Anda di halaman 1dari 53

HIV / AIDS

PADA KEHAMILAN
Edit by : Sri Bardini
HIV pada Kehamilan

• Kehamilan terencana/tidak dapat terjadi pada


wanita dgn HIV +
• Setelah memperoleh informasi yg benar tentang
pengaruh HIV pada kehamilan serta resiko
penularan terhadap bayi → kita perlu menghargai
keputusan yang diambil ODHA
• Efek infeksi HIV pd kehamilan berkaitan dgn :
Abortus, prematuritas, IUGR (Intra Uterin Growth
Restriction), IUFD (Intra Uterin Fetal Death),
penularan pada janin dan meningkatnya angka
kematian ibu
• Sebaliknya, kehamilan hampir tidak berpengaruh pada
infeksi HIV → Penurunan CD4 terjadi karena
bertambahnya volume cairan tubuh selama
kehamilan, kadar HIV tetap stabil dan tidak
mempengaruhi resiko kematian/perkembangan
menjadi AIDS
• Pemantauan kehamilan dgn CD4 < 500sel/mm3:
• setiap 3 mgg s.d UK 28 mgg
• setiap 2 mgg s.d UK 36 mgg
• setiap 1 mgg sekali s.d persalinan
• Pada bumil yg sedang menggunakan ARV atau CD4 <
200sel/mm3 → pem lab darah lengkap, hitung CD4
dan USG pada UK 16, 28 dan 36 mgg
Penularan Perinatal
• Penularan perinatal merupakan penularan dari ibu
ODHA kepada janin pada masa perinatal dengan
perkiraan :
• 5 – 10% saat kehamilan
• 10 – 20% saat persalinan
• 25 – 35% saat menyusui bila disusui s.d 6 bulan
• 30 – 45% saat menyusui bila disusui s.d 18-24
bulan
• 15 – 30% bila ibu ODHA tidak menyusui bayinya
• Penularan pd masa menyusui terutama terjadi pada
minggu2 pertama menyusui, terutama bila ibu baru
terinfeksi saat menyusui
• Umumnya penularan tidak dapat melalui plasenta
karena darah ibu tidak bercampur dengan darah bayi
→ tidak semua bayi ibu dengan HIV positif tertular HIV
saat dalam kandungan
• Plasenta bahkan melindungi janin dari HIV, namun
perlindungan ini dapat rusak bila ada infeksi virus,
bakteri, ataupun parasit pada plasenta atau pada
keadaan dimana daya tahan ibu sangat rendah
• Pada proses persalinan, terjadi kontak antara darah
ibu, maupun lendir ibu dan bayi → virus HIV dapat
masuk ke dalam tubuh bayi.
• Semakin lama proses persalinan → kontak antara bayi
dengan cairan tubuh ibu semakin lama → resiko
penularan semakin tinggi
• ASI dari ibu yang terinfeksi HIV mengandung HIV
dalam konsentrasi yang lebih rendah dari yang
ditemukan dalam darahnya
• Penularan lebih banyak terjadi bila bayi disusui selama
18 bulan/lebih → ibu dgn infeksi HIV dianjurkan tidak
menyusui bayinya → ganti dgn susu formula
Faktor yang mempengaruhi penularan
HIV dari Ibu ke Bayi
• Penularan dari ibu ke bayi terkait dengan daya tahan tubuh
dan virulensi kuman
• Faktor ibu :
• Ibu yg baru terinfeksi HIV → jml virus dalam tubuh ibu
sangat tinggi dibandingkan jml virus pd ibu yg tertular HIV
sebelum atau selama masa kehamilan
• Ibu dgn penyakit terkait HIV seperti batuk, diare terus –
menerus, kehilangan berat badan → jml virus dalam
tubuh ibu tinggi.
• Infeksi pada kehamilan, terutama IMS atau infeksi
plasenta
• Kurang gizi saat hamil, terutama kekurangan mikronutrisi
• Mastitis
• Partus lama, KPD dan Intervensi persalinan seperti
amniotomi, episiotomi
•Faktor bayi :
•Bayi lahir prematur
•Menyusu pada ibu dengan HIV
•Lesi pada mulut bayi, terutama pada bayi
usia < 6 bulan
PENULARAN PERINATAL

