Anda di halaman 1dari 47

REFERAT

LESI PADA BATANG OTAK

Dina Wulandari, S.Ked


FAB 117 023

Pembimbing :
dr. Hygea Talita P Toemon, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF NEUROLOGI


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/PSPD UNPAR
PALANGKA RAYA
OKTOBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN

 Lebih dari 80% perdarahan intraserebral spontan terjadi di hemisfer

serebri, selebihnya terletak di intratentorial dalam pons atau cerebellum.

 Perdarahan pada batang otak jarang terjadi dibandingkan dengan

perdarahan intraserebral supratentorial.

 tetapi pada 50% dari perdarahan infratentorial terjadi di batang otak.

 manifestasi klinik mulai dari defisit neurologis focal hingga penderita

mengalami koma bahkan mengakibatkan kemantian.


BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 DEFINISI BATANG OTAK
Batang otak (brainstem) adalah struktur padat dengan
nuklei saraf kranial, fasikula saraf dan traktus asenden dan
desenden.

Batang otak terbagi menjadi beberapa bagian yakni:


 a) Mesensefalon
 b) Pons
 c) Medulla oblongata
Anatomi Batang Otak
Anatomi Suplai Darah Pada
Mesensefalon
Anatomi suplai darah pada pons
Anatomi suplai darah pada
medulla oblongata
2.2 GANGGUAN BATANG OTAK

Perfusi inadekuat untuk region batang otak tertentu


dapat terjadi secara transien (misalnya, iskemia transien
pada subclavian steal syndrome) atau permanen yang
menyebabkan nekrosis jaringan, misalnya infark batang
otak.
Kumpulan Sindroma Batang Otak
SINDROMA SINDROMA PONS SINDROMA
MESENSEFALON MEDULLA
OBLONGATA

 Sindrom Weber  Sindrom Foville-  Sindrom Lateralis/


 Sindrom Benedict Millard Gubler Wallenberg
 Tegmentum pontis  Sindrom Dejerine
kaudale
 Tegmentum pontis
orale
 Basis pontis
kaudalis
 Basis pontis bagian
tengah
2.2.1 Sindrom Weber (Sindrom Pedunkulus Serebri)

Definisi

Sindrom Weber merupakan suatu kumpulan gejala


klinis dan tanda yang meliputi kelumpuhan nervus
okulomotorius (N.III) ipsilateral, hemiparesis spastik
kontralateral, rigiditas parkinsonism kontralateral (substansia
nigra), distaksia kontralateral (traktus kortikopontis) serta
adanya defisit saraf kranialis yang kemungkinan disebabkan
adanya gangguan pada persarafan supranuklear pada nervus
VII, IX, X dan XII.3
Etiologi

 Penyumbatan pada pembuluh darah

 Insufisiensi perdarahan yang mengakibatkan lesi pada


batang otak.

 Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik

 Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus serebri.

 Stroke (hemoragik atau infark) di pedunkulus serebri.

 Hematoma epiduralis.
Manifestasi Klinis
KERUSAKAN STRUKTUR EFEK
Substansia nigra Kontralteral parkinsonism
Serabut kortikospinalis Kontralateral hemiparesis
Traktus kortikobulbaris Kerusakah pada otot-otot wajah bagian
bawah yang kontralateral dan fungsi
nervus hipoglosus (N.XII)

Serabut nervus okulomotorius (N.III) Kelumpuhan nervus okulomotorius


ipsilateral yang menyebabkan kelopak
mata terkulai dan pupil yang melebar.
Hal ini menyebabkan diplopia.
2.2.2 Sindrom Benedickt

Definisi

Sindrom Benedickt merupakan sindrom neurologi


paralisis nervus okulomotorius (N.III) karena trauma pada
N.III dan nukleus ruber. Adanya gangguan sensasi raba,
posisi, getar kontralateral serta diskriminasi dua titik
(keterlibatan lemniskus medialis); hiperkinesia kontralateral
(tremor, korea, atetosis) akibat keterlibatan pada nukleus
ruber; rigiditas kontralateral (substansia nigra).
Etiologi
Adanya lesi pada nukleus ruber dan nervus okulomotorius
karena oklusi pada ramus interpedunkularis arteri basilaris atau
arteri serebri posterior atau keduanya pada otak tengah, trauma
atau tumor.
Patofisiologi
Sindrom Benedickt terjadi bila salah satu cabang dari
rami perforantes para medial arteri basilaris yang tersumbat
maka infark akan ditemukan di daerah yang mencakup 2/3
bagian lateral pedunkulus serebri dan daerah nucleus ruber.
Manifestasi Klinis
Struktur yang Efek klinis
terlibat
Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar
kontralateral.

