terjadi saat usia <3 tahun, normal diameter
10.5 mm, buphthalmos jika diameter >13mm
• Tears and breaks in Descemet’s membrane (Haab’s striae)
• Sklera → tipis, warna biru
• Anterior chamber → tampak dalam
• Iris → iridodenesis
• Lensa → tipis, dapat terjadi subluksasi
• Diskus optikus → cupping dan atrofi
• IOP → meningkat
Primary Angle Closure
Glaucoma
Definisi
• Peningkatan tekanan intraokular oleh karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan outflow aqueous humour

Faktor Risiko
• Faktor anatomis → hipermetropia, bola mata kecil, konfigurasi iris plateau
• Faktor umum → usia, jenis kelamin (wanita:pria 4:1), musim, riwayat keluarga, ras
• Faktor presipitatus → pencahayaan gelap, stress emosional, penggunaan obat-obatan midriatikum (atropin, siklopentolat)

Klasifikasi
• Suspect primary angle closure glaucoma
• Subacute (intermittent) primary angle closure glaucoma
• Acute primary angle closure glaucoma
• Post congestive angle closure glaucoma
• Chronic primary angle closure glaucoma

Gejala
• Nyeri mata, mual, muntah, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi

Tanda
• Palpebra → edema dan hiperemis
• Konjungtiva → kemosis, injeksi konjungtiva dan silier
• Kornea → edema
• Anterior chamber → dangkal
• Sudut iridokornealis → tertutup
• Pupil → semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
• IOP → meningkat secara akut
Glaucoma Sekunder
Nama Etiologi Glaucoma Sekunder Manifestasi
Pigmentary ↑patologis pigmen pd trabecular meshwork → ↑TIO krn Pandangan kabur, nyeri, halo pelangi, dilatasi pupil,dpt
glaucoma secondary open-anglegalucoma asimptomatik. Dewasa muda, laki2, bilateral.

Exfoliative Penyakit sistemik krn adanya material eksffoliasi putih-keabuan yg Asimptomatik pd awal. Tampak material ptih-abu pd
glaucoma terdeposit di lensa, iris, eptiel siliar, dan trabecularmeshwork. tepianpupil.

Phacogenic PHACOLYTIC GLAUCOMA Nyeri unilateral, visus LP atau NLP, fotofobia, nyrocos,
glaucoma Krn ada material lensa yg keluar dr lensa (katarak hipermatur) → katarak matur/hipermatur, edema kornea, cell and flare
menyumbattrabekula →TIO↑ pd COA.
LENS PARTICLEGLAUCOMA Nyeri, visus turun, merah, nyrocos, fotofobia, material
Krn ada material yg mengobstruksi aliran akuos stlh trauma atau putih di COA.
operasimata
PHACOANAPHYLAXIS Idem, riwayatuveitis
Chronic granulomatous uveitis in response to lens material
liberated by tauma or intraocular surgery → keluarnyamaterial
lensa → proses imunologis → sel2 inflamatoris mengelilingi
material lensa → obstruksitrabekula
PHACOMORPHIC GLAUCOMA Idem, suduttertutup
Katarak intumesen (menggelembung) → menutup sudut →
pupillaryblock

Inflammatory Uveitis (anterior, intermediate, posterior, panuveitis), keratouveitis, Nyeri, visus turun, fotofobia, TIO naik, inflamasi pd COA.
open-angle post trauma, intraocularsurgery
glaucoma

Steroid- Riwayat penggunaan steroid lama (terutama topikal, TIO meningkat, tanda2 POAG
periokular, intravitreal) → TIO meningkat krn aliran kurang
induced lancar
glauco
ma
TRAUMA MEKANIK
MATA