• Melalui kontak darah

 Dari ibu kepada bayinya


Pencegahan Penularan HIV pada
Bayi dan Anak
• Dalam buku Prevention of Mother to Child
Transmission of HIV, WHO : PMTCT
(Programmes of the Prevention of Mother to
Child Transmission), dapat menurunkan
penularan vertikal HIV, dan juga
menghubungkan wanita dengan infeksi HIV,
anak dan keluarganya untuk memperoleh
pengobatan, perawatan serta dukungan
• PMTCT merupakan program yang komperhensif
dan mengikuti protokol serta kebijakan nasional
•Intervensi PMTCT :
1. Pemeriksaan dan konseling HIV
2. Antiretroviral
3. Persalinan yang lebih aman
4. Menyusui yang lebih aman
•Keterlibatan pasangan dalam PMTCT:
1. Kedua pasangan harus mengetahui
pentingnya seks yang aman selama
persalinan dan masa menyusui
2. Kedua pasangan harus menjalani
pemeriksaan dan konseling HIV
3. Kedua pasangan harus mengetahui dan
menjalankan PMTCT
•Faktor resiko PMTCT selama kehamilan:
1. Viral load ibu yang tinggi (HIV/AIDS baru
atau lanjutan)
2. Infeksi virus, bakteri, maupun parasit
melaui plasenta (khususnya malaria)
3. Infeksi menular seksual
4. Malnutrisi maternal (secara tidak
langsung)
•Faktor resiko MTCT selama persalinan:
1. Viral load ibu yang tinggi (HIV / AIDS
baru atau lanjutan)
2. Pecahnya ketuban > 4 jam sebelum
persalinan dimulai
3. Prosedur persalinan invasif
4. Janin pertama pada kehamilan multiple
5. Korioamnionitis
• Faktor resiko MTCT selama masa menyusui:
1. Viral load ibu yang tinggi (HIV/AIDS baru atau lanjutan)
2. Lama menyusui
3. Pemberian ASI dengan pemberian makanan pengganti yang awal
4. Abses payudara/puting yang terinfeksi
5. Malnutrisi maternal
6. Penyakit oral bayi (mis: trust atau luka mulut)
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil ke Bayi (PMTCT)
Pendekatan untuk pencegahan HIV, VCT dan Pemeliharaan
Kesehatan pada Perempuan

Tahap Kegiatan
Tahap 1 • Penyuluhan tentang bahaya HIV serta pemahaman
cara penularannya untuk remaja putri
• Menawarkan testing dan konseling HIV untuk ibu
hamil

Tahap 2 Membantu perempuan yang terinfeksi HIV dalam


merencanakan kehamilan

Tahap 3 Melaksanakan PMTCT (Prevention Mother To Child


Transmission)

Tahap 4 Pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi


WHO mencanangkan 4 strategi untuk pencegahan
penularan HIV pada bayi dan anak, yaitu :
1. Pencegahan Primer
Merupakan hal yang paling penting → mencegah agar
semua wanita tidak terinfeksi HIV
• Ubah perilaku seksual
• Setia pada pasangan
• Hindari hubungan seksual dengan berganti pasangan
• Bila hal ini dilanggar, gunakan kondom
• Bila ada, obati dengan segera
• Jangan menjadi pengguna narkotika suntikan, terutama
penggunaan jarum suntik bergantian.
• Transfusi darah harus memakai darah atau
komponen darah yg sudah dinyatakan bebas HIV
• Pada pasangan yang ingin hamil, sebaiknya
dilakukan tes HIV sebelum kehamilan dan bagi yg
telah hamil, lakukan tes HIV pada kunjungan
pertama
• Kunci dari keberhasilan program ini adalah VCT
(Voulentary Counseling and Testing), yaitu konseling
dan kesiapan menjalani tes HIV. Sasarannya adalah
wanita muda dan pasangannya, serta ibu hamil dan
menyusui
•Nakes :
•Ikuti semua kaidah kewaspadaan universal
prosedur baku standar pencegahan infeksi
(PI) saat merawat semua pasien
•Semua darah atau cairan tubuh harus
dianggap dapat menularkan HIV atau
penyakit lain yang terdapat dalam darah.
Alat Pelindung bagi Tenaga Medis
Cuci Sarung Kaca Sepatu
Jenis Tindakan Masker Topi Celemek Gaun
Tangan Tangan Mata Pelindung

