Glandula Moll →
merupakan modifikasi
glandula sudorifera, produk
skekresi adalah air (sweat)
BLEFARITIS
Definisi
Klasifikasi
1. Anterior
• Seboroik/Squamosa
• Ulseratif/Stafilokokal
2. Posterior
Faktor Resiko
Gangguan pada glandula Zeis dan Moll atau glandula Meibom yang
berkaitan dengan dermatitis seboroik
Patofisiologi
Terapi
Patofisiologi
Terapi
• Bersihkan krusta
• Kompres hangat 5 – 10 menit b.i.d atau q.i.d
• Antibiotik topical (basitrasin, eritromisin, atau gentamisin 12x2 tetes
hingga gejala membaik)
• Antibiotik oral (doksisiklin 1x100mg selama 2-4 minggu atau azithromisin
1x500mg selama 5 hari)
Disfungsi Glandula Meibom
Etiologi
Patofisiologi
Terapi
Patofisiologi
Terapi
• Manual removal
• Permethrin 1% shampoo
• Petroleum jelly (Vaseline)
• Lindane 1% (tidak boleh digunakan pada pasien dengan dermatitis
ekstensif, ibu hamil dan menyusui, serta anak di bawah 2 tahun)
• Tea tree oil (TTO) → untuk demodex Cylindrical Dandruff
HORDEOLUM EKSTERNUM
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
• Konservatif
• Injeksi intralesi steroid (triamsinolon 40 mg/ml
sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Ekokleasi kalazion
LASERASI KELOPAK MATA
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Rasa nyeri pada orbita, perdarahan dan bengkak pada kelopak, mata berair
Terapi
Komplikasi
Pterygium/Surfer’s Eye
• Pertumbuhan jaringan fibrovaskular subepitelial berbentuk segitiga pada
jaringan konjungtiva bulbar meliputi limbus hingga kornea
• Etiologi: Respon terhadap factor lingkungan seperti pajanan sinar matahari
(sinar UV), udara panas, angin, dan debu berupa degenerasi elastotik dan
hiperplasi jaringan
• Tanda dan Gejala: Jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga dengan apex
menuju ke arah kornea, dapat unilateral atau bilateral, pada sisi nasal (sebagian
besar) atau sisi temporal
• Terapi: Ekstirpasi pterygium
Derajat Pterygium
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4
Reaksi Konjungtiva
Konjungtivitis Gonokokal
• Etiologi: N. gonorrhea
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, sekret purulen berat, hiperakut (dalam
12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan lnn. preaurikular, edema palpebra,
pseudomembran
• Terapi: Tetes mata kloramfenikol 0.5-1% 1 tetes per jam dengan
1. Ceftriaxon 1 gr IM + Azithromisin 1 gr PO (jk mengenai kornea, rawat inap dan Ceftriaxon
diberikan secara IV setiap 12 / 24 jam)
2. Jika tidak ada / alergi ceftriaxone : gemifloksasin 320 mg PO single dose + Azithromisin 2 gr
PO single dose atau gentamisin 240 mg IM single dose + Azithromisin 2 gr PO
Konjungtivitis Klamidia/Paratrakoma/Adult Inclusion
Conjungtivitis
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serotype D-K
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, riwayat STD (servisitis,
vaginitis dll), sekret mukopurulen, kronis, unilateral, pembengkakan lnn
preaurikular, reaksi folikel di konjungtiva tarsal/bulbar. Temuan di kornea
(umumnya hanya melibatkan tepi kornea) : superficial punctate keratitis, pannus,
marginal infiltrates dll.
• Potensi kebutaan rendah
• Terapi: Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% 4x1 selama 3 minggu DAN
Azithromisin 1 g PO single dose atau Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Trakoma
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serotype A, B, Ba, C
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, tinggal di daerah dengan
sanitasi buruk, sekret mukopurulen, kronis, unilateral, pembengkakan lnn
preaurikular, reaksi folikel di konjungtiva tarsal/bulbar, diffuse papillary
hypertrophy, sikatriks (sikatrik di sulcus subtarsalis : Arlt’s line), trichiasis. Temuan
kornea : pannus, diffuse punctate epithelial erosions, superior limbal depressions
(Herbert’s pits).
