Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN ENERGI DALAM

EKOSISTEM

SENGLI J DAMANIK
1. PENGERTIAN
Aliran energi merupakan tingkah laku energi
dalam E.S., Mulai dari energi matahari yang
diterima dan digunakan oleh tumbuhan
[produsen], kemudian diteruskan ke
herbivora, ke karnivora dst.

MATAHARI

TUMBUHAN
TL - I PENGHASIL

HERBIVORA PEMAKAI I
TL - II

TL - III PEMAKAI II

KARNIVORA
TL - IV PEMAKAI III

TL - V PEMAKAI IV

RANTAI MAKANAN YANG DISEDERHANAKAN PADA


E.S. DARAT, MENUNJUKKAN RANGKAIAN TROPHIC LEVEL
 Jumlah energi yang tersedia dan yang dapat
digunakan oleh organisme pada trophic level
[tingkatan trophic] yang berbeda, tidak sama.
Semakin tinggi T.L. Dari suatu organisme,
semakin rendah jumlah energi yang
diterimanya.
 Energi yang tersedia untuk TL I > TL II > TL
III … hal ini terjadi karena pada setiap T.L.
terdapat penggunaan energi sbb:
 Sebagian dari energi, digunakan oleh
organisme untuk respirasi, dan proses
metabolisme dalam tubuhnya.
 Sebagian dari energi, terbuang melalui
ekskresi.
 Terbuang, melalui organisme yang mati.
 Terbuang, karena tidak dapat dicerna
atau diolah.

INGESTION

N
S TIO
E DIGESTION
EG
AND
ASSIMILATION
ENERGY
AVAILABLE
TO EX RE
CR
ET GROWTH SP
DETRITUS ION AND IR
A
FEEDERS
REPRODUCTION
TI
ON ENERGI
DE
AT UNTUK
H
KERJA
ATAU
ENERGY
AVAILABLE
HILANG
TO CONSUMER
DALAM
BENTUK
PANAS

GAMBAR : SEKATAN ENERGI DIDALAM SATU MATA


RANTAI DARI RANTAI MAKANAN
 Ringkasan Gambar
1. Tidak semua bahan makanan yang sudah
dimakan [ingestion], dapat dicerna atau
diolah dan diassimilasikan.
 Rambut, bulu, tulang-tulang yang
terdapat pada makanan dalam bentuk
hewantidak dapat diolah atau dicerna
oleh kebanyakan hewan.
 Cellulose dan lignin pada tumbuhan tidak
dapat dicerna oleh hewan herbivora.

Bagian-bagian yang tidak dapat diolah tersebut


dibuang oleh hewan  “EGESTION”  bahan
makanan untuk dekomposer

2. Energi hasil assimilasi, digunakan untuk


 Respirasi
 Pertumbuhan dan reproduksi
 Terbuang melalui ekskresi
3. Energi yang tersimpan dalam populasi hasil
pertumbuhan dan reproduksi, sebagian hilang
melalui kematian organisme tersebut, atau
hilang melalui daun yang gugur secara
musiman.
4. Bahan makanan dan energi yang terdapat
pada :
 Egestion Merupakan sumber
 energi bagi
 Ekskresi
organisme pengurai
 Bagian yang mati
5. Jumlah energi yang tersedia untuk organisme
pada T.L. berikutnya, adalah :

Energi untuk :
Energi yang - Respirasi
Terdapat pada bahan  - Egestion
Makanan yang dimakan - Excretion
- Death

6. Pertambahan biomas persatuan waktu dan


persatuan luas, termasuk bagian-bagian yang
hilang melalui egestion, excretion dan
bagian-bagian yang mati, disebut Produksi
Primer Bersih.

Atau : PPN = B + L
7. Produksi Primer Kotor [PPG] adalah :
produksi primer bersih dan energi yang
digunakan untuk respirasi.