Pemeriksaan fisik kulit utuh + - - - - - - -

Pemeriksaan fisik kulit luka + + - - - - - -


Mengambil sampel darah + + - - - - - -
Menyuntik intravena + + - - - - - -
Membersihkan luka / venaseksi + + - - - - - -
Kateterisasi urine + + - - - - - -
Pemeriksaan pelvis (vaginal
+ + - - - - - -
toucher)
Menolong persalinan + + + + + + + +
Memandikan bayi + + - - - - - -
Membersihkan ruang + + - - - +/- - +/-
Mencuci piring / alat makan + + - - - +/- - -

Mencuci pakaian + + +/- +/- +/- + +/- +


2. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan pada
wanita dgn HIV+
Ada 3 strategi yang dicanangkan :
1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
2) Menunda kehamilan berikutnya
• Jarak minimal 2 tahun
• Untuk menunda kehamilan :
• Tidak menggunakan AKDR, yg dianjurkan
kondom
• Bila tidak ingin punya anak lagi :
tubektomi/vasektomi
3) Gantikan efek kontrasepsi menyusui
• Bila ibu tidak menyusui → pakai alkon yg
sesuai
3. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin
Dimulai saat hamil, melahirkan dan setelah lahir
melalui 4 intervensi yaitu :
1) Penggunaan ARV selama kehamilan
2) Penggunaan ARV saat persalinan dan bayi
yang baru dilahirkan
3) Penanganan obstetrik selama persalinan
4) Penatalaksanaan selama menyusui
4. Pengobatan, perawatan dan pemberian dukungan
pada wanita HIV+, bayi, serta keluarganya
• Menyediakan pengobatan , perawatan serta
dukungan yang berhubungan dengan HIV
• Menediakan diagnosis dini, perawatan, serta
dukungan bagi bayi dan anak dengan infeksi HIV+
• Mengusahakan hubungan antar layanan
masyarakat untuk layanan keluarga terpadu
Antiretroviral pada Kehamilan

•Pengobatan ARV pada bumil diberikan bila :


•Mengalami gejala berat HIV atau dengan
diagnosa AIDS
•CD4 < 200 sel/mm3
•Viral load > 1000/ml
• Pertimbangan pemberian tetapi :
• Resiko infeksi HIV yang menjadi berat
• Resiko dan kegunaan menunda pengobatan
• Toksisitas pengobatan serta interaksi obat dgn obat lain
yg diminum
• The need to adhere to a drug regimen closely
• Pertimbangan bagi bumil dgn HIV :
• Keuntungan menurunkan jml virus dan resiko
penularan HIV dari ibu ke janin
• Efek jangka panjang yg belum diketahui terhadap bayi
bila menggunakan obat ARV selama kehamilan
• Informasi yg tersedia mengenai penggunaan obat
anti HIV selama kehamilan
Panduan Pengobatan ARV pada PMTCT
No Kondisi Klinis Regimen bagi Ibu (dosis sesuai tabel 3) Regimen bagi Bayi
 Pastikan tidak sedang dalam keadaan hamil
ODHA dengan
sebelum memulai ARV
indikasi ARV
1.  Hindari penggunaan EFV
yang mungkin
 AZT + 3TC + NVP atau
dapat hamil
 d4T + 3TC + NVP
 Lanjutkan regimen ARV yang sekarang
 AZT (4mg/kgBB setiap 12
digunakan
jam) selama 1 minggu atau
ODHA dengan  Bila mendapat pengobatan dengan EFV
 NVP (2mg/kgBB) dosis
2. ARV yang diganti dengan NVP atau PI pada kehamilan
tunggal atau
kemudian hamil trimester I
 NVP dosis tunggal + AZT
 Lanjutkan pengobatan ARV yang sama
selama 1 mgg
selama persalinan dan pasca persalinan
 Tunda ARV sampai setelah trimester I bila
mungkin. Bila kondisi buruk perlu • NVP dosis tunggal dalam 72
pertimbangkan untung – rugi pemakaian jam pertama + AZT selama
ODHA hamil
ART dini 1 minggu atau
3. dengan inidikasi
 ARV seperti pada ODHA biasa • AZT selama 1 minggu atau
ARV
 ARV lini I: AZT + 3TC + NVP atau • NVP dosis tunggal dalam 72
 d4T + 3TC + NVP jam pertama
 EFV tidak boleh diberikan pd timester I
No
Kondisi Klinis Regimen bagi Ibu (dosis sesuai tabel 3) Regimen bagi Bayi