• Potensi kebutaan tinggi
• Terapi: Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% 4x1 selama 3 minggu DAN
Azithromisin 1 g PO single dose atau Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Giemsa cytology is microscopic examination of
stained conjunctival scrapings for intracytoplasmic
inclusions. Giemsa cytology is technically
demanding. This test has high specificity but low
sensitivity.
WHO Classification of Trachoma (FISTO)
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis Fliktenularis
• Etiologi: Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-mediated)
terhadap protein bakteri tuberculosis, stafilokokal, atau bakteri
lain
• Tanda dan Gejala: Terdapat nodul keputihan dikelilingi area
hiperemis pada konjungtiva bulbar dekat limbus
• Terapi: Steroid topical (betamethasone atau dexamethasone);
Antibiotik topikal
KONJUNGTIVITIS NEONATAL
/OPHTALMIA NEONATORUM
Definisi
Pemeriksaan
Keluar discharge purulen, mukopurulen atau mucoid dari satu atau kedua mata. Kelopak
mata edema, konjungtiva kemosis.
Profilaksis
• Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% atau solusio silver nitrat 1% segera
setelah lahir
• Injeksi seftriakson 50 mg/kg (max dose 125 mg) IM atau IV pada bayi dari ibu yang
terinfeksi gonokokal
Etiologi
Senyawa kimia, infeksi bakteri (N. Gonorrhea, Clamidia Trachomatis, bakteri lain), infeksi
virus dll.
Senyawa kimia
Infeksi N. Gonorrhoeae
• biasanya muncul dalam 3-4 hari pertama. Mata merah, kemosis, pseudomembran,
discharge sangat banyak, perforasi kornea dan dapat menyebabkan kebutaan.
• Pemeriksaan Gram : DGNI (+).
• Tatalaksana : Irigasi mata, seftriakson 25-50 mg/kgBB IM/IV single dose atau sefotaksim
100-150 mg/kg/hari IV/IM BID atau penicillin G 100 U/kg/hari IV dalam dosis terbagi QID
selama 1 minggu, siprofloksasin atau norfloksasin 10-20 mg/kg/hari IV/IM, salep mata
basitrasin QID.
• biasanya muncul dalam 1-2 minggu pertama (5-14 hari), sifat akut, sekret mukopurulen.
• Pemeriksaan Giemsa : badan inklusi intrasitoplasma basofilik.
• Tatalaksana : eritromisin 50 mg/kgBB PO/IV QID selama 14 hari dan salep mata
eritromisin 0,5% QID selama 3 minggu.
Lain-lain
Etiologi
Terapi
Skleritis
• Etiologi: 50% kasus terkait penyakit sistemik. Sering pada Rheumatoid Arthritis, SLE, ankylosing
spondylitis, IBD, herpes zoster, gout, sifilis, post ocular surgery. Lebih jarang ditemukan pada infeksi
TB, infeksi bakteri lain (pseudomonas dengan ulkus, proteus dengan scleral buckle, lyme disease,
hipertensi, foreign body, parasite dll.
• Tanda dan Gejala: Mata merah gradual, nyeri hingga kepala dan wajah yang seringkali
membangunkan pasien, fotofobia, lakrimasi, pembuluh darah tidak mengecil meskipun diberi
vasokonstrktor seperti fenilefrin 2,5%
• Terapi : NSAID, steroid sistemik , imunosupresive therapy, antibiotic (jika etiologi infeksi), kacamata
atau eye shield (apabila ada resiko penipisan dan perforasi).
Diffuse Anterior Scleritis
inflamasi luas mengenai segmen anterior mata.
Posterior Scleritis
Berawal dari posterior sklera atau perluasan dari skleritis anterior. Terkait dengan
ablasio retina eksudatif, disc swelling, perdarahan retina, choroidal folds, choroidal
detachment, restricted motility, proptosis, pain, tenderness.
