Anda di halaman 1dari 7

C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Pesisir

1. Pengetahuan Terhadap Pelayanan Kesehatan


Pengetahuan tentang puskesmas dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat di dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas untuk memeriksa
kesehatannya. Pengetahuan sangat penting peranannya dalam memberikan
wawasan terhadap bentuk sikap, yang selanjutnya akan diikuti oleh tindakan
dalam memilih pelayanan kesehatan yang diyakini kemampuannya. Tingkat
pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap penggunaan puskesmas,
apabila masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat puskesmas, maka
masyarakat memandang tidak penting untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang disediakan.
Pengetahuan tentang puskesmas dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat di dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas untuk memeriksa
kesehatannya. Pengetahuan sangat penting peranannya dalam memberikan
wawasan terhadap bentuk sikap, yang selanjutnya akan diikuti oleh tindakan
dalam memilih pelayanan kesehatan yang diyakini kemampuannya. Tingkat
pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap penggunaan puskesmas,
apabila masyarakat tidak mengetahui tentang manfaat puskesmas, maka
masyarakat memandang tidak penting untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang disediakan.
Masyarakat pesisir memiliki pengetahuan yang kurang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan serta
kemampuan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk
memanfaatkannya, ini dipengaruhi oleh mata pencaharian masyarakat
masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan. Sehingga, dengan demikian
walaupun masyarakat mempunyai pengetahuan tentang pentingnya
penggunaan sarana kesehatan tetapi tidak didukung dengan penghasilan
yang cukup serta akses transportasi masyarakat yang sulit maka hal tersebut
tidak akan tercapai(Karman et al., 2016).
2. Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Status pendidikan sangat erat kaitannya dengan kesadaran dan
pengetahuan seseorang, sehingga status pendidikan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Biasanya masyarakat
yang berpendidikan rendah, kurang memiliki kesadaran dan pengetahuan
yang baik tentang manfaat pelayanan pelayanan kesehatan (Rumengan,
Umboh, & Kandou, 2015).
Tingkat pendidikan masyarakat pesisir cenderung lebih rendah
sehingga banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan
baik. Hal ini dikarenakan pendidikan masyarakat yang rendah cenderung
menyebabkan pengetahuan yang rendah pula tentang pentingnya kesehatan.
Mereka kurang memahami tentang manfaat pelayanan kesehatan dan
kondisi yang ada pada dirinya yang mengharuskan agar dia segera
mengakses pelayanan kesehatan. Masyarakat yang memiliki kesadaran
akan kesehatannya akan memahami tentang manfaat pelayanan, tanda-tanda
bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan Puskesmas.
Tingkat pendidikan memiliki relevansi terhadap pengetahuan
seseorang, sehingga hal tersebut berkontribusi pada persepsi masyarakat
terhadap pentingnya kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan tinggi
cenderung menganggap kesehatan sebagai suatu hal yang penting, sehingga
kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan lebih besar
dibandingkan masyarakat yang berpendidikan rendah (Napirah et al., 2016).
3. Tradisi Terhadap Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Tradisi adalah kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat
berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Tradisi
memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam
kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib
atau keagamaan. Dalam tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan
dengan manusia yang lain atau satu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lain, bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya, dan
bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang lain.
Kepercayaan masyarakat Pesisir terhadap mantra yang dibuat oleh
dukun mempunyai kekuatan tersendiri dalam penyembuhan penyakit.
Masyarakat Pesisir masih percaya akan hal-hal mistis seperti penyakit yang
datang dari roh-roh makhluk halus sehingga upaya yang dilakukan dalam
menyembuhkan penyakit tersebut adalah melakukan pengobatan dengan
menggunakan dukun. Mereka yakin bahwa dukun mampu menyembuhkan
penyakit tersebut dengan mantra atau ramuan-ramuan tertentu, sementara
untuk sarana kesehatan berupa Puskesmas mereka tidak percaya akan
mampu menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh makhluk halus
tersebut.
Bermata pencaharian sebagai nelayan membuat masyarakat lebih
banyak menghabiskan waktunya di laut sehingga faktor kesehatan tidak
menjadi perhatian utama mereka. Hal ini didasari pada nilai-nilai yang
mereka yakini bahwa ketika ada anggota keluarga mereka yang sakit,
masyarakat masih mengandalkan pengobatan tradisional (dukun)
dibandingkan dengan pengobatan medis (Karman et al., 2016).
4. Akses dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Akses dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan ditempat pelayanan
kesehatan, makin dekat jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan
kesehatan makin besar jumlah kunjungan di pusat pelayanan tersebut, begitu
pula sebaliknya, makin jauh jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan
kesehatan makin kecil pula jumlah kunjungan di pusat pelayanan kesehatan
tersebut.
Akses masyarakat atau transportasi masyarakat Pesisir ke lokasi
pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi pemanfaatan atau tidak
dimanfaatkannya pelayanan kesehatan terutama Puskesmas. Pelayanan
kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal baik jarak secara
fisik maupun secara finansial tentu tidak mudah dicapai. Dengan demikian
akses baik berupa jarak maupun transportasi yang di butuhkan dari tempat
tinggal ke pusat pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi tingkat
permintaan pelayanan kesehatan dan jika akses serta sulitnya transportasi
dari tempat tinggal yang jauh dari unit pelayanan kesehatan maka semakin
besar untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan(Karman et al., 2016).
5. Kepemilikan Asuransi Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Asuransi kesehatan mempengaruhi konsumsi pelayanan secara
signifikan. Manfaat asuransi kesehatan adalah membebaskan peserta dari
kesulitan menyediakan dana tunai, biaya kesehatan dapat diawasi, dan
tersedianya data kesehatan. Kepemilikan Jaminan Kesehatan keluarga yang
dapat dimanfaatkan di Puskesmas misalnya: Askes, Jamkesmas, BPJS.
Asuransi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat terutama pada saat sakit sehingga
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan akan terpenuhi dan
pembiayaan kesehatan lebih terjamin.
Masyarakat pesisir yang sebagian bekerja sebagai nelayan kurang
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatannya, hal ini disebabkan biaya
kesehatan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang masih dianggap
mahal meskipun dengan adanya tarif biaya pengobatan gratis tetapi mereka
tidak memiliki kartu pengobatan gratis, sebagian masyarakat belum
memperoleh asuransi kesehatan jenis apapun, kecuali PNS yang memiliki
kartu BPJS(Masita et al., 2016).
6. Pendapatan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pendapatan yaitu penghasilan yang didapat oleh kepala keluarga
maupun anggota keluarganya yang lain dalam kurun waktu sebulan yang
dihitung dalam rupiah. Pendapatan berupa uang yang mempengaruhi daya
beli seseorang untuk membeli sesuatu. Penghasilan merupakan faktor yang
paling penting menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga
ada hubungan yang erat antara penghasilan keluarga dengan keadaan
kesehatan seseorang, dimana pendapatan seseorang yang baik tidak
menjamin suatu kondisi yang selalu dapat menunjang semua kebutuhan bagi
keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai atau tercukupi(Karman et
al., 2016).
pendapatan masyarakat pesisir yang rendah lebih banyak tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh subsidi yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat secara gratis dalam bentuk
program jaminan kesehatan nasional bagi masyarakat dengan golongan
yang berpendapatan rendah tetapi belum memenuhi kebutuhannya dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti kebutuhan akan biaya
transportasi ke sarana pelayanan kesehatan, ataupun biaya kebutuhan lain
saat menjalani perawatan di Puskesmas. Selain itu, masih terdapat
masyarakat dengan golongan pendapatan rendah yang belum mengurus
kartu jaminan kesehatan nasional(Napirah et al., 2016).
7. Persepsi Masyarakat tentang Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan
Untuk mengukur sebuah kualitas pelayanan adalah dengan
mengetahui persepsi tentang pelayanan tersebut dari kaca mata seorang
konsumen atau pelanggan. Begitu juga dalam menilai kualitas pelayanan
kesehatan dengan mengetahui penilaian atau persepsi pelayanan tersebut
oleh pasien. Persepsi pasien ini sangat penting karena pasien yang puas akan
mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali (Apriyanto,
Kuntjoro, & Lazuardi, 2013).
Persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan yang kurang baik
lebih banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sebabkan
oleh kurangnya masyarakat melakukan kunjungan ke Puskesmas yang ada
di wilayah tersebut, sehingga masyarakat mengganggap bahwa pelayanan
yang diberikan Puskesmas belum maksimal.
Persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan yang kurang baik dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Setiap orang memerlukan pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Ketika mengalami
keadaan yang darurat dan harus segera mendapatkan pertolongan dari
petugas kesehatan yang terdekat, meskipun pelayanan kesehatan tersebut
kualitasnya dianggap belum maksimal.
Persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan yang baik lebih
banyak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan
masyarakat merasa bahwa pelayanan yang diberikan Puskesmas sudah baik,
tetapi mereka membutuhkan pelayanan kesehatan hanya pada saat mereka
merasa sakit dan terbaring lemah. Selain itu, pendapatan keluarga dan
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah cenderung kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan. karena masyarakat yang pendapatan
keluarganya rendah tidak memiliki biaya yang cukup untuk melakukan
pengobatan khususnya yang belum memiliki kartu jaminan kesehatan
nasional dan masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tidak
mengganggap penting kesehatannya (Napirah et al., 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Karman, K., sakka, A., & Saptaputra, S. (2016). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat
Pesisir Di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Unsyiah, 1(3), 185274.

Masita, A., Yuniar, N., & Lisnawaty, L. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Desa
Tanailandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kanapa-Napa Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 1(3), 183869.

Napirah, M. R., Rahman, A., & Tony, A. (2016). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso.
Jurnal Pengembangan Kota, 4(1), 29. https://doi.org/10.14710/jpk.4.1.29-39

Anda mungkin juga menyukai