Nukleus ruber Hiperkinesia kontralateral (korea atetosis)

Substansia nigra Akinesia (parkinsomnisme) kontralateral

Radiks n. Kelumpuhan n. okulomotorius ipsilateral


okulomotorius dengan pupil yang berdilatasi dan terfiksasi
Letak lesi pada sindrom Weber dan
Benedict.
2.2.3 Sindrom Foville-Millard Gubler (Sindrom basis
pontis kaudalis)

Definisi

Hemiplegia alternans akibat lesi di pons adalah


selamanya kelumpuhan UMN yang melibatkan belahan
tubuh sisi kontralateral, yang berada dibawah tingkat lesi
yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-otot
yang disarafi oleh nervus VI atau nervus VII.
Etiologi

Sindrom ini terjadi disebabkan oklusi ramus


interpedunkularis arteri basilaris dan arteri serebri posterior.
Sindrom Millard Gubler dan sindrom Foville termasuk juga
ke dalam bagian dari sindrom hemiplegia alternans pons.
Sindrom ini disebabkan akibat terbentuknya suatu lesi
vaskuler yang bersifat unilateral.
Manifestasi Klinis
Struktur yang terlibat Efek klinis

Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi dan getar


kontralateral.

Lemnikus lateralis Tuli

Nucleus n. fasialis Kelumpuhan n. fasialis perifer ipsilateral

Traktus spinitalamikus Analgesia dan termanestesia setengah tubuh


lateralis kontralateral

Traktus piramidalis Hemiplegia spastic kontralateral

N. abdusens Kelumpuhan n. abdusens perifer ipsilateral


Pada sindrome Millard-Gubler, lesi mengenai bagian
ventral pons dan menyebabkan:

Struktur yang Efek klinis


terlibat
Traktus Hemiplegia kontralateral
kortikospinalis
N. fasialis Kelumpuhan wajah ipsilateral

N. abdusens Kelumpuhan melirik ke lateral ipsilateral


2.2.4 Sindrom Tegmentum Pontis Kaudale

Etiologi

Sindrom ini terjadi disebabkan oleh oklusi cabang


arteri basilaris (ramus sirkumferensialis longus dan brevis).

Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah kelumpuhan


nuclear abdusen dan fasialis ipsilateral,
Sindrome tegmentum pontis kaudale
Manifestasi Klinis
Kerusakan struktur Efek

Lemnikus medialis Gangguan sensasi raba, posisi, dan getar


kontralateral

Lemnikus lateralis Tuli

Nukleus n. fasialis Kelumpuhan n. VII perifer ipsilateral

Traktus spinotalamikus Analgesia dan termanestesia setengah tubuh

lateralis kontralateral

Traktus piramidalis Hemiplagia spastic kontralateral

N. abdusen Kelumpuhan n. VI perifer ipsilateral


2.2.5 Sindrom Tegmentum Pontis Orale

Etiologi

Sindrom ini terjadi disebabkan oklusi ramus


sirkumferensialis longus arteri basilaris dan arteri serebelaris
superior.

Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah


hilangnya sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua serabut
nervus trigeminus) dan paralisis otot-otot pengunyah
(nucleus motorius nervus trigeminus).
Sindrome tegmentum pontis orale
Manifestasi Klinis
Kerusakan struktur Efek
Pedunkulus serebelaris superior  Hemiataksia
 Intention tremor
 Adiadokokinesi
 Disarteria serebelar
Nukleus prinsipalis sensorik n. trigeminus Gangguan sensasi epikritik wajah ipsilateral

Nukleus traktus spinalis n. trigeminus Analgesia dan termanestesia wajah ipsilateral

Paralisis flaksid (nuklear) otot-otot pengunyah ipsislateral


Nucleus motoric n. trigeminus

Traktus tegmentalis sentralis Mioritmia palatum dan faring


Traktus tektospinalis Hilangnya reflex kedip
Traktus spinotalamikus lateral Analgesia dan termanestesia separuh tubuh kontralateral

Lemnikus lateralis Tuli


Lemnikus medialis  Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi separuh tubuh kontralateral
 Ataksia

Traktus kortikonuklearis Kelumpuhan n. fasialis, n. glosofaringeus, n. vagus, n. hipoglosus