2. Mata Merah Visus Turun
Diseases of the Cornea
• Keratitis
Glaucoma
• Anterior Uveitis
Ocular Injuries
• Mechanical Injuries
• Chemical Injuries
• Endophthalmitis
• Panophthalmitis
KORNEA
Etiologi
S. aureus, S. pneumonia, P aeruginosa, Enterobacteriaceae
(membutuhkan adanya kerusakan epitel kornea terlebih
dahulu); N. gonorrhea, N. meningitidis, C. dyphteriae (dapat
menginvasi kornea intak)
Pemeriksaan Penunjang
Sampel kerokan kornea (corneal scrapping), pewarnaan Gram,
Giemsa, dan acid-fast stain, kultur pada blood agar untuk
organisme aerobik Marginal ulcer
TERAPI KERATITIS BAKTERIAL
Siklopegia
Kortikosteroid topikal
Antibiotik
Terapi tambahan
Reaksi COA :
flare, cell, fibrin,
hipopion,
sinekia dll
Keratitis Viral
Etiologi
Terapi
Riwayat minor trauma terutama terkena vegetable matter (e.g., tree branch),
riwayat tidak membaik dengan antibiotik, menggunakan kontak lensa dll.
Etiologi
Tanda
• Lesi satelit kecil multiple di sekitar lesi utama, dapat ditemui cincin kekuningan
steril (pertemuan antara antigen dengan antibody)
• Fillamentous : Opasitas kornea (infiltrate) dengan lkus putih keabu-abuan
dengan tepi meninggi, feathery finger-like extensions.
• Nonfillamentous : Opasitas kornea (infiltrate) mirip dengan ulkus bakteri.
Laboratorium
Terapi
Suspensi mata natamycin 5% 1 tetes per 2 jam (fusarium, aspergillus), Tetes mata
amphotericin B 1.5% 1 tetes per jam (candida), antijamur oral (ulkus dalam,
curiga endoftalmitis), debridemen epitel (untuk penetrasi antifungal topikal),
siklopegia.
Keratitis Protozoa
Overview
Etiologi
Acanthamoeba
Gejala dirasakan sangat nyeri, walaupun lesi tampak minimal, fotofobia dll.
Awal lesi ditemukan tampakan pseudodendritik epitelium, opasitas epitel
dan subepitel halus dan berjalan radial sepanjang corneal nerves (radial
keratoneuritis). Setelah 3-8 minggu dapat ditemukan ring-shaped lesion
sentral atau parasentral yang dalam stadium lanjut akan membentuk abses
Terapi
Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang ditandai dengan adanya perubahan spesifik pada
diskus optikus dan defek lapang pandang irreversible yang seringkali namun tidak selalu
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (IOP)
Etiologi
Klasifikasi
Glaucoma Glaucoma
Established
Glaucoma
Low Tension
Glaucoma
Terminologi
Pathogenesis
Manifestasi Klinis
Gejala
Tanda
Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi Okuli
• Peningkatan IOP (>21 mmHg) TANPA glaucomatous optic disc dan
perubahan lapang pandang
• Terapi: high-risk factors (reduce IOP by 20%); no high risk factors
(treatment is not required till glaucomatous damage is documented)
Gejala
Tanda
Pemeriksaan Penunjang
Terapi Awal
Terapi lain
Exfoliative Penyakit sistemik krn adanya material eksffoliasi putih-keabuan yg Asimptomatik pd awal. Tampak material ptih-abu pd
glaucoma terdeposit di lensa, iris, eptiel siliar, dan trabecular meshwork. tepian pupil.
Phacogenic PHACOLYTIC GLAUCOMA Nyeri unilateral, visus LP atau NLP, fotofobia, nyrocos,
glaucoma Krn ada material lensa yg keluar dr lensa (katarak hipermatur) → katarak matur/hipermatur, edema kornea, cell and flare
menyumbat trabekula → TIO↑ pd COA.
LENS PARTICLE GLAUCOMA Nyeri, visus turun, merah, nyrocos, fotofobia, material
Krn ada material yg mengobstruksi aliran akuos stlh trauma atau putih di COA.
operasi mata
PHACOANAPHYLAXIS GLAUCOMA Idem, riwayat uveitis
Chronic granulomatous uveitis in response to lens material
liberated by tauma or intraocular surgery → keluarnya material
lensa → proses imunologis → sel2 inflamatoris mengelilingi
material lensa → obstruksi trabekula
PHACOMORPHIC GLAUCOMA Idem, sudut tertutup
Katarak intumesen (menggelembung) → menutup sudut →
pupillary block
Inflammatory Uveitis (anterior, intermediate, posterior, panuveitis), Nyeri, visus turun, fotofobia, TIO naik, inflamasi pd
open-angle keratouveitis, post trauma, intraocular surgery COA.
