Anda di halaman 1dari 32

SISTEM PERTAHANAN TUBUH PADA IKAN

Sistem pertahanan tubuh jika diartikan secara


harfiah  sistem pertahanan yang dibentuk dan
dibangun dalam rangka antisipasi masuknya hal-hal
yang tidak baik.

Alat pertahanan berfungsi melindungi tubuh dari


musuh, pesaing , predator serta parasit dan
penyakit.
ALAT DAN CARA MELAKUKAN
PERTAHANAN DIRI PADA IKAN

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh ikan untuk


membentuk pertahanan tubuh ;

I. Morfologi ;
a. Kamuflase
b. Kelenjar racun

II. Fisiologi ;
a. Pertahanan tubuh Non Spesifik
b. Pertahanan tubuh Spesifik
I. Morfologi

a. Kamuflase
 upaya menyamarkan diri, ataupun meleburkan diri
ke dalam kondisi dan situasi lingkungan setempat.
 Biasanya menggunakan elemen warna kulit yang
menyerupai obyek, seperti daun, batang dan lainnya.
 Kamuflase dilakukan untuk menghindari serangan
musuh sekaligus untuk mendapatkan mangsa.
 Biasanya hewan yang memiliki kemampuan
kamuflase tidak memiliki senjata yang kuat untuk
melumpuhkan musuh, namun mereka memiliki
kelebihan warna kulit yang bisa beradaptasi dengan
lingkungan apapun.
Contoh Kamuflase pada Hewan Akuatik

Ikan pirate perch (Aphredoderus


sayanus) melakukan kamuflase kimia
 mampu menyembunyikan bau
badannya.
Kamuflase ikan tersebut efektif pada
spesies mangsa. Bau ikan tak mampu
terdeteksi oleh mangsa. Dengan
demikian, mangsa ikan ini, yaitu
jenis serangga air dan katak, tak
mampu menghindar.
Katak bertanduk panjang (Megophrys
nasuta) di Pulau Kalimantan.
Memiliki otot kaki kekar, kepala
yang pipih melebihi luas tubuhnya,
memudahkan ia untuk berkamuflase
di atas dedaunan hijau dan batang
pohon untuk menanti mangsanya yang
lewat.
Gurita memiliki 3 mekanisme pertahanan
tubuh :
1. Kantong tinta
2. Kamuflase
3. Memutuskan lengan

KAMUFLASE :
Gurita berwarna abu-abu pucat atau
Putih  warna kulit bisa diubah sesuai
warna dan pola lingkungan sekitar

Pada kulit gurita terdapat kromatofora


 lapisan kantung-kantung pewarna
yang lentur dan bisa mengubah warna,
opasitas dan refleksitas jaringan
Epidermis  otot-otot di sekeliling
Kromatofora bisa membuat kantong-
Kantong pewarna menjadi kelihatan atau
hilang
Kromatofora berisi pigmen  kuning, oranye, merah, coklat atau
hitam  sebagian besar gurita memiliki 3 warna dari seluruh pilihan
warna  ada juga beberapa spesies yang memiliki 2 atau 4 warna.

Sel-sel lain yang bisa berubah warna adalah sel iridophore dan sel
leucophore (warna putih).

Kemampuan berganti warna  digunakan gurita untuk


berkomunikasi atau memperingatkan gurita lain.
Contoh : gurita cincin biru  kuning cerah dengan bulatan-bulatan
berwarna biru jika merasa terancam, sekaligus memperingatkan
musuh bahwa dirinya sangat beracun
MEMUTUSKAN LENGAN
Beberapa spesies gurita  dapat memutuskan lengannya sendiri
(ototomi)  lengan gurita yang putus dan bergerak berfungsi untuk
pengalih perhatian bagi calon pemangsa.

