Anda di halaman 1dari 12

1.

MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


 Kelebihan menggunakan metode MCUA : Metode ini mudah dilakukan dan cocok untuk
menentukan prioritas masalah, metode ini relatif murah, karena keputusan diambil secara
konsensus, maka dapat dihindari adanya anggota yang dominan.
 Kekurangan menggunakan metode MCUA : Seleksi anggota yang kurang teliti, dapat
menghasilkan keputusan yang tidak tepat, selisih yang kecil (<5%) pada hasil
perhitungan dianggap bermakna.
 Penggunaan metode MCUA : Dilaksanakan apabila pihak perencana belum terlalu siap
dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan
masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada dimasyarakat.
 Contoh :
Masalah
Perhatian
Perilaku Keluarga Mutu
No
Kriteria Bobot PHBS Pada Pelayanan
.
Rendah Bumil BP Rendah
Rendah
S BS S BS S BS
1. Besarnya Masalah 30 8 320 8 320 8 320
2. Keseriusan Masalah 35 8 200 6 150 5 125
3. Kemampuan SD 25 4 140 4 140 7 245
4. Kerawanan Politik 10
Jumlah BS - - 660 - 610 - 690
Rangking - - 2 - 3 - 1

2. USG (Urgent, Seriousness, Growth)


 Kelebihan menggunakan metode USG : Merupakan pandangan orang banyak dengan
kemampuan sama sehingga dapat dipertanggungjawabkan, diyakini bahwa hasil prioritas
dapat memberikan objektivitas, bisa diidentifikasikan lebih lanjut apakah masalah
tersebut dapat diselesaikan secara manageable atau tidak.
 Kekurangan menggunakan metode USG : Cara ini lebih banyak berdasarkan asumsi
dengan keterbatasan tertentu yang melemahkan eksistensi permasalahan, jika asumsi
yang disepakati lebih banyak dengan keterbatasan maka hasilnya akan bersifat subjektif.
 Penggunaan metode USG : Dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi
masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada
dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri.
 Contoh :
No
Masalah U S G Total
.
1. Masalah A 5 3 3 11
2. Masalah B 4 4 4 12
3. Masalah C 3 5 5 13
Ket. Berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 =
sangat kecil)
3. CARL (Capability, Accessability, Readiness, Leverage)
 Kelebihan menggunakan metode CARL : Dengan masalah (solusi) yang relatif banyak,
bisa ditentukan peringkat atas masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas
masalah.
 Kekurangan menggunakan metode CARL : Penentuan skor sangat subyektif, sehingga
sulit untuk distandarisasi, penilaian atas masing-masing kriteria terhadap yang di skor
perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat,
obyektifitas hasil peringkat masalah (solusi) kurang bisa dipertanggungjawabkan karena
penentuan skor atas kriteria yang ada.
 Penggunaan metode CARL : Dilaksanakan untuk menetapkan prioritas masalah
dilakukan apabila pelaksana program menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam
menyelesaikan masalah.
 Contoh :
Daftar Total
No. C A R L Ukuran
Masalah Nilai
1. A 9 8 8 8 4608 I
2. B 8 8 8 8 4096 II
3. C 8 6 7 7 2352 III

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah
nilai tertinggi sampai nilai terendah.