glaucoma
Steroid- Riwayat penggunaan steroid lama (terutama topikal, periokular, TIO meningkat, tanda2 POAG
induced intravitreal) → TIO meningkat krn aliran kurang lancar
glaucoma
PROSEDUR OPERASI GLAUKOMA
Iridectomy (membuang sebagian dari jaringan iris)
• Untuk semua stages dari glaukoma primer sudut tertutup (akut atau kronik)
• Untuk profilaksis pada fellow eye dari glaukoma sudut tertutup
• Untuk semua stages dari glaukoma primer sudut tertutup (akut atau kronik)
• Untuk profilaksis pada fellow eye dari glaukoma sudut tertutup
Trabeculectomy
(membuang sebagian trabecular meshwork)
• Glaukoma primer sudut tertutup dengan sinekia anterior mencakup lebih dari
setengah sudut
• Glaukoma primer sudut terbuka yang tidak terkontrol dengan pengobatan
• Glaukoma kongenital dan developmental dimana trabeculotomy dan
goniotomy gagal
• Glaukoma sekunder dimana pengobatan tidak efektif
Trabeculoplasty
(membuat modifikasi di trabecular meshwork dengan laser)
Glaukoma sudut terbuka yang tidak terkontrol dengan baik dengan pengobatan
UVEAL TRACT
UVEITIS
Definisi
Klasifikasi
1.Anatomi
• Uveitis anterior (iridosiklitis) → peradangan pada iris hingga pars plicata corpus
siliaris
• Uveitis intermediate (pars planitis) → peradangan pada pars plana corpus siliaris
hingga bagian tepi retina
• Uveitis posterior → peradangan pada koroid (koroiditis)
• Panuveitis → peradangan dari keseluruhan jaringan uvea
2.Klinis
• Uveitis akut → durasi gejala 6 minggu – 3 bulan
• Uveitis kronik → durasi gejala lebih dari 3 bulan
3.Patologis
• Uveitis supuratif
• Uveitis non-supuratif (Wood’s Classification)
➢Uveitis non-granulomatosa
➢Uveitis granulomatosa
UVEITIS ANTERIOR / IRIDOSIKLITIS / IRITIS
GEJALA
TANDA
• Edema palpebra
• Corneal signs → edema kornea, keratic precipitate (KP), opasitas
kornea posterior Miosis Injeksi silier
• Anterior Chamber signs → aqueous cells, aqueous flare (Tyndal
phenomenon), hypopyon, hifema, perubahan kedalaman dan
sudut anterior chamber
• Iris signs → perubahan pola normal dan warna iris, iris nodules
(Koeppe’s nodules, Busacca’s nodules), sinekia posterior,
neovaskularisasi iris (rubeosis iridis)
• Pupillary signs → pupil miosis, ireguler, ektropion, hilangnya
reflex pupil, occlusio pupillae
TERAPI
• Topikal
✓Kortikosteroid (dexamethasone 0,1%, betamethasone,
hidrokortison, prednisolone 1%)
✓Mydriatic-cyclopegic drugs (atropine sulfat, siklopentolat)
• Injeksi Tissue plasminogen activator (TPA).
• Injeksi Steroid regional, intraocular.
• Steroid sistemik.
• NSAID.
large ‘mutton fat’
keratic precipitates
Keratic Precipitates
• Non-spesifik
✓Kortikosteroid topical dan sistemik
✓Immunosupresan
• Spesifik
✓Terapi penyebab (toxoplasmosis, tuberculosis, sifilis)
Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai pada mata. Pada umumnya bersifat ringan, pada
beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa
Manifestasi Klinis
Nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia
*)
• Batasi aktifitas.
• Menggunakan protective eye shield (membantu cegah cahaya masuk → cegah corneal blood
staining).
• Apabila beristirahat, posisi kepala tinggikan minimal 300.
• Siklopegia (mencegah gerakan struktur intraocular, secluded pupil, sinekia posterior dan
spasme silier yang biasa menyertai iritis) : Atropine sulfat 1%
• Topikal steroid (mencegah inflamasi, sinekia posterior dan sinekia anterior perifer,
menurunkan angka rebleeding) : Prednisolon asetat 1% atau Dexamethasone sodium
phosphate 0,1%.