Terminologi
• Closed-globe injury → the eyewall (sclera and cornea) does not have
a
full thickness wound but there is intraocular damage
• Contusion → resulting from blunt trauma
• Lamellar laceration → partial thickness wound of the eyewall caused
by a sharp object or bunt trauma
• Open-globe injury → full thickness wound of the sclera or cornea
or
both
• Rupture → caused by the impact of the blunt trauma (inside out
n
i jury
mechanism)
• Laceration → caused by a sharp object (outside in mechanism)
• Penetrating injury → single laceration caused by a sharp
object
• Perforating injury → two full thickness laceration (one entry
and one
Ophthalmologist Management
• Monitoring of intraocular pressure
• Limitation of activity
• Eye shield
• Elevate patient’s head to 30 degrees and maintain the patient at bedrest
• Cycloplegia → siklopentolat,skopolamin
• Control nausea and vomiting → o n d a n s e t r o n
• Control pain → propacaine,pantocaine
• Corticosteroid eye drop
• Patients with rebleeding → tranexamicacid
• Patients with intraocular hypertension → acetazolamide, mannitol
• Surgical clot evaluation → indications are
• Large persistent hyphemas (≥grade III for >10 days)
• Early corneal blood staining
• Uncontrolled intraocular pressure (i.e., ≥50 mmHg for >5 days or, in patients with
sickle hemoglobinopathy, >25 mmHg for >24 hours) despite maximal medical
therapy
Corpus Alienum Mata

Definisi
• Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai pada mata. Pada umumnya bersifat
ringan, pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang
bersifat asam atau basa

Manifestasi Klinis
• Nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia
TRAUMA KIMIA
MATA

Definisi
• Merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau
basa yang dapat merusak struktur
bola mata tersebut

Etiologi
• Bahan bersifat asam (pH<7)
• Bahan bersifat basa (pH>7.6)

Pemeriksaan Penunjang
• Kertas lakmus → cek pH
berkala
• Slit lamp → cek bagian anterior
mat
dan lokasi luka
• Tonometri → cek IOP
• Funduskopi direk dan indirek
Trauma Asam Trauma Basa

• Bahan asam mengenai mata maka • Bahan kimia basa bersifat koagulasi
akan segera terjadi koagulasi protein sel dan terjadi proses saponifikasi,
epitel kornea yang mengakibatkan disertai dengan dehidrasi
kekeruhan pada kornea, sehingga • Basa akan menembus kornea,
bila konsentrasi tidak tinggi maka kamera okuli anterior sampai retina
tidak akan bersifat destruktif dengan cepat, sehingga berakhir
• Biasanya kerusakan hanya pada dengan kebutaan.
bagian superfisial saja • Pada trauma basa akan terjadi
• Bahan kimia bersifat asam penghancuran jaringan kolagen
→  asm sulfat, air kornea.
accu, asam sulfit, asam • Bahan kimia bersifat basa → NaOH,
hidrklorida, zat pemutih, asam CaOH, amoniak, Freon/bahan
asetat, asam nitrat, asam kromat, pendingin lemari es, sabun, shampo,
asam hidroflorida kapur gamping, semen, tiner, lem,
cairan pembersih dalam rumah
tangga, soda kuat.
Tatalaksana Emergensi
• Irigasi → untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan menormalkan pH mata → dengan larutan
normal sanile (atau yang setara)
• Double eversi kelopak mata → untuk memindahkan material
• Debridemen → pada epitel kornea yang nekrotik
Tatalaksana Medikamentosa
• Steroid → mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil
• Siklopegik → mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis
(atropine
atau scopolamin) → dilatasi pupil
• Antibiotik → mencegah infeksi oleh kuman oportunis
Mata Tenang Visus Turun Mendadak

Diseases of Diseases of Diseases of Diseases of


the Lens the the the Optic
Vitreous Retina Nerve
• Subluxation • Vitreous • Retinal • Optic Neuritis
• Dislocation Hemorrhage Detachment • Papilloedema
• Retinal Artery
Occlusions
• Retinal Vein
Occlusions
Mata Tenang Visus Turun Perlahan

Errors of Diseases of the Diseases of the


Glaucoma
Refraction Lens Retina
• Primary Open • Cataract • Diabetic
Angle • Myopi Retinopath
Glaucoma • Hypermetropi y
• Astigmatisma • Hipertensive
Retinopathy
• Retinitis
Pigmentosa
• Age-related
Macular
Degeneratio
n
Primary Open Angle Glaucoma

Definisi
• Peningkatan tekanan intraocular progresif lambat (>21mmHg pada beberapa waktu pengukuran) dengan sudut terbuka yang
disertai dengan cupping diskus optikus dan defek lapang pandang
• Juga dikenal sebagai chronic simple glaucoma of adult onset

Faktor Risiko
• Herediter, usia, ras, myopia, diabetes, riwayat merokok, hipertensi, tirotoksikosis

Gejala
• Asimptomatik, beberapa mengeluhkan nyeri kepala dan mata ringan
• Penurunan lapang pandang progresif kronik
• Delayed dark adaptation