 AZT dimulai pada usia kehamilan 28 minggu NVP dosis tunggal


atau segera setelah itu, dilanjutkan selama masa dalam 72 jam
persalinan, + pertama + AZT
 NVP dosis tunggal pada awal persalinan selama 1 minggu
ODHA hamil namun Regimen alternatif:
4. belum ada indikasi  AZT dimulai pada usia kehamilan 28 minggu
 AZT selama 1
ARV atau segera setelah itu, dilanjutkan selama
minggu
persalinan
 AZT + 3TC
 AZT + 3TC: sejak kehamilan 36 minggu atau
(2mg/kgBB)
segera setelah itu, dilanjutkan selama masa
selama 1 minggu
persalinan hingga 1 minggu pasca persalinan
NVP dosis tunggal
NVP dosis tunggal intrapartum
dalam 72 jam
ODHA hamil dgn
Sesuai butir 4, namun lebih baik menggunakan
5. indikasi ARV namun
regimen yang paling efektif dari yang ada
tidak mulai ARV

Bila dipertimbangkan untuk menggunakan ARV:


ODHA hamil dengan  AZT + 3TC + SQV/r atau
TB aktif OAT yang  D4T + 3TC + SQV/r
6.
sesuai untuk wanita Bila pengobatan dimulai pada trimester III:
hamil tetap diberikan  AZT + 3TC + EFV atau d4T + 3TC + EFV
 Bila tidak akan menggunakan ARV, ikuti butir 4
No Regimen bagi Ibu
Kondisi Klinis Regimen bagi Bayi
(dosis sesuai tabel 3)

Bila sempat tawarkan pemeriksaan dan konseling pada ibu yang belum
diketahui status HIV-nya, bila tidak, lakukan pemeriksaan dan konseling segera
Ibu hamil dalam
setelah persalinan (dengan persetujuan) dan ikuti butir 8
masa persalinan
dengan status Bila positif:
HIV tidak  Berikan NVP dosis tunggal
 NVP dosis tunggal dalam
diketahui  Bila persalinan sudah terjadi jangan
72 jam pertama
7. Atau berikan NVP, namun ikuti butir 8, atau
 AZT + 3TC selama 1
ODHA yang  AZT + 3TC saat persalinan hingga 1
minggu
datang saat minggu pasca persalinan
persalinan tetapi Bila positif:
belum pernah  Berikan NVP dosis tunggal
 NVP dosis tunggal dalam
mendapat ARV  Bila persalinan sudah terjadi jangan
72 jam pertama
berikan NVP, namun ikuti butir 8, atau
 AZT + 3TC selama 1
 AZT + 3TC saat persalinan hingga 1
minggu
minggu pasca persalinan
Bayi lahir dari
NVP dosis tunggal sesegera
ODHA yang
mungkin + AZT selama 1
8. belum pernah
minggu. Bila diberikan setelah
mendapat obat
> 2 hari kurang bermanfaat
ARV

Dikutip dari: "Recommendation on ARVs and MTCT Prevention 2004". WHO Juli 2004
Keamanan dan Toksisitas Pengobatan Anti HIV
selama Kehamilan

• Perinatal HIV Guidlines Working Group tahun 2005 : Efek


jangka panjang dari pengobatan ARV terhadap janin in-utero
masih belum diketahui
• Salah satu regimen pengobatan yg dapat digunakan adalah
non-nucleosid reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
niverapine (NVP)
• Penggunaan jangka panjang NVP dapat menyebabkan
beberapa efek samping negatif seperti kelelahan, lemah,
mual, kehilangan nafsu makan, ikterus pd mata/ kulit , tanda
toksisitas liver (pengerasan, pembesaran atau peningkatan
liver enzim).
Penanganan Persalinan

• Kebanyakan penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi


saat persalinan
• Regimen yg biasa digunakan adalah three part ZDV
regimen, cara pemberian :
• Saat hamil : mulai UK 14 – 34 mgg ; dosis 5 x 100
mg, atau 3 x 200 mg, atau 2 x 300 mg
• Persalinan : saat persalinan diberikan ZDV/IV
• Bayi : Bayi baru lahir diberikan ZDV (cair) setiap 6
jam selama 6 mgg setelah dilahirkan
• SC direkomendasian bagi bumil HIV(+) apabila :
• Jml tidak diketahui atau > 1000/mL pd UK 36 mgg
• Belum pernah mendapat pengobatan anti HIV atau
hanya mendapat zidovudine selama kehamilan
• Belum pernah mendapat perawatan prenatal s.d UK
36 mgg/lebih
• Untuk mencegah penularan saat persalinan : SC
harus sudah dijadwalkan pd UK 38 mgg dan harus
dilakukan sebelum ketuban pecah
•Persalinan pervaginam direkomendasian bagi
bumil HIV+ apabila :
•Sudah memperoleh perawatan prenatal
selama kehamilan
•Viral load < 1000/mL pada UK 36 mgg
•Mendapat pengobatan ZDV dengan atau
tanpa obat anti HIV lainnya
•Ketuban sudah pecah dan persalinan
berlangsung secara cepat
• Semua cara persalinan mempunyai resiko, namun
resiko penularan HIV pd bayi lebih tinggi pada
persalinan pervaginam dibanding SC
• Resiko SC
• Bagi ibu : infeksi dan masalah yg berhubungan
dengan anestesia
• Bagi bayi : infant respiratory distress
• Pemberian ZDV intravena (i.v) pada SC dimulai 3
jam sebelum SC, dilanjutkan setelah bayi lahir, pd
persalinan pervaginam diberikan selama
persalinan sd bayi lahir
• Pilihan persalinan bumil dgn HIV(+) tergantung pd
keadaan kes serta pengobatannya apakah dilakukan
pervaginam/SC → pemilihan cara persalinan harus
direncanakan saat hamil/sedini mungkin
• Prinsip : meminimalkan kontak bayi terhadap darah
ibu → hindari pemeriksaan invasif dan persalinan dgn
vakum/forsep
• Semua bayi yang dilahirkan dari ibu HIV(+) harus
mendapat pengobatan anti HIV, minimal pemberian
ZDV selama 6 mgg
•Rekomendasi pencegahan penularan vertikal
HIV terhadap janin :
•Memaksimalkan kesehatan bumil →
pemberian kombinasi terapi ARV
•Tingkat plasma HIV-1 RNA harus dimonitor
selama kehamilan sesuai dgn standar
pelaksanaan infeksi HIV pada dewasa
•Persalinan dengan tindakan SC terencana
•Bila SC telah terencana tetapi ibu datang dgn
ketuban sudah pecah atau dalam proses
kelahiran → pertimbangan lamanya waktu
ketuban pecah, jalannya/proses persalinan
serta faktor klinis lainnya
•Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan
Depkes RI th 2003 : Di negara maju, SC
sebelum mulai persalinan dapat mengurangi
resiko penularan dari ibu ke bayi sampai 80%
(1,8% dibandingkan 10,5%)
• Hal yg dapat meningkatkan resiko penularan HIV dari
ibu ke bayi adalah tindakan obstetrik invasif serta
penggunaan alat yg tidak perlu seperti :
• Episiotomi rutin