• Analgetik ringan : Acetaminofen. Hindari NSAID.
• Antimual : Prochlorperazine, ondansetron dll.
• Topikal : kombinasi topikal beta blocker (Timolol maleat 0,5%) dan alfa agonis (Brimonidine
tartrate 0,2%).
• Sistemik (agen hiperosmotik untuk kurangi TIO parah jangka pendek) : Oral isosorbide 45%,
oral glycerin 50% atau IV mannitol 20%.
Metode
Etiologi
Pemeriksaan Penunjang
Trauma Basa
• Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses saponifikasi,
disertai dengan dehidrasi
• Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina
dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
• Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
• Bahan kimia bersifat basa → NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan
pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner,
lem, cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.
Tatalaksana Emergensi
Tatalaksana Medikamentosa
ETIOLOGI
GEJALA GEJALA
• Mata merah, nyeri, lakrimasi, fotofobia, • Nyeri mata berat, nyeri kepala,
dan penurunan visus Biasa terjadi penurunan visus berat (NLP), epifora,
dalam 7 hari post-operasi intraocular secret purulent, gejala sistemik lain
TANDA TANDA
• Palpebra → edema dan hiperemis
• Konjungtiva → kemosis dan kongesti • Palpebra → edema dan hiperemis
sirkumkornea • Konjungtiva → kemosis, injeksi siliar
• Kornea → edema, berkabut dan konjungtiva
• Anterior chamber → hypopyon • Kornea → edema dan berkabut
• Iris → edema dan berkabut
• Anterior chamber → penuh
• Pupil → berwarna kekuningan akibat eksudasi
pada vitreous hypopyon
• Vitreous → eksudasi, tampak massa • Tekanan intraocular → sangat
keputihan dibalik pupil yang terdilatasi meningkat
(amaurotic cat’s-eye reflex)
• Gerakan bola mata → terbatas,
• Gerakan bola mata → masih dapat
digerakkan
nyeri saat digerakkan
• Gejala sistemik → relative ringan • Gejala sistemik → berat
TERAPI
KETERANGAN
The removal of the eye's contents, leaving
the scleral shell and extraocular muscles
intact.
Indications. These include: panophthalmitis,
expulsive choroidal haemorrhage and
bleeding anterior staphyloma.
the removal of the eye that leaves the eye
muscles and remaining orbital contents
intact.
Indications. These include:
ocular tumors, in eyes that have suffered
severe trauma, and in eyes that are otherwise
blind and painful
The total dioptric power of the eye is about +60 D out of which about +44 D
is contributed by cornea and +16 D by the crystalline lens.
TEORI AKOMODASI
Mata Emetrop
Teori Helm-Holtz
Pseudophakia The situation in which the natural lens of an eye has been
replaced with a plastic implant lens located at
approximately the position previously occupied by the
natural lens
MIOPI
Titik fokus Etiologi Manifestasi Komplikasi Koreksi
Di depan • AKSIAL: aksis AP >> (makroftalmos, • Penglihatan dekat • Ablasio Lensa sferis
retina membaca terlalu dekat, wajah baik retina negatif terkecil
lebar) • Penglihatan jauh • katarak yang
• KURVATURA: keratokonus/globus, jelek memberikan
keratektasia, lensa terlalu cembung, visus terbaik,
• Miopi tinggi →
katarak imatur miopi tinggi
bola mata lbh
diberikan
• INDEKS BIAS → kadar gula tinggi menononjol, COA
pengurangan 2/3
sehingga indeks bias meningkat lebih dalam, pupil
koreksi penuh.
• POSISI: lensa terlalu ke depan lebar, fundus
trigroid
Miopia secara klinis 1. Simpleks/Developmental : eror fisiologis, tidak terkait
penyakit, kelainan fundus ringan, <6D
2. Patologis/Degeneratif/Maligna/Progresif : adanya
progresifitas kelainan fundus yang khas, >6D
+6 +5 +2 0
Total
Fakultatif
Absolut
Laten
Manifest
=
Nilai hipermetropia Fakultatif HIPERMETROPIA
yang secara normal
dikoreksi oleh tonus
otot siliaris.