Tanda
• Anterior chamber → normal, sudut terbuka
• Perubahan IOP → awalnya bervariasi di mana IOP menurun saat malam hari (diurnal variation test), pada tahap lanjut
IOP
meningkat secara permanen
• Diskus optikus → atrofi, asimetris, cupping (normal cup-disk ratio 0.3-0.4), bayonetting sign
• Lapang pandang → terjadi konstriksi lapang pandang

Pemeriksaan Penunjang
• Tonometri → mengukur IOP
• Gonioskopi → melihat sudut iridokornealis
• Perimetri → melihat defek lapang pandang
• Oftalmoskopi direk dan indirek → melihat perubahan fundus dan diskus optikus
• Diurnal Variation Test
• Water Drinking Test
Terap
i
• Prinsip Terapi
• Identifikasi target penurunan IOP → mild to moderate damage (16-
18
mmHg), severe damage (12-14 mmHg)
• Single drug therapy
• Combination therapy
• Monitoring of therapy
• Surgical therapy
Regimen Terapi
POAG
Kelas Obat Regimen Mekanisme Aksi
Menurunkan sekresi aqueous
• Timolol maleate 0.25%-0.5%; 1- humour melalui stimulasi reseptor
2 kali/hari beta di prosesus siliaris
• Betaxolol 0,25%; 2 kali/hari
Beta Blocker • Levobunolol 0.25%-0.5%; 1-2
kali/hari
• Carteolol 1%; 1-2 kali/hari

• Pilocarpine 1, 2, 4% 3-4 kali/hari Meningkatkan outflow aqueous


• Carbachol 0.75, 3%; 2-3 kali/hari humour melalui kontraksi musculus
Parasympathomimetic Drugs • Physostigminei (Eserine) 0.5%; 2 longitudinalis corpus ciliaris yang
kali/hari membuka trabecular meshwork

• Latanoprost 0.005%; 1 kali/hari Meningkatkan uveoscleral outflow


Prostaglandins (first drug of choice) • Bimatoprost 0.03%; 1 kali/hari

• Acetazolamide 250mg; 3-4 Menurunkan produksi aqueous


Carbonic Anhidrase Inhibitor kali/hari humour melalui inhibisi enzim
• Dorzolamide 2%; 3 kali/hari karbonik anhidrase

Meningkatkan outflow aqueous


humour melalui stimulasi reseptor
• Epinephrine 0.5, 1, 2%; 2 alfa dan beta
kali/hari Menurunkan sekresi aqueous
Sympathomimetic Drugs • Brimonidine 2%; 2 humour melalui stimulasi reseptor
kali/hari alfa di corpus ciliaris
• Apraclonidine 0.5, 1%;
2kali/hari
ERRORS OF
REFRACTION

Emmetropia (optically normal eye) can be defined as a state of refraction,


where in the parallel rays of light coming from infinity are focused at the
sensitive layer of retina with the accommodation being at rest

The total dioptric power of the eye is about +60 D out of which about +44
D is contributed by cornea and +16 D by the crystalline lens
AMETROPI
A

Diagnosis Titik fokus Etiologi Manifestasi Komplikasi Koreksi


• Penglihatan
dekat baik Lensa sferis
• AKSIAL: aksis AP >> • Penglihatan jauh negatif terkecil
(makroftalmos, membaca terlalu jelek yang
dekat, wajah lebar) • Miopi tinggi memberikan
• KURVATURA: → bola visus terbaik,
keratokonus/globus, Ablasio
Di depan mata lbh retina, miopi tinggi
Miopia retina keratektasia, lensa terlalu diberikan
mnnonjol, COA
cembung, katarak imatur lbh dalam, pengurangan
katarak
• INDEKS BIAS → kadar pupil lebar, 2/3 koreksi
gula tinggi fundus trigroid penuh
sehingga indeks bias
meningkat
• POSISI: lensa terlalu ke
depan

• Melihat jauh
(>6m atau ∞
• AKSIAL → aksis AP << baik) hrs
(mikroftalmos, edem makula, berakomodasi
ablatio retina) supaya jatuh di
retina Lensa sferis
• KURVATURA → kornea • Melihat dekat, Glaukoma
Hipermetr Di belakang palna, sklerosis lensa, afakia positif terbesar
akomodasi >> sudut yg memberi
opia retina • INDEKS BIAS → kadar tertutup
shrg astenopia visus terbaik
gula rendah • Hipertrofi otot
sehingga indeks bias turun siliaris, COA
• POSISI → lensa terlalu ke dangkal, miosis,
belakang papil hiperemis
Diagnosis Titik fokus Etiologi Manifestasi Komplikasi Koreksi