MENIRU BENTUK HEWAN LAIN


Gurita Mimic
 mempunyai kemampuan meniru bentuk hewan laut berbahaya
seperti lionfish dan belut berkat tubuh yang lentur dipadukan
dengan kemampuan berganti warna.
 mengganti tekstur mantel agar kamuflase menjadi lebih
sempurna  mantel mimic terlihat runcing-runcing seperti rumput
laut atau benjol-benjol seperti batu karang.
Ikan Stonefish (Scropaenopsi diabolus) 
memiliki bentuk dan warna yang
menyerupai bebatuan dan karang 
untuk menghindari predator dan
mendapatkan mangsanya. Habitat
stonefish berada di kawasan Laut
Samudera Hindia.

Anglerfish (ikan angler) merupakan


penghuni dasar laut yang legendaris.
Kepalanya memiliki antena
berbentuk ikan kecil. Antena itu
berfungsi sebagai pengecoh mangsa.
Ikan stargazer  mengubur
diri di dalam pasir sehingga
tak terlihat  ikan kecil
lewat akan langsung
ditangkap.

Ikan flounder dan scorpion fish


mengubah warna tubuhnya
sesuai dengan lingkungan
untuk menyamarkan diri.
Ikan Buntal  memiliki
kemampuan mengembangkan
tubuh beserta duri-duri yang
melindunginya ketika
terancam.

Pertama-tama ikan ini akan


menyerap air di sekitarnya
untuk mengembangkan
tubuhnya hingga mencapai 2
kali besar aslinya, kemudian
ikan ini menegakkan duri-
durinya sebagai upaya
perlindungan dari sergapan
predator.
Ketimun Laut (Teripang) 
dapat merubah tubuhnya dalam
keadaan yang berbeda-beda –
dari padat menjadi lunak untuk
mempertahankan dirinya. Dia
mempunyai jenis kolagen di
kulitnya yang mampu
mengeluarkan atau menyerap
lebih banyak cairan yanbg secara
efektif merubah dirinya dari
keadaan “cair” menjadi “padat”.
Mereka mampu merubah
tubuhnya menjadi seperti bubur,
kemudian menjadi potongan-
potongan kecil dan menjadi
gumpalan padat sehingga tidak
bisa diurai.”
Banyak hal dilakukan oleh ikan dalam bergerak berkelompok :
membuat formasi-formasi tertentu yang dapat mengelabui
predator (berbentuk ikan lumba-lumba, berbentuk ular ataupun
bentuk lain yang ditakuti oleh predator)  hal ini dapat
membuat predator menjauh dan tidak berani mendekati
kerumunan ikan yang bergerak berkelompok  ikan sarden
(Sardinella sirin) dengan bergerak berkelompok membentuk
formasi lumba-lumba.
b. Kelenjar Beracun

Ikan Singa (Pterois


antennata)  ikan beracun
yang berasal dari perairan
Indo-Pasific. Ikan ini
melindungi dirinya dengan
kombinasi antara duri-duri
tajam di tubuhnya dan
racun yang terkandung di
dalam tubuhnya. Apabila
terkena racunnya, maka
akan sangat berakibat fatal
bagi makhluk hidup yang
terkena racunnya, bahkan
untuk manusia
• Hagfish
Hagfish di lautan pasifik
memiliki cara yang
menjijikkan untuk
mempertahankan dirinya.
Ketika sedang diserang,
akan menyemburkan
kotoran yang mampu
mencekik dan bikin sesak
napas dengan
membungkus predatornya
ke dalam bahan pekat dan
lengket.
II. Fisiologis

Mekanisme pertahanan tubuh ikan meliputi ;


1. Pertahanan tubuh Non Spesifik
 Barir mekanik dan kimiawi permukaan (mukus,
kulit, sisik dan insang).
Faktor seluler (sel makrofag, sel killer, netrofil,
leukosit, reaksi penolakan allograft dan reaksi
hipersensitifitas)
2. Pertahanan tubuh spesifik
Faktor humoral (antibodi, transferin, interferon,
protein C-reaktif)
a. Pertahanan Tubuh Non Spesifik

 merupakan sistem pertahanan tubuh yang tidak


membedakan mikroorganisme patogen satu
dengan yang lainnya

 Pertahanan tubuh non spesifik  barir


mekanik dan kimiawi dan pertahanan seluler

 Mukus  kulit  peradangan (inflamasi) 


membatasi penyebaran patogen dalam tubuh
ikan.
Mukus
Menyelubungi permukaan tubuh, insang dan usus  berperan untuk
pemerangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasi patogen secara
kimiawi dengan enzim lisozim dan proteolitik lainnya.

Lisozim  Lisosom berisi enzim yang dapat memecahkan (mencerna)


polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan protein.

Lisosom berperan dalam pencernaan intra sel, misalnya pada protozoa


atau sel darah putih, juga dalam autofagus.
Membran mukosa yang melapisi saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin dapat menghalangi masuknya
mikroba yang berbahaya. Selain pertahanan fisik, kulit dan
membran mukosa dapat berfungsi sebagai pertahanan
kimiawi. Sekresi dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat
akan memberikan suasana pH kulit antara 3–5. Kisaran pH
tersebut mencegah kolonisasi mikroorganisme di kulit. Koloni
mikroorganisme ini dapat pula dihambat oleh aktivitas air liur,
air mata, dan sekresi mukosa yang membasahi permukaan
epitelium. Sekresi tersebut mengandung salah satu protein
pelindung, yaitu lisozim.
Kulit dan Sisik Ikan
Berperan dalam perlindungan mekanik terhadap invasi
patogen melalui proses penebalan kutikel atau hiperplasia sel-sel
malfigi
Sebelum masuk ke dalam tubuh, patogen harus menembus tubuh
 kulit merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap
patogen  kulit yang utuh terdiri atas epidermis yang tersusun
atas sel-sel epitel yang sangat rapat. Kondisi ini menyulitkan
mikroorganisme untuk masuk ke dalam tubuh. Akan tetapi, jika
kulit mengalami kerusakan sedikit saja, akan menyebabkan
masuknya patogen seperti bakteri atau virus.
FAKTOR SELULER

Sel makrofag
 sel yang dihasilkan oleh jaringan yang terdapat
dalam darah sebagai monosit.

Sel makrofag didistribusikan secara luas ke seluruh


tubuh dalam sistem fagositik mononuklear (dalam
sistem retikulo-endotelial)  merupakan istilah bagi
sel-sel yang sangat fagositik yang tersebar luas di
seluruh tubuh terutama pada daerah yang kaya akan
pembuluh darah. Makrofag ditemui hampir pada
seluruh organ tubuh, terutama pada jaringan ikat
longgar.
Makrofag berasal dari sel-sel pada sumsum tulang, dari
promonosit kemudian membelah menjadi monosit dan beredar
dalam darah. Pada perkembangannya monosit ini berimigrasi
ke jaringan ikat, kemudian menjadi matang dan berubah
menjadi makrofag. Bentuk sel-sel makrofag dalam darah
adalah berupa monosit, dalam jaringan ikat longgar berupa
makrofag (histiosit), dalam hati berupa sel Kupffer, dan pada
SSP (Susunan Saraf Pusat) sebagai mikroglia.
Respon imun seluler  hasil aktifitas limfosit T yang
menghasilkan sel-sel efektor dari respon kekebalan yang
diperantarai sel.

Sel Efektor  berpatisipasi dalam mengeliminasi benda asing


melalui proses pagositosis, penolakan allograf, sifat toksiknya
terhadap partikel asing (antigen, produksi limfokin, aktifasi sel
makrofag, pembentukan sel T-Helper (TH ) dan sel T-supressor
(Ts ).
Makrofag adalah sel besar dengan kemampuan fagositosis
kemampuan untuk mengabsorbsi dan menghancurkan
mikroorganisme (bakteri atau benda asing).

Cara makrofag untuk menghancurkan (memakan) bakteri atau


benda asing  dengan membentuk sitoplasma pada saat
bakteri atau benda asing melekat pada permukaan sel
makrofag, lalu sitoplasma tersebut melekuk ke dalam
membungkus bakteri atau benda asing, tonjolan sitoplasma
yang saling bertemu akan melebur menjadi satu sehingga
bakteri atau benda asing akan tertangkap di dalam vakuola.
Sel Pembunuh Alami (Natural Killer/ NK Cell) 
sejenis limfosit sitotoksik (bersifat toksik/membunuh
sel) yang merupakan bagian besar dari system
kekebalan alami.