(serabut yang keluar)
2.2.6 Sindrome Basis Pontis Bagian Tengah

Etiologi

Sindrom ini muncul akibat dari oklusi ramus


sirkumferensialis longus arteri basilaris dan arteri serebelaris
superior.
Sindrom basis pontis bagian tengah
Manifestasi Klinis
Struktur yang terlibat Efek klinis

Radiks n. trigeminus  Hemianestesia semua modalitas sensorik


ipsilateral
 Paralisis flaksid otot pengunyah ipsilateral

Pedunkulus serebelaris Hemiataksia dan asinergia ipsilateral


medial

Traktus kortikospinalis Hemiparesis spastik kontralateral

Nuclei pontis Diktaksia ipsilateral


2.2.7 Sindrom Wallenberg (Sindrom Medularis
Dorsolateralis)
Definisi

Sindroma Wallenberg atau memiliki nama lain


Sindroma medula lateral atau Sindroma arteri cerebelar
posterior inferior (PICA syndrome) merupakan suatu
penyakit dimana pasien memiliki gejala neurologis dengan
onset yang mendadak disebabkan oklusi atau embolisme di
teritori arteria inferior posterior atau arteria vertebralis.
Patofisiologi

Penyebab utama kelainan vaskular yang menyerang ke


sistem vertebrobasilar adalah aterosklerosis, dimana
terbentuk plak di dinding pembuluh darah yang
menyebabkan lumennya menyempit dan dapat terjadi oklusi.
Bagian medula oblongata yang terkena
Sindrome Wallenberg
Manifestasi Klinis
Struktur yang terlibat Efek klinis

Nucleus vestibularis inferior Nistagmus dan kecenderungan jatuh ke sisi ipsilateral.

Nucleus dorsalis n. vagus Takikardia dan dyspnea

Pedunkulus serebelaris inferior Ataksia dan asinergia ipsilateral

Nucleus traktus solitaries Ageusia (kehilangan rasa)

Nucleus ambigus Paresis palatum, laring dan faring ipsilateral; suara serak

Nucleus n. kokhlearis Tuli


Analgesi dan termanestesia wajah ipsilateral; reflex kornea
Nucleus traktus spinalis n. trigeminus
menghilang

Jaras simpatis sentral Sindrom Horner; hipohidrosis; vasodilator wajah ipsilateral

Traktus spinoserebelaris anterior Ataksia; hipotonia ipsilateral

Traktus spinotalamikus lateralis Analgesi dan teranestesi setengah tubuh kontralateral

Traktus tegmentalis sentralis Mioritma palatum dan faring


Formasio retikularis Cegukan (singultus)
2.2.8 Sindrome Dejerin (Sindrom medularis
medialis)

Definisi

Sindrom Dejerin ini terjadi akibat oklusi ramus


paramedianus arteria vertebralis atau arteria basilaris,
umumnya bilateral.
Sindrome Dejerin (Medularis Medialis)
Manifestasi Klinis
Struktur yang terlibat Efek klinis

Fasikulus longitudinalis Nistagmus

Gangguan sensasi raba, getar, dan posisi


Lemnikus medialis
kontralateral

Oliva Mioritmia palatum dan posisi kontralateral

Nervus hipoglosus (nervus Kelumpuhan flasid nervus XII dengan


XII) hemiatrofi lidah

Hemiplagia kontralateral (bukan spastik)


Traktus piramidalis
tetapi terdapat refleks Babinski
Sindrom Letak lesi Penyebab Gejala
 Kelumpuhan N. III ipsilateral
 Hemiparesis spastik
kontralateral
 Rigiditas parkinsonisme
Oklusi ramus
kontralateral
interpedukularis arteri serebri
Sindrom Weber Mesensefalon  Distaksia kontralateral
posterior dan arteri
 Defisit saraf kranialis
khoroidalis posterior
kemungkinan akibat
gangguan persarafan
supranuklear pada n. VII, IX,
X dan XII
 Kelumpuhan n. III ipsilateral
dengan midrasis
Oklusi ramus  Gangguan sensasi raba,
interpedukularis arteri posisi, dan getar
Sindrom Benedikt Mesensefalon
basilaris dan arteri serebri kontralateral
posterior  Gangguan diskriminasi dua
titik
 Rigiditas kontralateral
 Kelumpuhan nervus VI
(perifer) dan n. VII (nuklear)
ipsilateral
Oklusi ramus  Hemiplagia kontralateral
Sindrom Foville
Pons sirkumferensialis arteri  Analgesia
Millard-Gubler
basilaris, tumor, abses  Termanestesia
 Gangguan sensasi raba,
posisi, serta getar sisi
 Kelumpuhan nuklear N. VI dan n. VII
ipsilateral
 Nistagmus
Sindrom tegmentum pontis Oklusi cabang arteri basilaris (ramus  Paresis melirik ke lateral ipsilateral
Pons
kaudale sirkumferensialis longus dan brevis)  Hemiataksia dan asinergia ipsilateral
 Hipestesia dan gangguan sensasi posisi
dan getar sisi kontralateral
 Mioritmia palatum dan faring ipsilateral