Menyatukan
• Kelainan kornea kedua fokus
Berbagai (90%) utama (dengan
derajat refraksi • Perubahan lengkung • Mata kabur saat lensa silinder),
pada berbagai melihat jauh dan kemudian kedua
kornea dekat Risiko fokus yang sudah
Astigmatisme meridian shg
fokus jg • Kelainan lensa • Obyek ambliopia bersatu tsb
bermacam2 • Kekeruhan lensa membayang, diletakkan tepat
(ex.katarak insipien, • Astenopia di retina (dengan
imatur) lensa sferis).

Sferis positif
sesuai umur (40
• Penglihatan dekat tahun adisi S+1D,
PP jauh shg • Keadaan fisiologis → kurang 45 tahun adisi
lensa mengeras, tdk • Astenopia S+1,5D, 50 tahun
Presbiopia pekerjaan - adisi S+2D, 55
dekat sulit kenyal, daya kontraksi • Mata sakit
otot siliar berkurang tahun adisi S+2D,
• Lakrimasi
60 tahun adisi
S+3D)
Terminologi dalam Refraksi

Terminology Definition
Anisometropia The condition in which the two eyes have unequal refractive
power (more than 2D)
Aniseikonia The condition where there is a significant difference in the
perceived size of images
Antimetropia The condition where each eye can be nearsighted (myopia),
farsighted (hyperopia) or a combination of both
Aphakia The absence of the lens of the eye, due to surgical removal, a
perforating wound or ulcer, or congenital anomaly. It causes a
loss of accommodation, far sightedness (hyperopia), and a
deep anterior chamber

Pseudophakia The situation in which the natural lens of an eye has been
replaced with a plastic implant lens located at approximately
the position previously occupied by the natural lens
MIOP
I
Miopia Simpleks
• Jenis paling umum
• Diameter AP >> atau Indeks Bias >>
• Umumnya < 6D

Miopia Nokturnal
• Hanya terjadi di cahaya redup/malam
• Disebabkan karena kurangnya kontras cahaya untuk menstimulus akomodasi yang sesuai, mata
tidak bisa melihat dengan jelas untuk benda dengan jarak tak hingga (Akomodasiberlebihan)
Psedomyopia
• Hasil dari bertambahnya kekuatan refraksi okular o/k overstimulasi akomodasi mata atau spasme
m.siliaris. Umumnya pada orang dengan near-work secara reguler, belajar terus menerus menjelang
ujian
Miopi Degeneratif
• Miopi patologis
• Miopi derajat tinggi dengan perubahan degeneratif pada segmen posterior
• Dapat menyebabkan perubahan visus/ lapang pandang. Sekuele seperti retinal detachment dan
glaukoma umum terjadi
Miopia Induksi
• Miopia yang didapat (Acquired)
• Akibat paparan bermacam-macam agen farmasetik, variasi level kadar gula darah, nuclear sclerosis
pada kristalin lensa, dll.
• Miopi ini bersifat temporer atau reversi
HIPERMETROP
IA
Komponen Hipermetropia

Tanpa Dengan
sikloplegik sikloplegik

Total hypermetropia is
the total amount of
refractive error, which is
estimated after complete
cycloplegia with
atropine

©Bimbel UKDI
MANTAP
ASTIGMATIS
ME
PRESBIOPIA
Ilustrasi Kasus Presbiopia

Soal Jawaba
1. Wanita 45 thn, sulit 1. n
OD S+2.00 OS S+1.00
membaca (buku hrs S+3.50 S+2.50
dijauhkan). Riw kacamata
or OD S+2.00 OS S+1.00
-. VOD 6/15 dikoreksi S+1.50 adisi
S+2.00 jadi 6/6, VOS 6/9 ODS
dikoreksi S+1 jadi 6/6.
2. OD S-1.00 OS S-0.50
resep?
S+0.50 S+1.00
2. Pria 45 thn, OD dikoreksi S-
or OD S- OS S-0.50
1D jd 6/6, OS dgn S-0.5D
1.00S+1.50 ODSadisi
jadi 6/6
AMBLYOP
IA