• Ekstraksi vakum
• Ekstraksi cunam
• Pemecahan ketuban sebelum pembukaan lengkap
• Terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam
• Memantau analisa gas darah janin selama
persalinan dimana sampel darah diambil dari kulit
kepala janin
Pasca Persalinan bagi Wanita dengan HIV Positif
dan Bayinya
• Harus sdh dibicarakan sejak hamil atau segera setelah
melahirkan.
• Perinatal HIV Guidlines Working Group 2005 : Bayi yg lahir
dari ibu HIV (+) → pem HIV berbeda dari orang dewasa.
• Pada orang dewasa : Pem antibodi HIV dalam darah ; Bayi
menyimpan antibodi ibu dalam darahnya, termasuk
antibodi HIV sd beberapa bulan setelah dilahirkan → tes
antibodi bayi berusia < 1 th akan memperoleh hasil (+)
walaupun bayi tsb tidak menderita HIV
• Bayi berusia > 1 th tidak lagi memiliki antibodi dari ibunya,
→ dapat diperiksa antibodi HIV
• Pemeriksaan preliminary HIV pada bayi dilakukan :
• Antara 48 jam setelah lahir
• Antara 1 – 2 bulan
• Antara 3 – 6 bulan
• Bayi dicurigai terinfeksi HIV bila hasil pem (+) pd dua dari
pemeriksaan di atas
• Pada usia 12 bulan, bayi yg memiliki hasil preliminary (+),
harus dilakukan pem antibodi HIV
• Bila hasil pem antibodi HIV (-) : pd saat ini tidak
terinfeksi HIV
• Bila hasil pem antibodi HIV (+) : harus diperiksa ulang
pd usia 15 – 18 bulan.
• Bayi yg lahir dari ibu HIV (+) harus dilakukan :
• Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)
• Diawasi tanda anemia (merupakan efek samping
negatif dari pengobatan ZDV)
• Pem darah rutin, serta imunisasi lainnya
• Mendapat pengobatan ZDV oral selama 6 mgg
• Regimen ZDV oral harus mulai diberikan 6 – 12 jam
setelah bayi lahir, dikombinasikan dgn ARV lainnya
• Pengobatan yg direkomendasikan : kombinasi
sulfamethoxazole dan trimethoprim, dimulai saat
usia 4 – 6 mgg, dilanjutkan sd bayi diyakinkan HIV (-
)
• Bila hasil pem HIV (+), pengobatan terus dilanjutkan
• Berikan penjelasan untuk dapat memperoleh yan-kes yg
sesuai serta pelayanan pendukung lainnya bagi ibu & bayi :
• Perawatan kesehatan rutin
• Perawatan khusus HIV
• Keluarga berencana
• Pelayanan kesehatan jiwa
• Substance abuse treatment
• Case management
• Wanita dengan HIV (+) diharapkan tidak menyusui bayinya
untuk mencegah penularan HIV melalui ASI
• Selama masa PP dapat terjadi perubahan fisik dan
emosional → tekanan dalam tanggungjawabnya untuk
merawat bayi → mempersulit dalam melanjutkan
pengobatan regimen ARV
•Perlu dibicarakan kepada pasien mengenai :
•Hal yang tidak dimengerti yang mengenai
regimen obat dan pengobatan yang baik
•Rasa depresi (banyak wanita yang
mengalaminya setelah melahirkan)
•Rencana jangka panjang untuk melanjutkan
perawatan kesehatan dan pengobatan ARV
bagi ibu dan bayi
Penanganan Pasca Persalinan
di Indonesia