+ • Absolut : komponen
hypermetropia yang tidak
bias dikoreksi dengan
TOTAL
Kemampuannya akomodasi
berkurang seiring usia. • Fakultatif : komponen
hypermetropia yang bisa
dikoreksi dengan akomodasi
ASTIGMATISME
Titik fokus Etiologi Manifestasi Komplikasi Koreksi
Berbagai derajat • Kelainan kornea (90%) • Mata kabur saat Risiko ambliopia Menyatukan kedua
refraksi pada • Perubahan lengkung melihat jauh dan fokus utama (dengan
berbagai kornea dekat lensa silinder),
meridian shg • Obyek kemudian kedua fokus
• Kelainan lensa
fokus jg membayang, yang sudah bersatu tsb
bermacam2 • Kekeruhan lensa diletakkan tepat di
(ex.katarak insipien, • Astenopia
retina (dengan lensa
imatur) sferis).
Reguler mempunyai 2 meridian saling tegak lurus
Astigmatisma
Irreguler mempunyai 2 meridian tidak saling tegak lurus
PP jauh shg Keadaan fisiologis → • Penglihatan dekat - Sferis positif sesuai umur
pekerjaan dekat lensa mengeras, tdk kurang • 40 tahun adisi S+1D,
sulit kenyal, daya kontraksi • Astenopia • 45 tahun adisi S+1,5D,
otot siliar berkurang
• Mata sakit • 50 tahun adisi S+2D,
• Lakrimasi • 55 tahun adisi S+2,5D,
• ≥ 60 tahun adisi S+3D
Ilustrasi Soal
1. Wanita 45 thn, sulit membaca (buku hrs
dijauhkan). VOD 6/15 dikoreksi S+2.00D jadi
6/6, VOS 6/9 dikoreksi S+1.00D jadi 6/6.
OD S+2.00 OS S+1.00
S+3.50 S+2.50
ATAU OD S+2.00 OS S+1.00 adisi S+1.50 ODS
OD S-1.00 OS S-0.50
S+0.50 S+1.00
ATAU OD S-1.00 OS S-0.50 adisi S+1.50 ODS
AMBLIOPIA / LAZY EYE
Definition
Pathogenesis
Deprivational Amblyopia
Disebabkan karena kurangnya stimulus pada retina. Biasanya
disebabkan gangguan pada axis penglihatan, seperti adanya Anak dengan koreksi
ambliopia dengan patch
katarak, ptosis, hemangioma atau terapi patch yang berlebihan dapat
berlebihan pada ambliopia (reverse amblyopia). sebabkan ambliopia.
ASTENOPIA / EYESTRAIN
DEFINISI
ETIOLOGI
Classifications
• Etiology
1. Congenital and developmental cataract
2. Acquired cataract :
a) Senile,
b) Traumatic,
c) Associated with comorbidities/syndromes (DM,
galactosemia, hypocalcemia, myotonic dystrophy, as a
result of ocular disease (complicated cataract)),
d) Drug induced (glucocorticoid, miotics, intoxications)
e) Physically related conditions (radiation (Xray,
radioactive), infrared radiation (glassbower and glass
worker cataract))
f) Posterior capsule opacification/secondary cataract
• Morphology → capsular, subcapsular, cortical,
supranuclear, nuclear, polar.
BEBERAPA CONTOH KATARAK
KATARAK DIABETIKA
KATARAK TRAUMATIKA
• Vossius ring : Trauma tumpul sebabkan pigmen iris menempel pada Vossius ring Cataract
permukaan anterior lensa. Akan menghilang seiring waktu.
• Traumatic cataract : Trauma tumpul sebabkan opasifikasi lensa
(acute atau late). Dapat ditemukan opasifikasi stellate atau rosette-
shaped (rosette cataract).
CORTICAL CATARACT
Mekanisme: Perubahan komposisi ion dan hidrasi pada
korteks lensa
Onset: 40-60 tahun
Gejala:
• Glare (silau) -> merupakan gejala dominan
• Penurunan penglihatan jauh dan dekat
KATARAK SENILIS
Definisi
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun
Epidemiologi
Etiologi
Gejala
Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang
Penyulit
Glaukoma, uveitis
Tatalaksana
Katarak Morgagni :
Bentuk katarak hipermatur
dimana korteks mengalami
liquefaksi dan nucleus jatuh ke
Katarak matur©Bimbel UKDI MANTAP dasar kantung kapsul.