Definition
• Decrease of vision, either unilaterally or bilaterally, for which no cause can be
found by physical examination of the eye
• Functional amblyopia often is used to describe amblyopia, which is potentially
reversible by occlusion therapy
• Organic amblyopia refers to irreversible amblyopia

Pathogenesis
• Disuse from inadequate foveal or peripheral retinal stimulation and/or
abnormal
binocular interaction that causes different visual input from the foveae

Critical Period
• The development of visual acuity from the 20/200 range to 20/20, which
occurs
from birth to age 3-5 years
• The period of the highest risk of deprivation amblyopia, from a few months to
7 or
8 years.
• The period during which recovery from amblyopia can be obtained, from the
Etiologi
Amblyopia
Anisometropia
• Inhibition of the fovea occurs to eliminate the abnormal binocular interaction caused by one defocused image
and one focused image.
• This type of amblyopia is more common in patients with anisohypermetropia than anisomyopia. Small amounts
of hyperopic anisometropia, such as 1-2 diopters, can induce amblyopia. In myopia, mild myopic anisometropia
up to -3.00 diopters usually does not cause amblyopia.
• Hypermetropic anisometropia of 1.50 diopters or greater is a long-term risk factor for deterioration of visual
acuity after occlusion therapy.
Strabismus
• The patient favors fixation strongly with one eye and does not alternate fixation. This leads to inhibition of
visual input to the retinocortical pathways.
• Incidence of amblyopia is greater in esotropic patients than in exotropic patients.

Strabismicanisometropia
• These patients have strabismus associated with anisometropia.

Visual deprivation
• Amblyopia results from disuse or understimulation of the retina. This condition may be unilateral or bilateral.
Examples include cataract, corneal opacities,ptosis, and surgical lid closure.[10]
Organic
• Structural abnormalities of the retina or the optic nerve may be present. Functional amblyopia maybe
superimposed on the organic visual loss.
KATAR
AK
Definition
• Development of an opacity in thelens

Classifications
• Etiology
• Congenital and developmentalcataract
• Acquired cataract
• Senile cataract
• Traumaticcataract
• Complicated cataract
• Metabolic cataract
• Electric cataract
• Radiationalcataract
• Toxic cataract
• Cataract associated with skin diseases
• Cataract associated with osseous diseases.
• Morphology
• Capsularcataract
• Subcapsularcataract
• Cortical cataract
• Supranuclear cataract
• Nuclear cataract
• Polar cataract
KATARAK
SENILIS
Definisi
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun

Epidemiologi
• 90% dari semua jenis katarak

Etiologi
• Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
• Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
• Faktor imunologik
• Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari
• Gangguan metabolisme umum

Stadium
• Insipien, imatur, matur, hipermatur

Gejala
• Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang

Penyulit
• Glaukoma, uveitis

Tatalaksana
• Operasi (ICCE/ECCE)
NUCLEAR: progresif perlahan,
miopisasi (krn indeks refraksi
↑ dan sferisitas lensa),
second sight (mampu melihat
dekat tanpa kacamata),
↓diskriminasi corak warna,
umumnya bilateral

SUBCAPSULAR: bisa
anterior/posterior, anterior:
metaplasia fibrosa dr
epitel anterior lensa;
posterior:
migrasi sel epitel ke
posterior,
glare (+), ↓penglihatan saat
cahaya terang , ↓visus dekat>
visus jauh

CORTICAL: bilateral, silau saat


melihat sumber cahaya
kejadian Lensa Opasitas Korteks Kapsul
bengkak krn tersebar seluruhnya mengecil dan
termasuki air dipisahka opak mengkerut
n olh area krn air keluar
bersih dr lensa
Tes Bayangan (Shadow Test)
Tujuan
• Mengetahui derajat kekeruhan lensa.

Dasar pemeriksaan
• makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besarbayangan iris pada lensa yang
keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makinkecil bayangan iris pada lensa.