 Hilangnya sensasi wajah ipsilateral


 Paralisis otot-otot pengunyah
Oklusi ramus sirkumferensialis longus  Hemiataksia
Sindrom tegmentum pontis
Pons arteri basilaris dan arteri serebelaris  Intention tremor
orale
superior  Adiadokokinesia
 Gangguan semua modalitas sensorik
kontralateral
 Paresis flasid otot-otot pengunyah
ipsilateral
Sindrom basis pontis bagian Oklusi ramus sirkuferensialis brevis dan  Hipestesia, analgesia, dan termanestesia
Pons
tengah ramus paramedianus arteri basilaris wajah
 Hemiataksia dan asinergia ipsilateral
 Hemiparesis spastic kontralateral
 Vertigo
 Nistagmus
Oklusia atau emboli di teritori arteri  Nausea
Sindrom Wallenberg Medulla oblongata serebeli inferior posterior atau arteri  Muntah
vertebralis  Disartria
 Disfonia
 Singultus (cegukan)
 Kelumpuhan flasid N. XII ipsilateral
 Hemiplagia kontralateral dan tanda
Oklusia ramus paramedianus arteri babinski
Sindrom Dejerine Medulla oblogata
vertebralis atau arteri basilaris  Hipestesia kolumna posterior
kontralateral
 Nistagmus
BAB III
KESIMPULAN
Batang otak terletak paling kaudal, terbagi menjadi medulla
oblongata, pons dan mesensefalon. Secara anatomi batang otak
termasuk struktur yang kompleks dengan fungsi yang beragam dan
penting secara klinis, sehingga jika terdapat lesi, tunggal dan sekecil
apapun, lesi itu hampir selalu merusak beberapa nukleus, pusat
refleks, traktus ataupun jaras yang terletak di batang otak. Lesi
tersebut seringkali bersifat vascular degeneratif atau demielinasi
dapat juga merusak batang otak. Kumpulan dari gejala-gejala yang
khas dan bersifat alternans pada batang otak tersebut membentuk
suatu sindroma yang kemudian dikenal dengan sebutan sindrom
batang otak.
Sindroma batang otak merupakan sekumpulan gejala yang
ditandai dengan terganggunya satu atau beberapa fungsi dari saraf
kranial maupun jejas saraf simpatis baik melalui proses mekanik
berupa invasi maupun trauma ataupun akibat adanya suatu
gangguan vaskularisasi. Sindroma ini ditandai gejala-gejala yang
khas dan bersifat alternans. Dengan mengetahui berbagai sindrom
tersebut diharapkan bagi seorang klinisi untuk membantu
menentukan letak lesi yang terjadi berdasarkan gejala-gejala klinis
yang tampak. Prognosis dari berbagai sindrom tersebut sangat
tergantung dari penyebab yang mendasari gangguan tersebut
sehingga dalam penatalaksanaanya juga didasarkan pada gangguan
atau lesi primer yang menyebabkan fungsi sebagian atau beberapa
saraf kranial tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
 Duus P, Baehr M, Frotscher M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology,
Signs, Symptoms. Ed 4th. EGC, Jakarta. 2005; p198 – 212.

 Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta; 2008. h31 –
156.

 Joyce L, Anisa B, Katia C. Crash Course: Neurology. United Kingdom.

 Adriani D. Sindroma Sinus Kavernosus. Departemen Neurologi FKUI. Jakarta; 2008. h1–10.

 Richard S. Snell. Batang otak. Dalam: Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed
ke-5. EGC, Jakarta, 2007. h. 212-39.

 Priguna Sidharta. Bell’s palsy. Dalam: Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Ed ke-6. Dian
Rakyat, Jakarta. 2008. h. 403-4.

 Loren A Rolak. Brainstem disease. IN: Neurology Secrets. Hanley & Belfus. INC, Philadelphia,
1993. h. 103.

 Judana A, Santoso D, Kusumoputro S. Saraf – Saraf Otak. Dalam: Pedoman Praktis


Pemeriksaan Neurologi. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1978: 10 – 21
Thank You ....

Anda mungkin juga menyukai