PPG = PPN + R
2. EFISIENSI ENERGI PADA ALIRAN
ENERGI DALAM EKOSISTIM

 Persentase transfer energi dari satu T.L ke T.L


berikutnya disebut: “EFISIENSI EKOLOGI”, atau
“EFISIENSI RANTAI MAKANAN” dari komunitas.
 Efisiensi energi ini menyatakan kemampuan
suatu organisme untuk memanfaatkan sumber-
sumber makanan dan mengubahnya menjadi
biomas.
 Efisiensi ekologi dipengaruhi oleh:
1. Faktor dalam (internal); yaitu karakteristik
fisiologi dari organisme.
2. Faktor luar (eksternal); yaitu hubungan
ekologi terhadap lingkungan.
 Untuk mengetahui dasar biologi dari efisiensi
ekologi, maka setiap mata rantai dari rantai
makanan harus dipisahkan tersendiri dan
diuraikan dalam beberapa komponen (lihat
gambar).
 Efisiensi ekologi tentang pada efisiensi dari 3
tingkat efisiensi dalam aliran energi, yaitu :
1. Efisiensi Eksploitasi
2. Efisiensi Assimilasi
3. Efisiensi Produksi Bersih
DIAGRAM : Pembagian Energi Dalam Satu
Rangkaian Daripada Rantai Makanan

PREY
DETRITUS
PRODUCTION

Exploitation
Efficiency

INGESTED
ENERGY

EGESTION Assimilation Ecologicalor


Efficiency Food Chain
Gross Efficiency
ASSIMILATED Production
ENERGY Efficiency

EXCRETION RESPI NetProduction


RATION Efficiency

CONSUMER
PRODUCTION

Ingestion of Food
 Exploitation Efficiency =
Prey Production

Yaitu : persentase jumlah makanan yang


dimakan dari sejumlah makanan
(mangsa) yang tersedia
Besarnya tgtg pada :kecepatan dan kemampuan
organisme, menangkap dan
menggunakan makanan
(mangsa)
Semakin sulit diperoleh makanan atau mangsanya,
semakin tinggi energi yang dibutuhkan dalam
eksploitasi  Efisiensi Rendah
Assimilation
 Assimilation Efficiency =
Ingestion

Effisiensi Assimilassi adalah :


Persentase makanan yang dapat diassimilasi
dari total makanan yang dimakan
 Besarnya ditentukan oleh jumlah bagian-
bagian dari makanan yang tidak dapat
dicerna, seperti : bulu, rambut, tulang,
cellulosa, lignin, dan chitine.
 Semakin banyaknya jumlah bagian-bagian
tersebut, semakin rendah effisiensi
assimilasi.

Production (Growth
Net Production and Reproduction)

Efficiency =
Assimilation
Yaitu : persentase assimilat yang dapat
menjadi produksi

 Besarnya dipengaruhi oleh energi yang


hilang dalam RESPIRASI, dan terbuang
dalam bentuk EKSKRESI, maupun yang
mati/gugur. Untuk tumbuhan, semakin tinggi
suhu semakin tinggi respirasi.
Untuk hewan, semakin aktif, semakin tinggi
respirasi, pada suhu tinggi, respirasi 
 Hasil dari Ef. Assimilasi dan Ef. Produksi
Bersih, akan diperoleh Efisiensi Produksi
Kotor atau Gross Production Efficiency.

Gross Prod. Eff = Ass.Eff x Net. Prod Eff


PRODUCTION
G.P.E. =
INGESTION

Yaitu : persentase dari makanan yang


dimakan dirubah menjadi biomas dari
organisme pada T.L. berikutnya

 Hasil dari Ef. Eksploitasi, Ef. Assimilasi, dan


Ef. Produksi Bersih merupakan EFISIENSI
EKOLOGI atau ECOLOGICAL EFFICIENCY.

