KESEHATAN
MASYARAKAT
PERDESAAN
Siwi Wijayanti
Gambaran Kesehatan Masyarakat
Perdesaan
Quality
Public Private
Pustu (Puskesmas
Pembantu) poor
quality of care, do not
operate regularly, and
lack of drugs and
diagnostic kits.
Quality
Health providers in outer Java-Bali have worse
quality than those practicing in Java-Bali because
of limited facilities.
Private-solo practices worsen the quality of public
health care service in a rural area.
Sumatra
Selatan
No. of
hospitals: 34
DKI Jakarta
Jawa Tengah Bali
No. of
No. of No. of
hospitals: 124
hospitals: 162 hospitals: 34
hidup individualisme.
Warga pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani.
1999 2011
1997-1998 Social Safety Net –
JPS, assisted by ADB Social Security
Economic crisis Agency Act –BPJS
loan
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2010 Kemenkes memang terungkap bahwa,
kasus anak kurang gizi di kelompok keluarga
miskin mencapai 47% dan keluarga kaya
‘hanya’ 27%
Tingkat kesehatan juga dipengaruhi tingkat
pendapatan, karena pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi, dan tingkat
konsumsi berkaitan dengan kesehatan
Risiko Pendidikan
Pendidikan di perdesaan masih rendah dibandingkan
perkotaan/urban
Ada tantangan pendidikan di menginformasikan kepada
masyarakat tentang pencegahan kesehatan dan teknik
serta kesulitan dalam membangun infrastruktur kesehatan
dengan sumber daya yang terbatas.
Ross dan Mirowsky dalam penelitiannya menyimpulkan,
adanya efek positif dari lamanya (tahun) pendidikan
dengan kesehatan yang konsisten, dengan argumen bahwa
lamanya tahun sekolah dapat mengembangkan kapasitas
kehidupan yang efektif yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kesehatan, termasuk bekerja penuh-waktu,
dapat menjalankan pekerjaan dengan baik, meningkatkan
kesejahteraan, ekonomi, dapat mengontrol diri, lebih
dapat mendukung sosial, dan bergaya hidup sehat.
Pendidikan tinggi mengajarkan orang untuk berpikir lebih logis dan
rasional, dapat melihat sebuah isu dari berbagai sisi sehingga dapat
lebih melakukan analisis dan memecahkan suatu masalah.
Inggris, Belanda dan Swedia telah membuat kemajuan yang signifikan
dalam pengembangan kesehatan pada seluruh penduduk dengan
memperkenalkan paket kebijakan dan intervensi yang bersifat
komprehensif. Penekanan dari paket tersebut terutama difokuskan
pada penanganan faktor seperti pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan
Kurangnya pengetahuan dan akses informasi menyebabkan seseorang
memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bahaya perilaku tidak
sehat sehingga kurang motivasi untuk mengadopsi perilaku sehat
Pengetahuan yang kurang, baik yang didapat dari pendidikan formal
maupun informal, mempunyai kontribusi terhadap individu dalam
mengambil keputusan untuk berperilaku hidup sehat, yang
mempunyai dampak pada status kesehatan.
Salah satu ciri masyarakat desa adalah Lack of innovation, yaitu
adanya rasa enggan untuk menerima atau menciptakan ide-ide baru.
Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya keterbukaan terhadap
pengetahuan baru dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya
pendidikan