TERAPI PEMBEDAHAN KATARAK
Metode Cara Keterangan
SICS (small incision cataract Irisan sangat kecil, hampir tidak Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2 dan 3,
surgery) butuh jahitan subkapsular posterior, awal kortikalis
Etiopathogenesis
Classification
Pathogenesis
Ophthalmoscopy Findings
Risk Factors
Clinical Features
Primary pigmentary retinal dystrophy, a hereditary disorder predominantly affecting the rods more
than the cones
Inheritence
Most common mode is autosomal recessive, followed by autosomal dominant. X-linked recessive is
the least common
Clinical Features
Terganggunya keduduan lensa dari posisi normal oleh karena rupture sebagian atau total dari
zonula lentis
Klasifikasi
•Klinis-etiologis
✓Congenital displacement
a. Simple ectopia lentis → displacement is bilaterally symmetrical and usually upwards
b. Ectopia lentis et pupillae → displacement of the lens associated with slit-shaped pupil
which is displaced in the opposite direction
c. Ectopia lentis with systemic anomalies
✓Traumatic displacement
✓Consecutive or spontaneous displacement
•Topografis
✓ Subluxation → rupture parsial atau regangan zonula yang tidak sama → pergeseran lensa,
tetap berada di belakang pupil.
✓ Dislocation/luxation → rupture total zonula → COA (luksasi anterior) atau vitreus (luksasi
posterior)
Manifestasi Klinis
Komplikasi
Terapi
Klasifikasi
Faktor Risiko
Manifestasi Klinis
Pathogenesis
Etiologi
Manifestasi Klinis
Etiologi
Manifestasi Klinis
Major symptoms
Note: Symptoms peak several days to weeks after onset, while symptoms
failing to improve after 8 weeks should suggest a diagnosis other than optic
neuritis
PAPILEDEMA
Definition
Etiologi
Manifestasi klinis
Tanda
Terlepasnya membrane vitreous dari retina. 8-10 % PVD memiliki retinal break.
• Light flashes (fotopsia), floater (seperti “cobweb”, “bug” atau “spot”) yang berubah posisi.
• Tanda : Weiss Ring (cincin) atau broken ring, shafer sign/tobacco dust (menunjukan adanya
kerusakan retina).
PERDARAHAN VITREUS
Definisi
Perdarahan intravitreal atau preretinal oleh karena pecahnya pembuluh darah retina
Etiologi
Gejala
Tanda
Terdapat perdarahan pada vitreous cavity, red fundus reflex akan negatif (apabila
perdarahan parah), disertai kelainan fundus sesuai dengan etiologinya
Terapi
Xeroftalmia
Color Blindness
Retinoblastoma
strip filter paper diletakan di 1/3 lateral tepi kelopak mata bawah setelah
mengeringkan fornix inferior. Setelah 5 menit, ukur berapa mm produksi air mata.
• Tes Schrimer I : tanpa anestesi → mengukur reflex tearing.
• Tes Schrimer II : tanpa anestesi, dilakukan setelah stimulasi nasal → berkurang di
Sjögren’s syndrome dibandingkan non-Sjögren’s syndrome.
• Tes Schrimer dengan anesthesia : mengukur sekresi air mata basal.
Pemeriksaan Lain
Hering’s Law :
Pada setiap arah gerakan mata secara
sadar terdapat rangsangan yang simultan
(bersama-sama) pada setiap otot luar
kedua bola mata yang seimbang sehingga
gerakannya lancar dan tepat
Tes Skrining Strabismus
(Left esophoria)
Tes Cover-Uncover
Definition
Etiology
WHO Classifications
• XN Night blindness
• X1A Conjunctival xerosis
• X1B Bitot’s spots
• X2 Corneal xerosis
• X3A Corneal ulceration/keratomalacia <1/3 corneal surface
• X3B Corneal ulceration/keratomalacia >1/3 corneal surface
• XS Corneal scar due to xerophthalmia
• XF Xerophthalmic fundus.
Umur Dosis Sediaan
Terapi < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
• Artificial tears per 3-4 jam 6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
• Vitamin A pada hari ke 1, 2, dan 15 ≥12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
merah
BUTA WARNA
Color blindness can happen when one or
more of the color cone cells are absent,
not working, or detect a different color
than normal.
1. Uji anomaloskop
terdiri dari test plate yang bagian bawahnya
berwarna kuning yang dapat disesuaikan
kontrasnya. Pasien berusaha mencocokkan bagian
atas sampai berwarna kuning dengan mencampur
warna merah dan hijau
3. Uji Holmgren
menggunakan gulungan benang wol dan meminta
pasien mencocokkan atau menemukan warna yang
sesuai dengan contoh warna yang diberikan
4. Uji Ishihara
menentukan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna. Uji ini dilakukan
untuk mendeteksi buta warna merah-hijau. Baik
protan (buta warna merah) atau deutan (buta
warna hijau)
2 dari 3 sel konus gagal. Terdiri dari red cone
CONE monochromacy, green cone monochromacy,
dan blue cone monochromacy.
MONOKROMASI
ROD
XXX
PROTANOPIA
X
BUTA WARNA
(INHERITED)
DIKROMASI DEUTERANOPIA
X
Buta Warna :
Merah/Hijau
protanopia
TRITANOPIA
X
protanomali PROTANOMALI
deuteranopia
deuteranomali
TRIKROMASI DEUTERANOMALI
Biru/Kuning
tritanopia
tritanomali TRITANOMALI
RETINOBLASTOMA
Definisi
Pemeriksaan Histopatologi
Small round cells with large nuclei resembling the cells of the nuclear layer
of the retina, Flexner-Wintersteiner rosettes, Homer-Wright rosettes,
Pseudorosettes Fleurettes.
Gambaran Klinis
Jaeger’s chart
Interpretation
Tes Placido
Tes dengan menggunakan piringan dengan lingkaran berwarna
hitam putih, digunakan untuk menilai rata tidaknya dan kurvatura
permukaan kornea
Tes Fluoresin
Untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Kertas fluoresin
dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian
diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu
penderita diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup
matanya selama 20 detik, kemudian kertas diangkat. Defek kornea
akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji fluoresin
positif.
Tes Seidel
Untuk mengetahui adanya perforasi kornea, dengan cara setelah
fluoresin menempel pada kornea dilakukan sedikit penekanan
kornea. Apabila ada lubang kornea maka fluoresin terencerkan oleh
akuos yg keluar shg tampak sebagai suatu aliran
NAMA TES DAN TUJUAN
Tes Anel
Uji patensi saluran lakrimalis dengan cara memasukkan jarum
tumpul ke punctum lakrimal ke dalam sakus lakrimal, kemudian
larutan garam fisiologis disemprotkan. Tes Anel + bila ada rasa asin
di tenggorokan dan Tes Anel – bila tidak ada asing (ada gangguan
patensi).
Tes Regurgitasi
Dilakukan dengan cara menekan saccus lakrimalis dan melihat ada
tidaknya secret yang keluar dari saccus tersebut. Tes positif
(terdapat secret yang keluar) pada dacriosistitis.
Tes Schirmer
Untuk memeriksa produksi air mata, dengan cara menyisipkan
kertas saring di fornix inferior kemudian tunggu 5 menit. Normalnya
produksi air mata minimal 10 mm dari pangkal kertas saring basah
oleh air mata.
NAMA TES DAN TUJUAN
Tes Hirschberg
A screening test that can be used to assess whether a person has
strabismus (ocular misalignment). Performed by shining a light in
the person's eyes and observing where the light reflects off the
corneas. When doing the test, the light reflexes of both eyes are
compared, and will be symmetrical in an individual with normal
fixation.
Tes Tonometri
Menilai tekanan intraocular.
Tes Goniometri
Menilai sudut iridokornealis.
Tes Perimetri
Menilai lapang pandang.
Tes Shadow
Utk mengetahui stadium katarak. Apabila lensa belum keruh
seluruhnya, ketika disinari menggunakan senter dari depan bola
mata dengan sudut ± 45o, sinar akan dipantulkan dan mengenai iris
sehingga terbentuk bayangan iris pada pupil yang terlihat seperti
bulan sabit. → shadow test (+).