EC. EFF = EXPL. EFF x ASS. EFF x NET PROD. EFF

CONSUMER PRODUCTION
EC. EFF =
PREY PRODUCTION

Yaitu : Persentase dari energi yang terdapat


pada mangsa (makanan), dapat
dirubah menjadi energi yang teradapat
pada biomas dari pemakai.
Ef. Assimilasi, Ef. Produksi Bersih, dan Ef.
Produksi Kotor dari beberapa hewan dalam
hubungannya dengan jenis makanannya
(Ricklefs, 1979)

Efisiensi (%)

Species Makanan Assi Produksi


milasi Bersih Kotor
- Megalops cyprinoides Ikan 92 35 32

- Siput Algae 70 24 17

- Remis Phytoplankton 61 21 13

- Belalang Tumbuhan 37 37 14

- Kanguru Biji-bijian 81 5.2 4.2

- Gajah Afrika Tumbuhan 32 1.5 0.48

- Lembu Tumbuhan 38 11.0 4.2

- Tikus Tumbuhan 70 3.0 2.1

- Kelinci Tumbuhan 52 6.0 3.1

- Least Weasel (cerpelai) Tikus 96 2.3 2.2

- Burung rawa Insekta 70 0.5 0.35


 Dari tabel tersebut, disimpulkan bahwa :

1. Urutan efisiensi adalah :


assimilasi > prod. bersih > prod. kotor

2. Efisiensi prod. bersih cenderung


berbanding terbalik dengan ef. assimilasi,
terutama untuk hewan akuatik. Penyebab
hal ini, belum diketahui.

3. Efisiensi produksi (bersih dan kotor),


berbanding terbalik dengan aktivitas
hewan tersebut. Semakin aktif  semakin
kecil ef. produksi. Mis: Burung Rawa.

4. Efisiensi assimilasi dari Karnivora >


efisiensi Herbivora. Mis: cerpelai (pemakan
tikus) Ef. Assimilasinya lebih besar
daripada Gajah (pemakan tumbuhan)
yaitu: 96 > 32.

5. Efisiensi assimilasi dari hewan pemakan


biji, lebih tinggi daripada hewan pemakan
tumbuhan. Mis Kanguru dengan Gajah.
81 > 32
karena, kandungan lignin dan cellulosa
lebih banyak pada tumbuhan dibanding biji.
 Bila diketahui bahwa :
 Efisiensi ekologi suatu E.S. = 10%
 Jumlah energi yang dihasilkan tumbuhan
dan dapat digunakan (tersedia) atau
Produksi Primer Bersih = 104 kilo kalori
(104 kcal)
Maka :
Energi pada Herbivora baru = 103 kcal
Energi pada Karnivora I = 102 kcal
Energi Karnivora II = 101 kcal

 Rantai makanan Detritus, merupakan tapak


utama (major pathway) dari aliran energi pada
E.S. Darat.

- Sisa-sisa tanaman Oleh pengurai


- Tumbuhan dan hewan atau “pemakan
mati Detritus”
- Bagian yang tidak dapat digunakan
dicerna sebagai sumber
- ekskresi makanan.

 Menjadi sumber makanan


Atau energi bagi tumbuhan
− O. K. bagian yang dipanen dari tumbuhan,
hanay sebagian kecil saja dari produksi
bersih maka peranan Detritus sangat penting
dalam “menyediakan kembali” energi bagi
tumbuhan, dan seterusnya bagi herbivora dan
karnivora.

LIVING
61
(58%)
TREES
REMOVED
105
31
(58%) (70%)
HARVESTED
NET 44
PRODUCTION (42%) LEFT IN ROOT
180 Kcal 13
PER - Ha (30%)
DECOMPOSED
68
(92%)
LITTER
74
(41%)
ACCUMULATED
6
(8%)

GROUND FLORA < 1

DIAGRAM : Nasib Energi Pada Perkebunan Pinus


Selama 18 Tahun, dalam 107 kcal/Ha.
(Kormondy, 1976)
− Dekomposisi dari Detritus , dipengaruhi oleh:
keadaan lingkungan fisik, terutama oleh
SUHU dan KELEMBABAN. Hal ini disebabkan
oleh karena:
− Aktivitas pengurai sangat dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban.
− Pembentukan Detritus tumbuhan , bila
suhu dan kelembaban .
− Dibanding herbivora maupun karnivora
Detritus dari tumbuhan relatif tinggi.

 Lamanya Aliran Energi Melalui Komunitas


Dalam Ekosistim.
 Untuk mengetahui dinamika E.S., harus
diketahui : Waktu yang dibutuhkan
energi dan bahan, bergerak
dalam E.S (=Transit Time)

 Karateristik organisme yang dapat


mengakibatkan sulitnya pencernaan oleh
organisme lain, mengakibatkan
kelambatan assimilasi  Transit Time,
LAMA.

“TRANSIT TIME” BIOMAS (g.m-2)


 (TAHUN) =
Produktivitas Bersih
(g.m-2.THN-1)
 TRANSIT TIME dari energi dalam organisme
hidup didalam komunitas, sama dengan
jumlah energi yang disimpan dalam E.S.,
sebagai biomas, dibagi dengan laju aliran
energi dalam E.S. tersebut

 Transit Time juga dapat diperoleh dari


persamaan berikut.

Litter Accumulation (g.m-2)


TRANSIT TIME =
Rate of Litter Fall (g.m-2.yr-1)

Contoh :
 Produksi Bersih bahan kering dari hutan
tropis = 2000 gram/m2/THN
 Produksi Biomas/m2/THN = 45 000 gram

45000
 Transit Time = = 22.5 THN
2000

 Daerah tropik suhu dan kelembaban tinggi 


Transit Time Cepat
Rata-rata Transit Time Energi dalam Biomas
Tumbuhan Hidup, pada Berbagai E.S.
(Ricklefs, 1979)

PRODUKSI
TRANSIT
PRIMER BIOMAS
EKOSISTIM TIME
BERSIH (g.m-2)
(THN)
(g.m2.THN-1)

- Tropical Rain Forest 2000 45000 22.5

- Temperate Deciduous Forest 1200 30000 25.0

- Boreal Forest 800 20000 25.0

- Temperate Grassland 500 1500 3.0

- Desert Shrub 70 700 10.0

- Swamp and Harsh 2500 15000 6.0

- Lake and Stream 500 20 0.04

- Algal Beds and Reefs 2000 2000 1.0

- Open Ocean 125 125 0.024


 Penentuan Panjang Rantai Makanan Dalam
Komunitas.

 Dapat diduga dari:


 Produksi Primer Bersih
 Rata-rata Efisiensi Ekologi
 Rata-rata energi yang keluar-masuk dari
populasi predator
 O.K energi yang sampai ke T.L. merupakan
hasil dari Produksi Primer Bersih dan rata-
rata efisiensi ekologi, maka jumlah Trophic-
Level dalam komunitas dapat ditentukan oleh
persamaan berikut.

Predator Net Primary


Log Ingestion :
Production
Jumlah T.L = 1 +
Log (AV. Ecological Efficiency

PERSAMAAN TERSEBUT DIPEROLEH SBB

 Mis. Energi yang tersedia bagi predator yang


terdapat pada Trophic Level ke-n, adalah E (n)
 Besarnya E(n) = NPP . EFF.n-1
Dimana : NPP = Net Primary Production
EFF = Rata-rata Ef. Ekologi dari T.L
ke-1 – ke-n
n-1 = Jumlah rangkaian dalam R.M
antara TL ke-1 dan ke-n
 Dari persamaan diatas diperoleh :

n 1 En
EFF 
NPP

Atau : (n-1) log (EFF) = log (E(n) / NPP)

logEn / NPP
 n 1
logEFF

logEn / NPP
 n  1
logEFF
Energi Komunitas dan Rata-Rata Jumlah T.L.
pada Bebagai E.S. (Ricklefs, 1979)

Predator
NPP EC. EF Jumlah
E.S. Ingestion
(K.cal.m-2..yr-1) (%) T.L
(K.cal.m-2..yr-1)

Open Ocean 500 0.1 25 7.1

Coastal Marine 8000 10.0 20 5.1

Temperate 2000 1.0 10 4.3


Grassland
Tropical Forest 8000 10.0 5 3.2

 SEMAKIN TINGGI EFISIENSI EKOLOGI,


SEMAKIN BANYAK JUMLAH T.L

Anda mungkin juga menyukai