Kromatografi adalah
Tahun
1903
Tsweet
mencoba memisahkan
pigmen – pigmen dari
daun dengan
menggunakan suatu
kolom yang berisi kapur
Starkensen berhasil
menjerat α-amilasi
Tahun 1910 dengan pati yang tidak
larut
Kromatografi afinitas
mulai dikembangkan Tahun 1968
oleh Cuatrecases
Kromatografi afinitas
adalah metode pemisahan
campuran biokimia
berdasarkan interaksi
spesifiknya, misalnya
antara antigen dan
antibodi, enzim dan
substrat, atau reseptor dan
ligan .
Pemurnian dengan teknik kromatografi
afinitas disebut pemurnian satu tahap (one
step purification). Dalam proses pemurnian
satu tahap menggunakan kromatografi
afinitas diperlukan interaksi spesifik antara
protein rekombinan dengan suatu ligan
Prinsip kromatografi afinitas adalah
pengikatan spesifik ligan dan reseptornya.
Jadi dalam kromatografi afinitas minimum
harus ada 2 senyawa yang berikatan
spesifik.
Kromatografi afinitas paling banyak
digunakan untuk pemurnian protein
rekombinan.
Di
siapkan kolom afinitas dengan matriks dan ligan
yang sesuai
SampelProtein dimasukkan ke kolom dan protein
akan melalui saringan matriks afinitas manik-manik.
Proteinberinteraksi dengan afinitas ligan dengan
beberapa protein yang mengikat dengan erat,
longgar dan tak berikatan
proteinyang tidak mengikat akan tercuci oleh
buffer aplikasi.
protein yang mengikat di cuci dengan buffer elusi
protein
elusi yang mengikat erat ligan dan
mengumpulkan protein murni penting
Memurnikan dan
memekatkan
larutan enzim
Mengurangi
jumlah bahan
dalam suatu
campuran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kolom
2. Difusi Molekuler:
terutama dalam fase gas, dimana molekul
cuplikan dapat bergerak dalam arah yang
salah yang disebabkan oleh difusi eddy
15
3. Kesetimbangan yang lambat
beberapa molekul tetap tinggal lama, sedangkan
lainnya hanya sebentar dalam fase diam. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan suhu yang kecil (GLC)
16
Pelebaran pita dan efisiensi kolom
Pemisahan puncak puncak itu berhubungan dengan 2
faktor:
1. Efisiensi kolom: pelebaran puncak merupakan hasil
dari bentuk kolom dan kondisi operasional.
2. Efisiensi Pelarut (Faktor selektifitas): Hasil dari
interaksi antara komponen dengan fase diam, hal ini
menentukan kedudukan relatif dari jalur jalur
komponen pada sebuah kromatogram.
17
1. Efisiensi Kolom
Diukur sebagai jumlah pelat teoritis N, Height
equivalent of a theoritical plate (HETP) = ketinggian
ekivalen terhadap pelat teoritis.
HETP = H = L / N
N = jumlah pelat teoritis dari suatu kolom
L = panjang kolom
Efisiensi kolom tergantung pada:
Pelarut = fase diam
Zat terlarut = komponen
Suhu
Kecepatan aliran dari gas pembawa
Ukuran dari komponen
18
Banyak faktor yg mempengaruhi N atau HETP,
tetapi secara kuantitatif teori yg menyatakan
pengaruh tsb sangat sukar.
19
TEORI PELAT – N
Konsep tentang pelat adalah imajisi, karena suatu
kolom tidak memiliki pelat pelat. Tetapi merupakan
gambaran dari partikel partikel yang tertarik/ terikat
fase cair.
Dasar teori pelat adalah Distribusi
Kesetimbangan dari pemisahan komponen terjadi
diantara fase diam dan fase gerak yang terjadi didalam
pelat.
Komponen bergerak kebawah kolom oleh transfer pada
fase gerak yg disetimbangkan dari satu pelat ke pelat
yang berikutnya.
20
Substitusi hub tsb dengan pers diatas
W Atau WL
4 L
tR 4t R
21
Pengaruh kecepatan alir fase gerak:
pelebaran pita tergantung pada lamanya waktu
fase gerak yang kontak dengan fase diam.
22
Dari gb tsb keduanya menunjukkan tinggi pelat
minimum / efisiensi max, terjadi pada kec alir yg
rendah.