• Menurut Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI


2003, hal yg harus diperhatikan pasca persalinan, a.l :
• Kontrasepsi
Bila bayi tidak disusui → efek kontraseptif laktasi akan
hilang → harus memakai kontrasepsi. ODHA sudah harus
menggunakan al-kon paling lambat 4 mgg PP
• Menyusui
Bagi ibu yg belum diketahui status serologinya, dianjurkan
memberikan ASI ekslusif selama 6 bln dan dapat
dilanjutkan sd 2 thn/lebih. Makanan alternatif diberikan
sejak bayi berusia 6 bulan.
• Ibu dgn HIV (+) tidak dianjurkan menyusui bayinya
(penularan 10 – 20%), apalagi bila terdapat lecet &
radang pada payudara → Tetapi bila tidak
menyusui, bayi akan beresiko kurang gizi dan
mudah terserang penyakit infeksi termasuk HIV
• Pada keadaan dimana ibu tidak bisa memberi susu
formula karena berbagai hal mis : lingkungan yg
tidak mendukung (tdk tersedianya air bersih,
sosiokultural, harga tidak terjangkau, tidak
berkesinambungan, tidak aman), maka bayi dapat
diberi ASI ekslusif sd usia 4 – 6 bulan, selanjutnya
segera disapih
• 50 – 75% dari bayi yg disusui ibu ODHA, terinfeksi HIV pd 6 bln
pertama kehidupannya
• Bayi dgn ASI ekslusif 6 bln mempunyai resiko lebih rendah
dibandingkan dgn bayi yg mendapat makanan tambahan.
• Pemberian PMT pd bayi usia < 6 bln → stimulasi imunologis dini
akibat kontak dgn makanan terlalu dini → terjadi gangguan
pencernaan → peningkatan permiabilitas usus → masuknya
HIV
• Pemberian ASI ekslusif selama 4 – 6 bln mengurangi morbiditas
dan mortalitas akibat infeksi selain HIV
• PMT → resiko mastitis, akibat ASI yg terakumulasi pd payudara
ibu
• Cara lain menghindari penularan HIV → menghangatkan ASI di
atas 66° C untuk membunuh virus HIV dan mnyusui hanya
dilakukan pada bulan – bulan pertama saja
• PASI : susu hewan seperti sapi, kerbau, kambing.
• Susu hewan murni mengandung terlalu banyak
protein, yg dpt merusak ginjal dan menganggu usus
bayi → harus dicairkan dgn air + gula untuk energi.
• Berikan PASI dgn cangkir → lebih mudah dibersihkan
• Tidak boleh diberikan makanan campuran (susu, jus,
air) → meningkatkan resiko penularan dan kematian
bayi
• Bila memungkinkan, berikan susu formula, bila tidak
→ berikan ASI ekslusif selama 6 bln penuh,
selanjutnya segera disapih.
• Terapi antiretroviral dan Imunisasi
• Sebelum mendapat ARV, ibu perlu mendapatkan
konseling. ARV penting setelah ibu melahirkan,
sebab ibu harus merawat anaknya sampai cukup
besar. Tanpa pengobatan ARV dikhawatirkan usia
ibu tidak cukup panjang.
• Protokol ARV : minimal 6 bln harus periksa CD4
• Bayi harus mendapat imunisasi seperti bayi sehat
• Bayi harus tes HIV pada usia 12 bulan, bila (+) →
diulang saat berusia 18 bln
Kesimpulan
• WHO : PMTCT dapat menurunkan penularan vertikal HIV, juga
menghubungkan ibu dgn HIV, anak, serta keluarganya, untuk
memperoleh pengobatan, perawatan, serta dukungan (Perinatal
HIV Guidelines Working Group (24 Februari 2005)
• Pengobatan ARV pada bumil diberikan bila :
• Mengalami gejala berat HIV atau dengan diagnosa AIDS
• CD4 < 200 sel/mm3
• Viral load > 1000/ml
• Regimen yg digunakan adalah three part ZDV regimen:
• Bumil dengan HIV
• ZDV dimulai pd kehamilan 14 – 34 mgg, dosis 5 x 100 mg, atau 3 x 200 mg, atau
2 x 300 mg
• Persalinan
• Pada saat persalinan, dilakukan pemberian ZDV
intravena
• Bayi
• Bayi yang dilahirkan diberikan ZDV dalam bentuk
cair setiap 6 jam selama 6 minggu setelah
dilahirkan.
• Pemeriksaan preliminary HIV untuk bayi dilakukan :
• Antara 48 jam setelah lahir
• Antara 1 – 2 bulan
• Antara 3 – 6 bulan
Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Depakes RI :
• ARV dianjurkan diantaranya:
• Nevirapine
Ibu : diberikan nevirapine 200 mg dosis tunggal saat persalinan
Bayi : 2 mg/kgBB sebelum umur 3 hari (dlm 72 jam pertama setelah
lahir)
• AZT
Ibu hamil 36 mgg : AZT 2 x 300 mg/hari, dan 300 mg setiap 3 jam
selama persalinan berlangsung.
• Hindari tindakan obstetrik invasif yang tidak perlu, seperti :
• Episiotomi rutin
• Ekstraksi vakum
• Ekstraksi cunam
• Pemecahan ketuban sebelum pembukaan lengkap
• Terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam
• Memantau analisa gas darah janin selama persalinan dimana sampel
darah diambil dari kulit kepala janin
Pasca persalinan, a.l :
• Kontrasepsi
• Dianjurkan dengan menggunakan kondom (ODHA harus
sdh menggunakan kontrasepsi paling lambat 4 mgg PP)
• Menyusui
• Bila dimungkinkan, diberikan susu formula, bila tidak → ASI
ekslusif selama 6 bulan penuh, selanjutnya segera disapih
• Terapi antiretroviral dan imunisasi
• Ibu minimal 6 bln harus periksa CD4. Pengobatan ARV
semakin penting setelah ibu melahirkan, sebab ibu harus
merawat anaknya sampai cukup besar
• Bayi harus mendapat imunisasi seperti bayi sehat. Tes HIV
pada usia 12 bln, bila (+) → diulang saat usia 18 bln
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai