BJT
BJT
1
Stuktur divais dan cara kerja fisik
2
Mode kerja BJT
np 0 np0ev BE / VT
4
Pengurangan pembawa muatan minoritas menyebabkan
elektron yang disuntikkan ke base akan merembas
melalui base ke collector. Arus elektron ini sebanding
dengan koefisien arah dari profil konsentrasi
dnp ( x )
In AE qDn
dx
n (0 )
AE qDn p
W
Arus Collector
iC IS ev BE / VT
IS AE qDn np 0 W
np 0 ni2 N A
AE qDn ni2
IS
N AW
Arus Base
Terdiri dari iB1 yang disebabkan oleh holes yang
disuntikkan dari base ke emitter dan iB2 yang
disebabkan oleh holes yang dicatu dari rangkaian luar
untuk menggantikan holes yang hilang akibat proses
rekombinasi
AE qDpni2 v BE / VT
i B1 e
NDLp
6
Qn
iB 2
b
Qn AE q 21 np 0 W
AE qWni2 v BE / VT
Qn e
2N A
1 AE qWni2 v BE / VT
iB 2 e
2 bN A
Dp N A W 1 W 2 v BE / VT
i B IS e
D N L
n D p 2 Dn b
i
iB C
I
i B S ev BE / VT
Dp N A W 1 W 2
1
D
n D pN L 2 D
n b
7
β adalah suatu konstanta untuk transistor tertentu.
Untuk transistor npn, harga β berkisar antara 50 – 200.
Untuk divais khusus β bisa mencapai 1000.
β disebut penguatan arus common-emitter.
Arus Emitter
i E iC i B
1
iE iC
1 v
iE IS e BE / VT
iC i E
1
i E IS ev BE / VT
1
8
α≈1
Perubahan yang kecil pada α menyebabkan perubahan
yang besar pada β.
α disebut penguatan arus common-base.
9
Gambar 5: Model rangkaian pengganti sinyal besar untuk
BJT npn yang bekerja pada mode forward active.
10
Struktur Transistor
11
Gambar 7: Model transistor npn yang bekerja pada
mode reverse active.
iE = iDE – αRiDC
IC = - IDC + αFiDE
IB =(1 – αF) iDE + (1 – αR) iDC
13
i DE ISE ev BE VT 1
i DC I e
SC
v BC VT
1
iE
I
e
S v BE VT
1 IS ev BC VT 1
F
I
iC IS ev BE VT 1 S ev BC VT 1
R
I
I
i B S ev BE VT 1 S ev BC VT 1
F R
F
F
1 F
R
R
1 R
14
IS v BE VT 1
i E e
IS 1
F F
1
iC IS ev BE VT IS 1
R
I 1 1
i B S ev BE VT IS
F F R
15
Gambar 9: Karakteristik iC – vCB dari transistor npn yang
dicatu dengan arus IE yang tetap.
16
Cara Kerja pada Mode Jenuh
IS v BC VT
iC ISe v BE VT
e
R
Suku pertama adalah hasil dari forward-biased EBJ,
dan suku kedua adalah hasil dari forward-biased CBJ.
Jika vBC melebihi 0,4 V, iC akan berkurang dan akhirnya
mencapai nol.
17
Gambar 10: Profil konsentrasi pembawa muatan
minoritas (elektron) pada base dari sebuah transistor npn
18
Transistor pnp
19
Gambar 12: Model sinyal besar untuk transistor pnp
yang bekerja pada mode aktif.
21
Ringkasan hubungan arus – tegangan dari BJT pada
mode aktif
iC IS ev BE VT
iC IS v BE VT
i B e
i I
i E C S ev BE VT
Catatan: untuk transistor pnp, gantilah vBE dengan vEB
i B 1 i E
iE
i C i E
1
iC i B i E 1i B
1 1
22
Konstanta n
23
Contoh soal 1:
24
Jawab:
VC = 5 V → CBJ reverse bias → BJT pada mode aktif
VC = 5 V → VRC = 15 – 5 = 10 V
IC = 2 mA → RC = 5 kΩ
2
VBE 0,7 ln 0,717 V
1
VB = 0 V → VE = -0,717 V
25
Penampilan Grafis dari Karakteristik Transistor
26
Gambar 17: Pengaruh suhu pada karakteristik iC – vBE
27
Gambar 18: karakteristik iC – vCB dari sebuah transistor npn
28
Dalam daerah aktif, vCB ≥ –0,4 V, kurva iC – vCB
berbeda dengan yang diharapkan karena:
– Kurva tidak tidak datar tapi menunjukkan koefisien
arah yang positif. Hal ini disebabkan adanya
ketergantungan iC terhadap vCB
– Pada harga vCB yang relatif besar, iC meningkat
dengan cepat, karena terjadinya ‘breakdown’
29
Ketergantungan iC pada tegangan collector –
The Early effect
30
Ketergantungan linier iC terhadap vCE:
vCE
iC ISe v BE VT
1
VA
Koefiisien arah dari kurva iC – vCE yang tidak nol
menunjukkan bahwa resistansi keluaran dilihat ke arah
collector mempunyai harga tertentu (≠∞)
1
i
ro C
v CE v BE kons tan
V VCE
ro A
IC
IC dan vCE adalah koordinat titik kerja BJT pada kurva
iC – vCE .
VA
ro
IC'
IC' IS ev BE VT
31
Gambar 20: Model rangkaian pengganti sinyal besar dari
BJT npn yang bekerja di daerah aktif dalam konfigurasi
common-emitter.
32
Karakteristik Common-Emitter
33
Penguatan arus common-emitter β.
ICQ
dc
IBQ
iC
ac
i B v CE kons tan
35
Tegangan jenuh VCEsat dan Resistansi jenuh RCEsat
36
Karena harga ICsat ditentukan oleh perancang rangkaian,
sebuah transistor jenuh dikatakan bekerja pada ‘forced β’
ICsat
forced
IB
forced F
v CE
RCEsat
iC i B I B
i C I Cs at
37
Gambar 24. (a) transistor npn beroperasi pada mode
jenuh dengan arus base yang tetap IB.
(b) Kurva karakteristik iC – vCE pada iB = IB dengan
koefisien arah 1/RCEsat.
(c) Rangkaian ekivalen transistor jenuh
(d) Model rangkaian ekivalen yang disederhanakan dari
transistor jenuh
38
Perhatikan pada gambar (24.b):
• kurva memotong sumbu vCE pada VTln (1/αR). Harga
ini sama untuk semua kurva iC – vCE
• tangent pada titik kerja X sama dengan 1/RCEsat. Jika
diekstrapolasikan, tangent ini akan memotong sumbu
vCE pada tegangan VCEsat yang mempunyai harga kira-
kira 0,1V.
I
iC IS ev BE VT 1 S ev BC VT 1
R
I
I
i B S ev BE VT 1 S ev BC VT 1
F R
39
Gantikan iB = IB dan abaikan suku yang tidak
mempunyai fungsi eksponensial
IS IS
IB ev BE VT ev BC VT
F R
IS
iC IS ev BE VT ev BC VT
R
40
Gambar 25: Plot iC (normalisasi) terhadap vCE untuk
transistor npn dengan βF = 100 dan αR = 0,1
41
Kurva dapat didekati dengan garis lurus pada titik
βforced/βF = 0,5. Koefisien arah pada titik ini kira-kira
10 V-1, tidak tergantung dari parameter transistor.
RCEsat = 1/10βFIB
1 forced 1 R
VCEsat VT ln
1 forced F
Transistor breakdown
42
Untuk konfigurasi common-emitter, breakdown terjadi
pada tegangan BVCEO. Harga BVCEO kira-kira setengah
harga BVCBO. Pada lembaran data transistor, BVCBO
disebut ‘sustaining voltage’, LVCEO
43
Ringkasan Karakteristik arus – tegangan dari BJT
Kondisi:
1. EBJ forward biased:
npn: vBE > VBEon; VBEon ≈ 0,5 V
biasanya vBE = 0,7 V
pnp: vEB > VEBon; VEBon ≈ 0,5 V
biasanya vEB = 0,7 V
44
2. CBJ reverse biased
npn: vBC ≤ VBCon : VBCon ≈ 0,4 V → vCE ≥ 0,3 V
pnp: vCB ≤ VCBon : VCBon : ≈ 0,4 V → vEC ≥ 0,3 V
i B iC iC i B
i E iC iC iC
1 1
npn:
I
i B S ev BE VT
v
iC IS ev BE VT 1 CE
VA
ro VA IS ev BE VT
45
pnp
I
i B S ev EB VT
v
iC IS ev EB VT 1 EC
VA
ro VA IS ev EB VT
Model Ebers-Moll
npn pnp
i DE ISE ev BE VT 1
i DE ISE ev EB VT 1
i DC ISC e v BC VT
1 i DC ISC e v CB VT
1
46
F ISE RISC IS
ISC F luas CBJ
ISE R luas EBJ
βforced ≤ βF
F
Overdrive factor
forced
47
Rangkaian ekivalen
npn pnp
1 forced 1 F
VCEsat VT ln
1 forced F
48
BJT sebagai Penguat dan sebagai Saklar
Pemakaian BJT:
– sebagai penguat:
• BJT bekerja pada mode aktif.
• BJT berperan sebagai sebuah sumber arus
yang dikendalikan oleh tegangan (VCCS).
• Perubahan pada tegangan base-emitter,vBE,
akan menyebabkan perubahan pada arus
collector, iC.
• BJT dipakai untuk membuat sebuah penguatan
transkonduktansi.
• Penguatan tegangan dapat diperoleh dengan
melalukan arus collector ke sebuah resistansi,
RC.
• Agar penguat menjadi penguat linier, transistor
harus diberi bias, dan sinyal akan
ditumpangkan pada tegangan bias dan sinyal
yang akan diperkuat harus dijaga tetap kecil
– sebagai saklar
• BJT bekerja pada mode cutoff dan mode jenuh
49
Cara kerja sinyal besar – Karakteristik Transfer
50
Rangkaian dasar penguat common-emitter terlihat
pada gambar 26.
– Tegangan masukan total vI (bias + sinyal) dipasang
di antara base dan emitter (ground)
– Tegangan keluaran total vO (bias + sinyal) diambil di
antara collector dan emitter (ground)
– Resistor RC mempunyai 2 fungsi:
• Untuk menentukan bias yang diinginkan pada
collector
• Mengubah arus collector, iC, menjadi tegangan
keluaran vOC atau vO
– Tegangan catu VCC diperlukan untuk memberi bias
pada BJT dan untuk mencatu daya yang diperlukan
untuk kerja penguat.
51
vI > 0,5 V → transistor mulai aktif, iC naik, vO turun.
Nilai awal vO tinggi, BJT bekerja pada mode aktif yang
menyebabkan penurunan yang tajam pada kurva
karakteristik transfer tegangan (segmen YZ), Pada
segmen ini:
iC IS ev EB VT
IS e v I VT
vO VCC RCIS ev I VT
VCC VCEsat
ICsat
RC
52
Sedangkan ketika BJT dalam keadaan cut off, arus
sangat kecil (idealnya nol), jadi beraksi seperti saklar
terbuka, memutus hubungan antara collector dan
ground.
Jadi keadaan saklar ditentukan oleh harga tegangan
kendali vBE.
Penguatan Penguat.
IC ISeVBE VT
VCE VCC RCIC
v O VCC RCIS ev i VT
dv O
Av
dv I v I VBE
1
Av IS eVBE VT RC
VT
IC RC V
Av RC
VT VT
VRC VCC VCE
Perhatikan:
• penguat CE: inverting, artinya sinyal keluaran
berbeda 180° dengan sinyal masukan.
• peguatan tegangan dari penguat CE adalah
perbandingan antara penurunan tegangan pada
RC dengan tegangan termal VT.
• untuk memaksimumkan penguatan tegangan,
penurunan tegangan pada RC harus sebesar
mungkin, artinya untuk harga VCC tertentu
penguatan harus bekerja pada VCE yang lebih
rendah.
54
• pada gambar 26(b) terlihat, jika VCE lebih rendah
→ titik bias Q dekat pada ujung daerah aktif, →
tidak mempunyai ruang yang cukup untuk
simpangan negatif tegangan keluaran tanpa
penguat memasuki daerah jenuh → puncak
negatif dari gelombang vO akan terpotong. jadi
diperlukan ruang yang cukup untuk simpangan
sinyal keluaran yang menentukan posisi yang
efektif untuk titik bias Q pada segmen daerah aktif
YZ.
• jika Q ditempatkan pada posisi yang terlalu tinggi
pada segmen ini, tidak hanya akan mengurangi
penguatan tapi juga membatasi simpangan positif
dari sinyal keluaran. Pada sisi positif, pembatasan
ini ditentukan oleh BJT memasuki cut off, pada
keadaan ini puncak positif akan terpotong pada
level VCC. Secara teoritis penguatan maksimum Av
diperoleh dengan mem-bias BJT pada ujung
keadaan jenuh, tetapi tidak akan mempunyai
ruang untuk simpangan sinyal negatif.
VCC VCEsat
Av
VT
VCC
Av
VT
55
Contoh soal 2
Sebuah rangkaian CE menggunakan sebuah BJT
yang mempunyai IS = 10-15 A, sebuah resistansi
collector RC = 6,8 kΩ dan catu daya VCC = 10 V.
a. Tentukan harga tegangan bias VBE yang
diperlukan untuk mengoperasikan transistor
pada VCE = 3,2 V. Berapakah harga IC nya?
b. Carilah penguatan tegangan Av pada titik bias.
Jika sebuah sinyal masukan sinusoida dengan
amplitudo 5 mV ditumpangkan pada VBE,
carilah amplitudo sinyal keluaran sinusoida.
c. Carilah kenaikan positif vBE (di atas VBE) yang
mendorong transistor ke daerah jenuh, dimana
vCE= 0,3 V.
d. Carilah kenaikan negatif vBE yang mendorong
transistor ke daerah 1% cut off (vO = 0,99 VCC)
Jawab:
a.
VCC VCE
IC
RC
10 3,2
1 mA
6,8
1 10 3 10 15 eVBE VT
VBE 690,8 mV
56
b.
VCC VCE
Av
VT
10 3,2
272 V/V
0,025
V o 272 0,005 1,36 V
1,617
v BE VT ln
1
12 mV
57
d. Untuk vo = 0,99 VCC = 9,9 V
10 9,9
iC 0,0147 mA
6,8
0,0147
v BE VT ln
1
105,5 mV
Analisis Grafis
59
Gambar 29. Konstruksi grafis untuk menentukan arus dc
collector IC dan tegangan collector–emitter VCE pada
rangkaian pada gambar 27
VCC 1
iC v CE
RC RC
61
Gambar 30 (b). Penentuan grafis komponen sinyal vce
dan ic ketika komponen sinyal vi ditumpangkan pada
tegangan dc VBB.
62
Pengaruh letak titik bias pada simpangan sinyal
63
Cara kerja sebagai saklar.
v I VBE
iB
RB
65
Harga vI yang diperlukan untuk mendorong transistor
ke EOS dapat ditentukan dengan persamaan:
66
Contoh soal 3:
Transistor pada gambar 33 mempunyai β berkisar
antara 50 – 150.
Carilah harga RB yang menyebabkan transistor pada
keadaan jenuh dengan faktor ‘overdrive’ lebih besar dari
10.
Gambar 33
Jawab:
Transistor dalam keadaan jenuh, tegangan collector:
VC = VCEsat ≈ 0,2 V
Arus collector:
10 0,2
ICsat 9,8 mA
1
67
Untuk membuat transistor jenuh dengan β yang paling
rendah, diperlukan arus base paling sedikit:
ICsat 9,8
IB ( EOS ) 0,196 mA
min 50
5 0,7
1,96
RB
4,3
RB 2,2 k
1,94
68
Rangkaian BJT pada DC
69
Contoh soal 4:
Gambar 34 70
Jawab:
VE 0 3,3
IE 1 mA
RE 3,3
100
0,99
1 101
IC 0,99 1 0,99 mA
71
Contoh soal 5:
Gambar 35
72
Tentukan tegangan pada semua simpul dan arus pada
semua cabang. Rangkaian pada gambar 35 identik
dengan rangkaian pada gambar 34, kecuali tegangan
pada base = +6 V. Asumsikan transistor mempunyai β
terkecil = 50.
Jawab:
Asumsikan transistor bekerja pada mode aktif
VE 6 VBE 6 0,7 5,3 V
5,3
IE 1,6 mA
3,3
VC 10 4,7 IC 10 4,7 1,6 2,48 V
73
10 5.5
IC 0,96 mA
4,7
IB IE IC 1,6 0,96 0,64 mA
IC 0,96
forced 1,5
IB 0,64
Contoh soal 6:
Tentukan tegangan pada semua simpul dan arus pada
semua cabang pada rangkaian pada gambar 36.
Catatan: rangkaian ini identik dengan rangkaian pada
contoh 4 dan contoh 5 kecuali tegangan base = 0 V.
Jawab:
Karena tegangan base = 0 dan emitter terhubung ke
ground melalui RE, maka EBJ tidak dapat ‘on’ dan arus
emitter = 0. CBJ juga tidak dapat ‘on’ karena collector
jenis –n terhubung ke catu daya positif melalui RC dan
base jenis –p terhubung ke ground. Jadi arus collector =
0. Arus base juga akan = 0, sehingga transistor bekerja
pada mode cutoff. Tegangan emitter = 0, tegangan
collector = +10 V, karena tidak ada penurunan tegangan
pada RC. 74
Gambar 36.
75
Contoh soal 7:
Gambar 37
76
Jawab:
Pada transistor pnp, base terhubung ke ground dan
emitter terhubung ke catu daya positif (V+ = +10 V)
melalui RC. Jadi EBJ forward biased dengan
VE = VEB = 0,7 V
V VE 10 0,7
IE 4,65 mA
RE 2
IE 4,65
IB 0,05 mA
1 101
77
Contoh soal 8:
Gambar 38
78
Jawab:
EBJ forward biased, jadi:
5 VBE 5 0,7
IB 0,043 mA
RB 100
Catatan:
Harga β sangat berpengaruh pada harga IB.
Pada contoh soal 7, harga β tidak terlalu berpengaruh
pada mode kerja transistor.
Pada contoh soal 8, kenaikan β 10% akan
menyebabkan transistor memasuki mode jenuh.
Jadi dalam merancang rangkaian BJT harus
diperhatikan agar kinerja rangkaian diusahakan tidak
terlalu sensitif terhadap harga β.
79
Contoh soal 9:
Gambar 39.
80
Jawab:
Asumsikan transistor bekerja pada mode aktif dan
abaikan arus base: VB ≈ 0, VE ≈ +0,7 V, IE ≈ 4,3 mA.
Arus collector maksimum yang dapat menunjang
transistor bekerja pada daerah aktif ≈ 0,5 mA, ternyata
transistor bekerja pada mode jenuh.
5 VE 5 VB 0,7
IE 4,3 VB mA
1 1
V
IB B 0,1VB mA
10
V ( 5) VB 0,5 5
IC C 0,1VB 0,55 mA
10 10
IE IB IC
4,3 VB 0,1VB 0,1VB 0,55
3,75
VB 3,13 V
1,2
81
VE 3,83 V
VC 3,63 V
IE 1,17 mA
IC 0,86 mA
IB 0,31 mA
0,86
forced 2,8
0,31
βforced < β
82
Contoh soal 10:
Gambar 40
83
Jawab:
Gunakan teori Thévenin untuk menyederhanakan
rangkaian pada base.
RB 2 50
VBB 15 15 5 V
RB1 RB 2 100 50
RBB RB1 // RB 2 100 // 50 33,3 k
VBB IB RBB VBE IE RE
IE
IB
1
VBB VBE
IE
RE RBB 1
5 0,7
IE 1,29 mA
3 33,3 101
1,29
IB 0,0128 mA
101
VB VBE IE RE
0,7 1,29 3 4,57 V
Gambar 41 85
Jawab:
Rangkaian ini identik dengan rangkaian pada contoh
soal 10. Perbedaannya ada transistor Q2 dengan RC2
dan RE2 nya.
15 VE 2 15 9,3
IE 2 2,85 mA
RE 2 2
86
Karena collector Q2 terhubung dengan ground melalui
RC2, asumsikan Q2 bekerja di mode aktif
IC2 = α2IE2
= 0,99 x 2,85 = 2,82 ( asumsikan β= 100)
87
IC2 = 0,99 x 2,78 = 2,75 mA
VC2 = 2,75 x 2,7 = 7,43 V
2,78
IB 2 0,0275 mA
101
88
Contoh soal 12:
Gambar 42
89
Jawab:
Transistor Q1 dan Q2 tidak akan sama-sama ‘on’.
Jadi jika Q1 ‘on’ maka Q2 ‘off’, dan sebaliknya.
90
Pemberian bias pada rangkaian BJT
91
Cara klasik pengaturan bias untuk rangkaian diskrit
93
Contoh soal 13:
Rancanglah rangkaian pada gambar 44 sehingga IE =
1 mA dengan catu daya VCC = +12V. Transistor
mempunyai harga nominal β = 100.
Jawab:
Ikuti ‘rule of thumb’:
⅓ tegangan catu daya dialokasikan untuk tegangan
pada R2, ⅓ lainnya untuk tegangan pada RC dan
sisanya untuk simpangan sinyal pada collector.
VB = +4 V
VE = 4 – VBE ≈ 3,3 V
VE 3,3
RE 3,3 k
IE 1
Jadi R2 = 40 kΩ dan R1 = 80 kΩ
94
Pada tahap ini, dapat dihitung IE yang lebih akurat
dengan memperhatikan arus base yang tidak nol.
4 0,7
IE 0,93 mA
3,3(k)
80 // 40 k
101
Disain 2:
jika diinginkan untuk menarik arus yang lebih tinggi dari
catu daya dan resistansi masukan penguat yang lebih
kecil, kita dapat menggunakan arus pada pembagi
tegangan sama dengan IE (yaitu 1 mA), maka R1 = 8 kΩ
dan R2 = 4 kΩ
4 0,7
IE 0,99 1mA
3,3 0,027
95
12 VC
RC
IC
IC IE 0,99 1 0,99 mA 1 mA
12 8
RC 4 k
1
96
VEE VBE
IE
RE RB 1
97
Gambar 46 Penguat common-emitter yang diberi bias
dengan resistor umpan balik RB.
98
Pemberian bias dengan menggunakan sumber arus
99
Implementasi sederhana dari sumber arus konstan I,
terlihat pada gambar 47(b). Rangkaian menggunakan
sepasang transistor yang ‘matched’ Q1 dan Q2, dengan
Q1 dihubungkan sebagai dioda dengan menghubung –
singkat collector dan base nya.
Jika diasumsikan Q1 dan Q2 mempunyai harga β yang
tinggi, arus base dapat diabaikan. Jadi arus melalui Q1
hampir sama dengan IREF.
100
Cara kerja dan model sinyal kecil
101
Hubungan antara arus dan tegangan DC:
IC IS eVBE VT
IE IC
IB IC
VC VCE VCC IC RC
vBE =VBE + v be
,
Dan arus collector menjadi:
IC IS eVBE VT IS e VBE v be VT
IS e VBE VT e v be VT
102
iC ICev be VT
IC
iC IC v be
VT
IC
ic v be
VT
i c g mv be
v be
gm
ic
gm disebut transkonduktansi
103
Gambar 49.Cara kerja linier dari transistor dengan
sinyal kecil
104
Transkonduktansi BJT sebanding dengan arus bias
collector IC.
BJT mempunyai transkonduktansi yang cukup tinggi
dibandingkan dengan MOSFET, misal untuk IC = 1 mA,
gm ≈ 40 mA/V
106
Resistansi masukan sinyal kecil antara base dan emitter,
melihat ke arah:base, disebut rπ dan didefinisikan
sebagai v be
r
ib
r
gm
VT
r
IB
jadi rπ berbanding lurus dengan β dan berbanding
terbalik dengan arus bias IC.
v be
re
ie
VT
re
IE
1
re
gm gm
Jadi: rπ = (ie/ib)re
rπ = (β+1)re
108
Penguatan tegangan
vC = VCC – iRRC
= VCC – (IC + ic)RC
= (VCC – ICRC) – icRC
= VC – icRC
vc = –icRC = –gmvbeRC
= (–gmRC)vbe
IC RC
Av
VT
109
Memisahkan sinyal dengan harga-harga DC
110
Model Hybrid - π
111
Pada gambar 51(a), BJT digambarkan sebagai VCCS
yang mempunyai resistansi masukan (melihat ke arah
base) rπ, dengan sinyal kendali vbe. Hubungan arus dan
tegangan pada rangkaian ini:
i c g mv be
v be
ib
r
g mv be be 1 g m r
v be v
ie
r r
r
v be
1 v be
r 1
v be re
g mv be g m i b r
g m r i b
112
Model T
113
Pada gambar 52(a), BJT digambarkan sebagai VCCS
yang mempunyai resistansi masukan (melihat ke arah
emitter ) re dengan sinyal kendali vbe Hubungan arus dan
tegangan pada rangkaian ini:
ib
v be
g mv be
v be
1 g m re
re re
v be
1 v be 1
re re 1
v be v be
1re r
Pada gambar 52(b) BJT digambarkan sebagai CCCS,
dengan sinyal kendali ie. Hubungan arus sebagai
berikut:
g mv be g m i e re
g m re i e i e
114
Aplikasi rangkaian ekivalen sinyal kecil.
115
Contoh soal 14:
Analisa penguat transistor pada gambar 53(a) dan
tentukan penguatan tegangannya. Asumsikan β = 100
116
Tentukan titik kerja. Asumsikan vi = 0.
VBB VBE
IB
RBB
3 0,7
0,023 mA
100
VC VCC IC RC
10 2,3 3 3,1 V
IC 2,3 mA
gm 92 mA/V
VT 25 mV
100
r 1,09 k
gm 92
117
Model rangkaian ekivalen terlihat pada gambar 53(c).
Perhatikan tidak ada sumber tegangan dc. Terminal
rangkaian yang terhubung ke sebuah sumber tegangan
dc yang konstan selalu dapat dianggap sebagai sinyal
‘ground’.
r
v be v i
r RBB
1,09
vi 0,011v i
101,09
v o g mv be RC
92 0,011v i 3 3,04v i
vo
Av 3,04 V/V
vi
118
Contoh soal 15:
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam
dari cara kerja penguat transistor, kita akan melihat
bentuk gelombang pada berbagai titik pada
rangkaian yang telah dianalisa pada contoh
sebelumnya. Untuk hal ini asumsikan vi
merupakan gelombang segitiga. Pertama tentukan
amplitudo maksimum dari vi yang dimungkinkan
pada rangkaian ini. Kemudian dengan amplitudo
ini, gambarkan bentuk gelombang pada iB(t),
vBE(t), iC(t) dan vC(t).
Jawab:
Satu kendala pada amplitudo sinyal adalah
pendekatan sinyal kecil, dimana vbe tidak boleh
melebihi 10 mV.Jika digunakan bentuk gelombang
segitiga vbe dengan 20 mV peak-to-peak dan bekerja
mundur,
Vbe 10
Vi 0,91 V
0,011 0,011
119
Untuk memeriksa apakah transistor masih bekerja pada
mode aktif dengan vi beramplitudo Vi = 0,91 V, periksa
harga tegangan collector. Tegangan pada collector akan
terdiri dari gelombang segitiga yang ditumpangkan pada
harga dc VC = 3,1 V. Tegangan puncak dari bentuk
gelombang segitiga:
V c V i penguatan 0,91 3,04 2,77 V
120
Gambar 54. Bentuk gelombang sinyal. 121
Tegangan base – emitter terdiri dari komponen
gelombang segitiga yang ditumpangkan pada tegangan
dc VBE = 0,7V. Puncak dari gelombang segitiga:
r 1,09
V be V i 0,8 8,6 mV
r RBB 100 1,09
122
Contoh soal 16:
Analisa-lah rangkaian pada gambar 55(a) untuk
menentukan penguatan tegangan dan bentuk gelombang
pada berbagai titik. Kapasitor C adalah kapasitor coupling
yang berfungsi untuk menghubungkan sinyal vi dan mem-
block dc. Dengan cara ini bias dc hanya ditentukan oleh
V+ dan V- serta RE dan RC. Untuk hal ini harga C
diasumsikan sangat besar, idealnya ∞, sehingga akan
menjadi hubung singkat untuk frekuensi sinyal yang
diinginkan. Demikian juga kapasitor yang dipakai untuk
menghubungkan sinyal keluaran vo.
Jawab:
Tentukan titik kerja dc:
10 VE 10 0,7
IE 0,93 mA
RE 10
IC = 0,99 IE = 0,92 mA
VC = –10 + RCIC
= –10 + 0,92 x 5 = –5,4 V
123
Gambar 55
124
Sinyal pada collector dapat mempunyai simpangan dari
–5,4 V sampai +0,4 V (yaitu 0,4 V di atas tegangan
base) tanpa memasuki daerah jenuh. Tetapi 5,8 V
simpangan negatif pada tegangan collector akan
menyebabkan tegangan minimum collector menjadi
–11, 2V. Tegangan ini lebih negatif dari tegangan catu
daya. Jika kita memaksakan untuk memasangkan
sebuah masukan yang akan menghasilkan sebuah
keluaran yang demikian, maka transistor akan cut off
dan puncak negatif akan terpotong, seperti yang terlihat
pada gambar 56. Bentuk gelombang pada gambar 56
tetap linier hanya saja puncak negatifnya terpotong;
yaitu pengaruh non linier tidak diperhitungkan. Hal ini
tidak benar, karena kita telah mendorong transistor ke
daerah cut off pada puncak sinyal negatif yang berarti
kita melebihi batas sinyal kecil.
0,99
VT 25 mV
re 27
IE 0,93 mA
125
Gambar 56. Sinyal terdistorsi karena cut off.
vi
ie
re
RC
v o i eRC vi
re
v o RC
Av 183,3 V/V
vi re
126
Perhatikan penguatan tegangan positif berarti keluaran
mempunyai fasa yang sama dengan masukan yang
dipasangkan pada emitter.
Gambar 57 127
Penambahan model sinyal kecil dengan
memperhatikan efek Early
v o gmv be RC // ro
128
Gambar 58. Model sinyal kecil hybrid-π dengan ro
129
Ringkasan Model Sinyal Kecil dari BJT
Model hybrid-π
versi (gmvπ) versi (βib)
Model T
versi (gmvπ) versi (βib)
130
Parameter model sebagai fungsi arus bias dc
IC
gm
VT
VT V
re T
IE IC
V
r T
IC
V
ro A
IC
re
gm
r
gm
131
Parameter model sebagai fungsi re
gm
re
r 1re
1 1
gm
r re
1
1
1
1
1
132
Penguat BJT satu tingkat
Struktur dasar
Gambar menunjukkan rangkaian dasar penguat BJT
dengan pemberian bias dengan arus yang konstan.
Yang perlu diperhatikan adalah memilih RB yang besar
untuk menjaga resistansi masukan pada base yang
besar. Tetapi penurunan tegangan dan pengaruh β
pada RB harus dibatasi. Tegangan dc VB menentukan
simpangan sinyal yang dibolehkan pada collector.
Struktur dasar
Gambar menunjukkan rangkaian dasar penguat BJT
dengan pemberian bias dengan arus yang konstan.
Yang perlu diperhatikan adalah memilih RB yang besar
untuk menjaga resistansi masukan pada base yang
besar. Tetapi penurunan tegangan dan pengaruh β
pada RB harus dibatasi. Tegangan dc VB menentukan
simpangan sinyal yang dibolehkan pada collector.
Rangkaian:.
Definisi:
vi
Ri
ii RL
Resistansi masukan:
vi
Rin
ii
135
Resistansi keluaran
vx
Rout
ix v sig 0
Penguatan tegangan
vo
Av
vi
Penguatan arus
io
Ai
ii
136
Penguatan tegangan menyeluruh hubung terbuka
vo
Gvo
v sig RL
137
Rangkaian ekivalen
A.
138
Persamaan:
vi Rin
v sig Rin Rsig
RL
Av Avo
RL Ro
Avo GmRo
Rin RL
Gv Avo
Rin Rsig RL Ro
Rin
Gvo Avo
Rin Rsig
RL
Gv Gvo
RL Ro
139
Contoh soal 17:
Sebuah penguat transistor dicatu oelh sebuah sumber
sinyal yang mempunyai tegangan hubung terbuka vsig =
10 mV dan mempunyai resistansi dalam Rsig = 100 kΩ.
Tegangan vi pada masukan penguat dan tegangan
keluaran vo diukur tanpa dan dengan resistansi
beban.RL = 10 kΩ yang dihubungkan pada keluaran
penguat. Hasil pengukuran itu adalah sebagai berikut:
vi (mV) vo (mV)
Tanpa RL 9 90
Dengan RL terhubung 8 70
Jawab:
Dengan data RL= ∞, tentukan Avo dan Gvo
90
Avo 10 V/V
9
90
Gvo 9 V/V
10
Ri
Gvo Avo
Ri Rsig
Ri
9 10
Ri 10
Ri 900 k 140
Dengan menggunakan data RL = 10 kΩ tentukan Av dan
Gv
70
Av 8,75 V/V
8
70
Gv 7 V/V
10
RL
Av Avo
RL Ro
10
8,75 10
10 Ro
Ro 1,43 k
RL
Gv Gvo
RL Rout
10
79
10 Rout
Rout 2,86 k
141
Harga Rin dapat ditentukan dari
vi Rin
v sig Rin Rsig
8 Rin
10 Rin 100
Rin 400 k
142
Penguatan arus hubung singkat dapat ditentukan
sebagai berikut. Dari rangkaian ekivalen A, arus
keluaran hubung singkat adalah
iosc Avo v i Ro
Dan vi dengan
Rin R 0
v i v sig L
Rin R 0
Rsig
L
143
Maka:
Rsig Ro
Rin R R 1 1
L 0
sig
Ri Rout
81,8 k
i osc
Ais 10 81,8 / 1,43 572 V/V
ii
144
Penguat Common Emitter
145
CE adalah kapasitor bypass yang mempunyai harga
cukup besar, yang fungsinya membuat ground untuk
sinyal atau ac ground pada emitter. Artinya untuk sinyal
ac, impedansi CE kecil sekali (idealnya nol), jadi arus
sinyal akan men-bypass resistansi keluaran dari sumber
arus I.
vi
Rin RB || Rib
ii
Rib adalah resistansi masukan melihat ke arah base.
146
Karena emitter terhubung ke ground:
Rib r
Rin r
v sig
RB || r
RB || r Rsig
Untuk RB >> rπ
r
v i v sig
r Rsig
Catatan:
v v i
147
Pada sisi keluaran penguat:
v o gmv ro || RC || RL
148
Jadi ro mengurangi resistansi keluaran penguat hanya
sedikit saja karena biasanya ro >> RC
Rout RC
Gv
RB || r g r || R || R
R B || r Rsig m o C L
Untuk RB >> rπ
ro || RC || RL
Gv
r Rsig
149
Dari persamaan ini didapatkan jika Rsig >> rπ,
penguatan menyeluruh sangat tergantung dari β. Hal ini
tidak diinginkan karena β bervariasi.
Gv gm ro || RC || RL
i os g mv
v v i i i Rin
i os
Ais g mRin
ii
150
Penguat Common Emitter dengan Resistansi Emitter
Rin RB || Rib
i b 1 i e
ie
1
vi
ie
re Re
Rib 1re Re
152
Pada persamaan tersebut terlihat bahwa dengan
penambahan resistansi pada emitter akan menambah
Rib. Rasio penambahan pada Rib adalah
Rib dengan Re 1re Re
Rib tanpa Re 1re
Re
1 1 g mRe
re
Jadi, Re dapat dipakai untuk mengendalikan harga Rib
yang juga merupakan harga Rin. Agar pengendalian ini
menjadi efektif, RB harus jauh lebih besar dari Rib,
artinya Rib adalah resistansi masukan yang dominan.
153
Penguatan tegangan hubung terbuka: RL = ∞
RC
Avo
re Re
RC
Avo
re 1 Re re
g R g R
Avo m C m C
1 Re re 1 g mRe
Resistansi keluaran:
Rout = RC
Kesimpulan:
Dengan penambahan resistansi Re pada emitter,
penguat CE mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Resistansi masukan Rib meningkat dengan faktor
(1+gmRe)
2. Penguatan tegangan dari base ke collector, Av,
berkurang dengan faktor (1+gmRe).
3. Untuk distorsi non linier yang sama, sinyal masukan
vi dapat meningkat dengan faktor (1+gmRe)
4. Penguatan tegangan menyeluruh tidak terlalu
tergantung dengan β.
5. Respons terhadap frekuensi tinggi menjadi lebih
baik.
156
Penguat Common Base
vo ie RC || RL
vi
ie
re
vo
Av RC || RL
vi re
Penguatannya sama dengan penguatan pada penguat
CE. Hanya tidak ada pembalikan fasa.
Avo g m RC
Resistansi keluaran:
Rout RC
159
Jika ro diabaikan, penguat CB adalah penguat unilateral,
maka Rin = Ri dan Rout = Ro
g m RC || RL
re
Gv
re Rsig
RC || RL
re Rsig
Karena α ≈ 1, penguatan menyeluruh merupakan
perbandingan antara resistansi total pada rangkaian
collector dengan resistansi total pada rangkaian emitter.
Penguatan penyeluruh tidak tergantung dari harga β.
Kesimpulan:
Penguat CB mempunyai resistansi masukan yang
rendah, penguatan arus hubung singkat yang hampir
sama dengan satu, penguatan tegangan hubung
terbuka yang positif (non inverting) dan resistansi
keluaran yang tinggi.
Penguat CB mempunyai respon yang baik pada
frekuensi tinggi.
Penggunaan penguat CB yang paling menonjol adalah
sebagai penguat arus dengan penguatan satu atau
disebut current-buffer. Artinya menerima arus sinyal
masukan dari resistansi masukan yang rendah dan
mengirimkan arus yang sama ke resistansi keluaran
yang tinggi pada collector.
161
Penguat Common Collector atau Emitter Follower
162
Gambar 63(c) Rangkaian pengganti seperti pada
gambar 63(b) dengan ro paralel dengan RL.
164
Gambar 64(a) Rangkaian ekivalen emitter follower
dengan merefleksikan semua resistansi pada emitter ke
sisi base.
(b) Penggunaan teori Thévenin pada rangkaian masukan.
Gv
RB 1ro || RL
Rsig RB Rsig || RB 1re ro || RL
166
Penguatan tegangan menyeluruh, Gv:
Gv
RB ro || RL
Rsig RB Rsig || RB
re ro || RL
1
RB ro
Gv
Rsig RB Rsig || RB
re ro
1
167
Catatan: biasanya ro besar dan suku kedua menjadi
hampir sama dengan satu. Suku pertama mendekati
satu jika RB >> Rsig. Resistansi Thévenin adalah
resistansi keluaran Rout. Kurangi vsig menuju nol, lihat
resistansi dari terminal emitter ke arah rangkaian
R || RB
Rout ro || ro sig
1
Rsig || RB
Rout ro
1
168
Gambar 66. Rangkaian ekivalen Thévenin dari rangkaian
keluaran emitter follower
169
Pada emitter follower hanya sebagian kecil dari sinyal
yang akan tampak antara base dan emitter. Jadi
emitter follower dapat bekerja secara linier untuk
variasi amplitudo sinyal yang cukup besar. Tetapi harga
absolut batas atas amplitudo tegangan keluaran
ditentukan oleh kondisi cut off dari transistor.
170
Kesimpulan dan perbandingan
1. Konfigurasi CE cocok digunakan untuk penguat
yang menghendaki penguatan yang besar.
2. Dengan menambahkan Re pada CE dapat
memperbaiki kinerja penguat tetapi penguatan akan
berkurang.
3. Konfigurasi CB dipergunakan sebagai penguat
frekuensi tinggi, karena mempunyai respon yang
baik pada frekuensi tinggi, hanya saja resistansi
masukannya kecil.
4. Emitter follower dipakai sebagai penyangga
tegangan, untuk menghubungkan sumber yang
mempunyai resistansi yang tinggi dengan beban
yang mempunyai resistansi rendah. Konfigurasi ini
digunakan juga sebagai tingkat keluaran dari
penguat bertingkat.
171
Tabel 5.Karakteristik dari penguat diskrit satu tingkat
Common Emitter
Rin RB || r RB || 1re
Av g m ro || RC || RL
Rout ro || RC
Gv
RB || r g r || R || R
RB || r Rsig m o C L
ro || RC || RL
r Rsig
Ais g mRin
172
Common Emitter dengan Resistansi Emitter
Abaikan ro
Rin RB || 1re Re
RC || RL g m RC || RL
Av
re Re 1 g mRe
Rout RC
RC || RL
Gv
Rsig 1re Re
v 1
v i 1 g mRe
173
Common Base
Abaikan ro
Rin re
Av g m RC || RL
Rout RC
RC || RL
Gv
Rsig re
Ais
174
Common Collector atau Emitter Follower
Av
ro || RL
re ro || RL
R || RB
Rout ro || re sig
1
Gv
RB ro || RL
Rsig RB Rsig || RB
re ro || RL
1
Ais 1
175
Inverter digital BJT
177
Karakteristik transfer tegangan
178
1. Pada vI = VOL = VCEsat = 0,2 V, vO = VOH = VCC = 5 V
vo RC
Av
vi RB r
RC
r RB Av
RB
IB
VCC VCEsat RC
179
5. Untuk vI = VOH = 5 V, transistor berada pada
keadaan jenuh yang dalam dengan vO = VCEsat =
0,2 V, dan
forced
VCC VCEsat RC
VOH VBE RB
6. Noise margin:
NMH = VOH – VIH = 5 – 1,66 = 3,34 V
NML = VIL – VOL = 0,7 – 0,2 = 0,5 V
5 0,2
Penguatan tegangan 5 V/V
1,66 0,7
180