Alat
• Lampu sentolop dan loup

Teknik
• Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45º dengan dataran iris, dengan loup dilihat
bayangan iris pada lensa yang keruh

Interpretasi
• Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti
lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan); ini terjadi pada katarak immatur, keadaan ini
disebut shadow test (+)
• Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terdapat pupil berarti lensa
sudahkeruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur, keadaan ini
disebut
shadow tes(-)
• Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil,
Terap
i
Non bedah → memperbaiki fungsi visual sementara, memperlambat pertumbuhan
katarak
(↓sorbitol, aspirin, vit C dan E)

Bedah
Metode Cara Keterangan

• Indikasi → Katarak tak stabil,


menggembung, hipermatur,
terluksasi
• Kontraindikasi
Membuang lensa dan kapsul secara • Absolut: anak, ruptur kapsul
EKIK (ekstraksi katarak intrakapsular) keseluruhan krn trauma.
• Relatif: miop tinggi, marfan,
morgagni, vitrous ke COA

Membuang nukleus dan korteks Irisan kecil, risiko astigmat rendah,


melalui kapsul anterior lalu menanam tidak dapat pada pasien dengan zonula
EKEK (ekstraksi katarak ekstrakapsular)
IOL lemah

Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2


Irisan sangat kecil, hampir tidak butuh dan 3, subkapsular posterior, awal
SICS (small incision cataract surgery) jahitan kortikalis

Menggunakan ultrasonik untuk


EKEK + fakoemulsifikasi memecah nukleus danmengaspirasi
lensa
RETINOPATI
DIABETIKA

Definition
• Retinal changes seen in patients with diabetes mellitus

Etiopathogenesis
• Diabetes, female sex, poor metabolic control, heredity, pregnancy, hypertension

Classification
• Non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR)
• Mild NPDR
• Moderate NPDR
• Severe NPDR
• Very Severe NPDR
• Proliferative diabetic retinopathy (PDR)
• Diabetic maculopathy
• Advanced diabetic eye disease (ADED)
Gambaran Funduskopi

• Edema retina → karena


kebocoran kapiler
terutama di makula
(macular edema)
• Hard exudate → karena
transudasi plasma
kronis
• Pendarahan retina
→ karena
gangguan
permeabilitas
mikroaneurism
a
• Cotton wool
spots →
nerve
fiber layer retina
Tingkat Keparahan Gambaran Funduskopi

• Mikronaneurisme (≥1) atau perdarahan


Mild Non-Proliferative Diabetic Retinopathy intraretinal
• Hard/soft exudates (+/-)

• Mikroanurisme moderate atau perarahan


intraretinal
Moderate Non-Proliferative Diabetic • Abnormalitas mikrovaskuler intraretinal
Retinopathy ringan
• Hard/soft exudates (+/-)

• Mikroanurisme berat atau perarahan


intraretinal di 4 kuadran
Severe Non-Proliferative Diabetic Retinopathy • Venous beading di 2 kuadran
• Abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1
kuadran

• Mikroanurisme berat atau perarahan


intraretinal di 4 kuadran
Very Severe Non-Proliferative Diabetic • Venous beading di 2 kuadran
Retinopathy • Abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1
kuadran

• Mikroanurisme berat atau perarahan


intraretinal di 4 kuadran
• Venous beading di 2 kuadran
Proliferative Diabetic Retinopathy • Abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1
kuadran
• Neovaskularisasi
RETINOPATI HIPERTENSI

Definition
• Fundus changes occurring in patients suffering from systemic
hypertension
•Pathogenesis
• Vasoconstriction → primary response of the retinal arterioles to
raised bloodpressure
• is narrowing (vasoconstriction) and is related to the severity of
hypertension
• Arteriosclerotic changes → changes in arteriolar reflex and
A-V nipping resultfrom thickening of the vessel wall and are a
reflection of the duration of hypertension
• Increased vascular permeability → results from hypoxia and
is responsiblefor
• hemorrhages, exudates and focal retinal edema
•Ophthalmoscopy Findings
• Acute → hard exudates, retinal edema, cotton wool, flame-
shaped hemorrhages, papilledema
Hypertensive Retinopathy features:

Mild to moderate hypertension:


• Variable degrees of arteriolar narrowing
• Hemorrhages in the retinal nerve fiber layer
“flame-shaped hemorrhages”
• Exudates, including some that fan out around
the center of the macula (“macularstar”)
• Cotton wool spots
• Micro aneurysms

Moderate to severe hypertension:


• In cases of severe hypertension, the retinal
arterioles are much narrower than normal,
and there is edema of the optic nerve head
• Arteriolosclerosis accompanies long standing
hypertension and commonly affects the
retinal and choroidal vessels
• The thickened retinal arterioles become
attenuated, increasingly tortuous, and of
irregular caliber
Modified Scheie
Classification

Klasifikasi
Derajat 1 Penyempitan pembuluh
darah
Derajat 2 Derajat 1 _+ crosiinh
Derajat 3 Derajat 2 + perdarahan
eksudat dan cotton
wool patches
Derajat 4 Derajat 3 + papil edem
STRABISM
US

Definition
• Misalignment of one or both eyes so as the eye (eyes) is not looking
straight at the object of regard.
Binocular Movements
• Versions, also known as conjugate movements, are synchronous
(simultaneous) symmetric movements of both eyes in the same
direction
• Vergences, also called disconjugate movements, are
synchronous and
symmetric movements of both eyes in opposite directions
• Convergence. It is simultaneous inward movement of both
eyes which results from contraction of the medial recti.
• Divergence. It is simultaneous outward movement of both eyes
produced by contraction of the lateral recti.
154
Strabismus
Keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah.

Heterotropia (Strabismus Manifes) Heterophoria (Strabismus laten)

• Penyimpangan sumbu bola • Penyimpangan sumbu


mata yang nyata dimana penglihatan yang tersembunyi
kedua yang masih dapat diatasi dengan
penglihatan tidak berpotongan reflek fusi.
pada titik fiksasi

Hering’s Law :
Pada setiap arah gerakan mata secara sadar terdapat rangsangan yang
simultan (bersama-sama) pada setiap otot luar kedua bola mata yang
seimbang sehingga gerakannya lancar dan tepat
Tes Skrining Strabismus

Tes Cover-Uncover

Tes Hirschberg Tes Bruckner


Kedudukan Bola Mata

Esotropia

Exotropia

Hipertropia

Hipotropia
GANGGUAN SISTEM
LAKRIMAL

Lapisan Air Defisiensi Air Mata


Mata • Kerusakan glandula lakrimalis oleh
inflamasi, neoplasma
• Dapat berupa kongenital atau
akuisital
• Sumbatan duktus sekretorius
• Lesi neurogenik
• Disfungsi glandula Meibom
(banyak pada
org tua)
Defisiensi Musin
• Karena kerusakan sel goblet yg
disebabkan defisiensi vitamin A atau
sikatrik konjungtiva shg xerois
Dari Dalam ke Luar
• Musin → melapisi kornea dan konjungtiva,
dihasilkan sel goblet konjungtiva
• Air → dihasilkan oleh gld lacrimalis, Krause,
dan
Wolfering
• Lemak → berhubungan dengan udara,
mencegah
DAKRIOADENITIS dan DAKRIOSISTITIS

Dakriodenitis Dakriosistis
• Radang pada glandula lakrimalis • Radang pada sakus lakrimalis
• Sering pada anak sebagai komplikasi karena sumbatan duktus
nasolakrimalis, biasanya unilateral
penyakit sistemik seperti morbili, pada
dewasa oleh karena trauma • Manifestasi klinis → epifora,
eksudat, uji regurgitasi+, sakit, merah,
• Manifestasi klinis → nyeri dan nyeri tekan pada daerah nasal
bengkak di orbita bag • Etiologi → S. aureus, S.
temporal pneumoniae,
Candida albicans, H. influenza
XEROPHTHAL
MIA

Definition
• Ocular manifestations of vitamin A deficiency, including not only the structural
changes affecting the conjunctiva, cornea and occasionally retina, but also the
biophysical disorders of retinal rods and conesfunctions

Etiology
• Dietary deficiency of vitamin A
• Defective absorption from the gut

WHO Classifications
• XN Night blindness
• X1A Conjunctival xerosis
• X1B Bitot’s spots
• X2 Corneal xerosis
• X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than one-third corneal surface
• X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than one-third corneal surface.
• XS Corneal scar due to xerophthalmia
• XF Xerophthalmic fundus.
Umur Dosis Sediaan

Terapi < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru


6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
• Artificial tears per 3-4 jam
• Vitamin A pada hari ke 1, 2, dan 15 >12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
merah
DRY EYE SYNDROME
(KERATOKONJUNGTIVITIS SICCA)

 Anamnesis : Mata kering, gatal seperti berpasir,


silauu
 Faktor Risiko :
Usia >40 tahun
• Menopause
• Penyakit sisyemik : sindroma Sjogren, sclerosis,
sistemik progresif, sarcoidosis, leukimia, limfoma
• Pengunngaan lensa kontak
• Penggunaan computer/gadget lama
 Pemeriksaan : mata merah, air mata mengandung
mucus (foamy tears), Tes Schimer <10mm
 Terapi : artificial tear

Anda mungkin juga menyukai