Sel NK berperan besar dalam mengeliminasi sel


tumor/kanker dan sel-sel yang terinfeksi virus. Sel NK
membunuh sel dengan cara melepaskan granul
sitoplasmik yang disebut perforin dan granzyme yang
membuat sel target mati dengan cara apoptosis
(kematian sel terprogram)

Sel NK merupakan sel ketiga jenis limfosit granular


yang berasal dari sel limfoblast (asal usul sel limfosit),
selain Limfosit B dan Limfosit T.

Diberi nama “Natural Killer” karena mereka bekerja


pada tahap awal sistem pertahanan tubuh dan tidak
memerlukan “aktivasi” untuk membasmi/membunuh
sel yang tidak mempunyai “marker” antigen.
Neutrofil (neutrophil, polymorphonuclear
neutrophilic leukocyte, PMN)  bagian sel darah
putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan
dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang
mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka
yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah
kebiruan dengan 3 inti sel.

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh


terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan
kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir
ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat
fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil
menyerang patogen dengan serangan respiratori
menggunakan berbagai macam substansi beracun
yang mengandung bahan pengoksidasi kuat,
termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal
bebas, dan hipoklorit.
Sel darah putih/leukosit  beredar
di sistem peredaran
tubuh adalah sel yang membentuk
komponen darah.

Sel darah putih ini berfungsi


untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan
tubuh.
Alergi atau hipersensitivitas  kegagalan
kekebalan tubuh di mana tubuh menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara
imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya nonimunogenik  tubuh
manusia bereaksi berlebihan terhadap
lingkungan atau bahan-bahan yang oleh
tubuh dianggap asing atau berbahaya.
Bahan-bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

Hipersensitivitas adalah keadaan perubahan


reaktivitas, tubuh bereaksi dengan respon
imun berlebihan atau tidak tepat terhadap
suatu benda asing.
b. Pertahanan Tubuh Spesifik

 Sistem Kekebalan Tubuh Spesifik merupakan


pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang
masuk ke dalam tubuh. Sistem Kekebalan Tubuh
Spesifik bekerja apabila patogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem
Kekebalan Tubuh Spesifik ini biasa disebut dengan
sistem kekebalan tubuh yang merupakan garis
pertahanan ketiga dari tubuh.

 Pertahanan tubuh spesifik  dilakukan antibodi yang


merupakan respon humoral.
FAKTOR HUMORAL
Antibodi atau zat anti 
suatu senyawa protein (gama-
globulin, immunoglobulin)
yang terbentuk karena
adanya antigen (benda asing)
yang masuk ke dalam tubuh.
Sifat dari antibodi yang
dihasilkan biasanya sangat
spesifik artinya hanya dapat
bereaksi terhadap suatu
organisme yang memiliki
susunan molekul yang sama
dengan perangsangnya
(antigen asal).
Organ yang paling berperan dalam
menghasilkan Antibodi  organ
limfoid pada ikan menyatu dengan
organ miloid  limfomiloid (timus,
limfa dan ginjal)  membentuk dan
menentukan tipe antibodi (Ab).

Fungsi Ab  memusnahkan Antigen


dalam tubuh.

Limfomiloid  jaringan haemopoietik


 jaringan pembentuk sel darah.

Antibodi  banyak terdapat dalam


serum darah  cairan bening dari
darah yang sudah membeku.
Antibodi  produk respon pertahanan humoral yang
bersifat spesifik

Reaksi kekebalan humoral  dapat terjadi sejak


stadium awal antigen ikan  bisa juga tidak terjadi
karena  proses fagositosis pada insang anak ikan yang
menghambat antigen masuk ke dalam tubuh.

Antigen  benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan


bersifat antigenik  merangsang pembentukan antibodi.

Sifat Antigenik  bersifat fisikokimiawi  molekul


harus mempunyai berat molekul dan kimiawi komplek
dapat terurai dan bersifat asing.

Anda mungkin juga menyukai