Kolom pada GC panjangnya dapat mencapai 50 m atau
lebih, sedangkan kolom pada cair dapat lebih panjang
dari 25 – 50 cm, sebab tetesan sepanjang kolom
tekanannya cukup tinggi.
Jumlah pelat N pada GC lebih banyak dari pada LC
Pengaruh ukuran diameter partikel : efisiensi kolom
bertambah dengan berkurangnya ukuran partikel
packing kolom, yaitu berupa lapisan yg tipis ( fase diam
cairan yg diadsorb pada padatan) dan viskositas fase
gerak yg rendah.
Pengaruh temperatur : kenaikan temperatur juga
mengurangi pelebaran pita.
23
24
Teori laju / kecepatan.
Dikembangkan oleh van Deemter
Teori pelat diasumsikan bahwa kolom secara matematik
ekivalen dengan pelat kolom.
Kesetimbangan zat solut terjadi antara fase gerak dan
fase diam untuk setiap pelat dan dapat memprediksi
beberapa aspek dari bentuk kromatografi
Teori pelat mengabaikan konsep difusi solut dan jejak
aliran.
Teori laju dapat memprediksi pengaruh pada beberapa
faktor dari bentuk kolom seperti: sifat fase, difusivitas
solut, koef partisi, kec. Fase, ketebalan fase, ukuran
dan porositas padatan pendukung, dan kec. Alir.
25
Persamaan deferensial partial dari van Deemter untuk
isoterm linier dihasilkan dalam fungsi konsentrasi
effluent.
26
27
28
Faktor Selektivitas
Faktor selektivitas merupakan relative komponen
diantara fasa diam dan fasa gerak. Faktor
selektivitas antara dua komponen antara A dan B
dapat dinyatakan dengan rumus
KB = koefisien partisi komponen B yang sukar
terelusi
KA = koefisien partisi komponen A yang mudah
terelusi
Resolusi (R)
adalah pemisahan nyata antara dua puncak yang
berdekatan.
RS = 2 d/ (wa + wB )
= 2 [(tR)A – (tR)A] / (wA + wB)
30
31
Pengaruh faktor kapasitas dan selektifitas pada resolusi dari gambar
diatas untuk solut A dan solut B, maka resolusinya:
2
1 k
2 '
N 16 R 2
'
N 1 k B'
B
1
S
RS kB
4 1 k B'
Dimana k’B adalah faktor kapasitas dari spesies yg bergerak lebih lambat,
α adalah faktor selektifitas.
2
1 k
2 '
N 16 R 2
' B
1
S
kB
32
Pengaruh resolusi pada waktu retensi
Kromatografi berhasil dengan baik jika memungkinkan
resolusinya paling tinggi dan waktu retensinya singkat.
Pengaruh resolusi pada waktu retensi adalah:
t R B
16 R H 1 k
2
S
2
' 3
B
1 k B'
2
33
I. Judul : Sistem Kromatografi Afintas Secara
Paralel Untuk Pemurnian Dari Sampel
Protein Rekombinan
II. Tujuan : untuk memurnikan dan
menentukan kadar protein dengan cara
kromatografi afinitas dan
spektrofotometri.
III. Metode : kromatografi afinitas dan
spektrofotometri.
METODE PENELITIAN
Prosedur pemurnian : Selang
kecil dan
Sampel/protein penjepit
kolom reservoir
(resin)
Pengujian
Biokimia dari protein yang telah
dimurnikan (penentuan kadar)
protein
SPEKTROFOTOMETRI
CBB
Hasil
Sebanyak 24 sampel yang protein yang
dimurnikan dengan metoda kromatografi
afinitas, namun yang dapat diuji untuk
penentuan kadar protein murninya hanya 18
sampel. Berdasarkan 18 sampel yang diuji
tersebut dengan menggunakan spektrofotometer
menghasilkan nilai serapan tertinggi pada
panjang gelombang 280 nm.
Sherman, J., Bernard, F., 1996, Hand book of
Thin-Layer Chromatography, Second ed.,
Marcel Dekker INC, New York.
Grob, R.L., 1995, Modern Practice of Gas
Chromatography, 3rd edition, John Wiley &
Sons INC, New York.
Neue, U.D.,1997, HPLC Columns. Theory
Technology and Practice, John Wiley & Sons
INC, New York.
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., Schwarting, A.
E., 1985, Introduction to Chromatography,
Holden-Day INC, Oakland, USA.