Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SPINA BIFIDA


KEL : 1
DEFINISI
• Spina bifida merupakan suatu kelainan kongenital berupa
defek pada arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan
penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada
perkembangan awal dari embrio (Rasjad C. ,2003)
• Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis
dengan atau tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah
tulang (Donna L. Wong, 2003)
ETIOLOGI
1. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida
berhubungan erat dengan kekurangan asam folat,
terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar
saraf
3. Rendahnya kadar vitamin maternal yang dikonsumsi
akan mengurangi vitamin yang dibutuhkan dalam
pembentukan embrio, apalagi pada awal masa
kehamilan
4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar
bahan berbahaya) dapat menyebabkan resiko
melahirkan anak dengan spina bifida.
KLASIFIKASI
1. Spina Bifida Okulta : Merupakan spina bifida yang
paling ringan satu atau beberapa vertebra tidak
terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan
selaput otak (meningitis) tidak menonjol.
2. Spina Bifida Cystica : Bentuk cacat tabung saraf
tempat kantong selaput otak menonjol melalui
lubang. Spina bifida cystica ada dua yaitu :
a) Meniongkol
b) Myelomeningokel
MANIFESTASI KLINIS
• Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada
bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
• Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
• Penurunan sensasi.
• Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja
• Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
• Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
• Lekukan pada daerah sakrum.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan
darah yang disebut triple screen yang terdiri dari pemeriksaan
AFP, ultrasound dan cairan amnion.
• Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisa melalui
riwayat medik, riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan
serta saat melahirkan. Pada anak yang lebih besar dilakukan
asesmen tumbuh kembang, sosial dan gangguan belajar.
• Pemeriksaan x-ray digunakan untuk mendeteksi kelainan tulang
belakang, skoliosis, deformitas hip, fraktur pathologis dan
abnormalitas tulang lainnya.
• USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada
korda spinalis maupun vertebra dan lokasi fraktur patologis.
• CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang
belakang untuk memberikan informasi pada kelainan spinal cord
dan akar saraf.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
a) Urologi
b) Orthopedi
Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pre-operasi
b) Pasca Operasi
PENCEGAHAN
1. Mengkonsumsi asam folat
2. Kekurangan asam folat harus ditangani sebelum wanita tersebut
hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini
3. Pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil
adalah 1 mg/hari.
KOMPLIKASI
1. Kejang
2. Hidrocephalus
WOC
KASUS
Bayi Ny. H lahir dengan kelainan tulang belakang.
Dokter mengatakan An. A (5 bulan) menderita
penyakit spina bifida dan sudah dilakukan
dioperasi. Ny. H mengatakan, anaknya sering
menangis setiap dibaringkan. Ny. H terlihat sering
bertanya ke dokter dan perawat tentang penyakit
yang diderita oleh anaknya.. Keluarga Ny. H sangat
cemas dengan keadaan tersebut. TTV HR:
140x/mnt
TD: 85/50 mmHg ,S: 370C ,RR: 35x/mnt
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
DS: Agen injuri fisik Nyeri akut
Ny. H mengatakan An. A (prosedur
menangis terus setelah operasi pembedahan)
DO:
Tampak An. A menangis
kesakitan
P: luka operasi
Q: seperti ditusuk jarum
R: tulang belakang
S: 7
T: setiap saat

DS: Kurangnya Ansietas


Keluarga ny. H informasi tentang
mengatakan cemas dengan penyakit
keadaan yang dialami
anaknya.
DO:
Tampak wajah Ny. H
bingung dan ketakutan
DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
(proses pembedahan)
2. Ansietas b.d kurangnya informasi
tentang penyakit.
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan tindakan • Kaji skala nyeri
fisik (proses pembedahan) keperawatan selama 2x24 jam, • Atur posisi klien
masalah nyeri dapat berkurang yang nyaman
Kriteria hasil: • Lakukan teknik pijat
• Anak tidak menangis bayi yang benar
• TTV normal • Lakukan pergantian
• Skala nyeri: 2 perban dan
pengawasan pada
luka operasi
• Ubah posisi setiap 4
jam sekali
• Kolaborasi pemberian
analgesik

Ansietas b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan • Bina hubungan saling


informasi tentang penyakit keperawatan 1x4 jam, masalah percaya
ansietas dapat teratasi. • Berikan HE tentang
Kriteria hasil: proses penyakit dan
Ekspresi wajah terlihat tenang program pengobatan
• Jelaskan prosedur dan
tujuan tindakan setiap akan
melakukan tindakan
keperawatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Implementasi Evaluasi
• Mengkaji skala nyeri S: Ny. H mengatakan bahwa anaknya sudah
• Mengatur posisi klien yang nyaman tidak menangis
(miring kanan miring kiri) O: TTV : HR: 130x/mnt ,TD: 85/50 mmHg, S:
• Melakukan teknik pijat bayi yang 36.50C, RR : 32x/mnt, skala nyeri 2
benar A: tujuan tercapai sebagian
• Mengganti perban dan pengawasan P: lanjutkan pemberian analgesik, ubah posisi
pada luka operasi setiap 4 jam sekali
• Mengubah posisi setiap 4 jam sekali
untuk mengurangi nyeri
• Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik

Membina hubungan saling percaya S: keluarga klien mengatakan sudah merasa


dengan keluarga klien tenang
Memberikan HE tentang proses penyakit O: ekspresi wajah terlihat tenang
dan program pengobatan A: tujuan tercapai
Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan setiap P: tindakan keperawatan dihentikan
akan melakukan tindakan keperawatan
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai