Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji terhadap kelarutan obat. Larutan dapat
didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagian pada
pelarutnya.
Menurut kepolaranya, pelarut dibedakan menjadi tiga, yaitu pelarut polar, pelarut
nonpolar, dan pelarut semipolar. Pelarut polar adalah suatu pelarut yang memiliki nilai
kepolaran yang tinggi dan larut oleh air. Contohnya adalah air dan fenol. Pelarut nonpolar
adalah pelarut yang tidak larut dalam air dan hanya dapat melarutkan zat yang bersifat nonpolar
saja. Contohnya adalah kloroform, benzene, eter, n-heksana. Pelarut semipolar adalah pelarut
yang larut dan dapat melarutkan sebagian zat polar atau non polar. Contohnya adalah etanol,
metanol, propilenglikol, gliserin.
Pada praktikum kali ini obat yang akan diuji kelarutanya adalah asam salisilat.
Asam salisilat adalah obat anti-inflamasi non steroid yang menghambat sintesis prostaglandin
pada pusat termoregulator di hipotalamus dan perifer. Kelarutan asam salisilat menurut
farmakope adalah sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam
eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform. Asam salisilat pada percobaan
dilarutkan dengan etanol dan gliserin. Etanol termasuk ke dalam pelarut semipolar karena
termasuk kedalam golongan alkohol. Selain etanol, dalam percobaan juga digunakan gliserin
sebagai kosolven. Menurut literatur disebutkan bahwa konstanta dielektrik dari etanol adalah
25,7 dan konstanta dielektrik gliserin adalah 43.
Pada praktikum uji kelarutan obat, hal yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan
dan pembakuan NaOH 0,1 N. Setelah itu lakukan titrasi dengan asam oksalat untuk
menentukan kadar NaOH nya. Pada praktikum zat pentitran nya adalah NaOH dan titran nya
adalah asam oksalat. Sebelum di titrasi pada larutan harus ditambahkan suatu indikator.
Indikator yang digunakan adalah fenolftalein yang akan merubah warna larutan menjadi
warna merah muda. Indikator fenolftalein digunakan karena sesuai dengan trayek pH yang
ada. Setelah itu ditimbang asam salisilat sebanyak 1 gr dan dimasukkan pada 7 tabung reaksi.
Tambahkan etanol dan gliserin pada masing masing tabung dengan perbandingan:
• Tabung1 :Etanol 0 mL dan Gliserin 12 mL
• Tabung2 :Etanol 1.5 mL dan Gliserin 10.5 mL
• Tabung3 :Etanol 3 mL dan Gliserin 9 mL
• Tabung4 :Etanol 4.5 mL dan Gliserin 7.5 mL
• Tabung5 :Etanol 9 mL dan Gliserin 3 mL
• Tabung6 :Etanol 10.5 mL dan Gliserin 1.5 mL
• Tabung7 :Etanol 12 mL dan Gliserin 0 mL
Setelah itu dikocok selama 30 menit. Pengocokan dilakukan untuk menambah
kelarutan asam salisilat dalam tiap komposisi, terutama untuk tabung 1 dan tabung 2 karena
mengingat komposisinya yang lebih banyak yaitu gliserin. Pada proses pengocokan, ritme
pengocokannya harus sama supaya asam salisilat yang terlarut menjadi homogen.
Setelah 30 menit proses pengocokan, akan
terlihat bahwa asam salisilat akan lebih mudah larut
dalam tabung reaksi yang mengandung banyak
etanol dan mengandung sedikit giserin. Hal itu
terjadi karena asam salisilat bersifat nonpolar dan
antara etanol dan gliserin itu lebih polar gliserin,
sehingga asam salisilat akan lebih mudah larut
dalam etanol. Hal itu sesuai dengan prinsip like
dissolve like, zat polar akan larut dan pelarut polar
begitupun sebalikya zat nonpolar akan lebih larut
dalam pelarut nonpolar. Larutan pada tiap tabung
disaring untuk memisahkan antara asam salisilat
yang terlarut dengan yang tidak terlarut. Lalu, titrasi
dilakukan untuk mengetahui kadar dari asam
salisilatnya. Hasil dari titrasi tersebut diketahui
bahwa kadar asam salisilat dalam tiap tabung:
Tabung 1 normalitasnya 0,55 N , tabung 2
normalitasnya 0,61 N, tabung 3 normalitasnya
0,579 N, tabung 4 normalitasnya 0,5 N, tabung 5
normalitasnya 0,515 N, tabung 6 normalitasnya
0,53 N, tabung 7 normalitasnya 0,48 N. Salah
satu kadar kelarutan tertinggi yang diketahui
adalah 33,8% pada tabung ketiga (3mL etanol
dan 9 mL gliserin) . (Kelompok 1 dan 2)
Dari hasil titrasi kelompok 3 dan 4 di dapat
normalitas tabung satu 0,39N tabung dua 0,49N,
tabung tiga 0,44N, tabung lima 0,65N, tabung
enam 0,68N, tabung tujuh 0,624N. Berdasarkan
percobaan kali ini asam salisilat memiliki
kelarutan yang paling tinggi dalam tabung 6
dengan kadar 75,6% dan memiliki kelarutan
yang sangat rendah pada tabung 1 dengan kadar
yang didapatkan sebesar 65,1 %.
berdasarkan kelompok 5 dan 6 didapatkan
konsentrasi tabung 1 sebesar 0,6 N.Dari data
tersebut didapatkan kadar asam salisilatnya sebesar
28,996%. Tabung 2 konsentrasinya sebesar 0,605 N.
Tabung 3 konsentrasinya sebesar 0,55826 N.
Tabung 4 konsentrasinya 0,562 N. Tabung 5
konsentrasi 0,561 N. Tabung 6 konsentrasinya
sebesar 0,577 N. Tabung 7 konsentrasinya 0,508 N.
persen kadar tertinggi pada tabung 5 sebanyak
39,87%
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain suhu dimana suhu
dapat mempermudah kelarutan suatu zat, luasa permukaan dimana semakin
luas permukaannya maka zat akan mudah larut, luas partikel semakin sempit
partikelnya maka zat mudah untuk larut, salting out dimana jika suatu larutan
ditambahkan zat lain maka kelarutannya akan menurun, salting in dimana jika
larutan ditambahkan zat lain maka kelarutannya akan meningkat. Salah satu
sifat fisika yang mempengaruhi kelarutan adalah konstanta dielektrik pelarut.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi yang merupakan rasio
antara kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv).
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.
Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar
dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu
zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. kemampuan zat terlarut untuk
membentuk ikatan hidrogen lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat.

Anda mungkin juga menyukai