4. FGD (Focus Group Discussion)


Kelebihan menggunakan metode FGD : Biaya relatif murah, Waktu yang digunakan cukup
singkat, Moderator relatif dapat dilakukan oleh siapa saja dengan melakukan pelatihan
pendek dan mengujicobakan menjalankan diskusi, Dapat digunakan untuk menggali
kebiasaan; keyakinan dan penilaian dari sebuah kelompok, Perhatian yang penting dan
mungkin tidak muncul dalam kehidupan sehari-hari, melalui diskusi kelompok ini dapat
dimunculkan.
Kekurangan menggunakan metode FGD : Peserta seringkali tidak mewakili seluruh
kelompok sasaran, Kelompok yang terlibat mungkin sulit untuk dikendalikan, Hasil dan
kesimpulan diskusi dapat dipengaruhi oleh pandangan atau pendekatan dari moderator,
Tidak mempunyai data statistik.
Penggunaan metode FGD : Dilaksanakan untuk melengkapi riset yang bersifat kuantitatif
dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi.
Contoh : Bagian pertama Beberapa menit pertama begitu FGD dimulai, merupakan saat
yang kritis. Dalam waktu yang singkat, fasilitator harus dapat menciptakan suasana nyaman
untuk mengungkapkan pendapat namun penuh pemikiran. Sesudah memberikan penjelasan
tentang tujuan FGD dan apa yang akan dikerjakan, sangat penting untuk membuat
pertanyaan terbuka untuk mendorong terjadinya diskusi/debat. Untuk tujuan ini, fasilitator
bisa presentasi atau menampilkan visualisasi pada layar lebar tentang KRR. Kemudian,
berikan pertanyaan untuk memancing peserta mendiskusi presentasi yang baru saja
diberikan. Pada tahap ini fasilitator bisa menanyakan beberapa pertanyaan tentang apa itu
KRR, seputar permasalahan KRR yang ada, pengetahuan tentang adanya fasilitas pelayanan
KRR yang sudah ada, dan lain-lain. Beberapa contoh pertanyaan: 1. Apa yang anda ketahui
tentang KRR? 2. Permasalahan apa saja yang dijumpai sehari-hari sehubungan dengan
KRR? 3. Apakah anda tahu bahwa ada fasilitas pelayanan KRR di Puskesmas A?
Pernahkah berkunjung ke sana, jika tidak kenapa? 4. Dan seterusnya. Bagian kedua Bagian
kedua bertujuan untuk mengeksplorasi aspek atau menjawab tujuan penelitian. Beberapa
contoh pertanyaan yang bisa di berikan antara lain: 1. Apakah pelayanan KRR memang ada
gunanya. Jika ya, kenapa? (kegunaan/fungsi berguna untuk mengerti kebutuhan pengguna)
Apakah anda tertarik jika ada informasi tentang KRR maupun pelayanan KRR?
Topik FGD : Peningkatan Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) Di Puskesmas A.
Tujuan : Mengetahui pengetahuan peserta mengenai
kesehatan reproduksi remaja, keberadaan
Pelayanan KRR di Puskesmas A, pemanfaatan
peserta terhadap Pelayanan KRR di Puskesmas A,
dan jenis pelayanan KRR yang dibutuhkan oleh
peserta.
Frekuensi : Tergantung jumlah Sekolah Menengah Umum
(SMU) yang ada di wilayah kerja Puskesmas A.
Jika ada 2 sekolah maka FGD diselenggarakan 2
kali pada hari yang berbeda.
Jumlah kelompok : Setiap penyelenggaraan FGD terdiri dari 2
kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan, yang diselenggarakan bersamaan.
Undangan : – Fasilitator/moderator (moderator professional
yang paham tentang kesehatan reproduksi remaja
atau seorang peneliti)
– Pencatat/notulen (peneliti)
– Peserta (10 orang perempuan dan 10 orang laki-
laki pelajar SMU kelas XI, untuk masing-
masing sekolah. Peserta tidak pernah
memanfaatkan pelayanan KRR yang ada di
Puskesmas A)
– Observer (peneliti, kepala dan petugas KRR
puskesmas A, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat)
Tempat : Balai pertemuan Kantor Kelurahan/Kantor Desa di
mana Puskesmas A berada.
Perlengkapan yang Dibutuhkan : Agar pelaksanaan FGD berjalan dengan baik
maka juga perlu dipersiapkan terlebih dahulu
peralatan-peralatan maupun perlengkapan-
perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu: alat untuk
mencatat hasil FGD (notes atau notebook/laptop),
tape atau video recorder, kaset, batere, petunjuk
diskusi, serta gambar atau foto-foto yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual
yang bebas serta akibatnya.
Desain petunjuk diskusi : Untuk memaksimalkan keefektifan evaluasi, maka
petunjuk diskusi menjadi 2 bagian pertanyaan
diskusi. Bagian pertama, fasilitator menanyakan
seputar pertanyaan umum. Bagian kedua, dibuat
materi diskusi untuk lebih menggali persoalan
yang sudah mulai keluar pada bagian pertama,
keuntungan dan kerugian yang didapat
sehubungan dengan adanya pelayanan KRR,
manfaat dalam memecahkan masalah KRR yang
ada, saran untuk pelayanan KRR yang lebih baik
atau pelayanan KRR bentuk lain sesuai ide
peserta, ide-ide peserta yang mungkin muncul,
dan sebagainya.

5. NGT (Nominal Group Tecnique)


Kelebihan menggunakan metode NGT : Mendapatkan banyak jumlah ide dibandingkan
diskusi grup biasa, Menyeimbangkan pengaruh masing-masing anggota sehingga membatasi
seseorang untuk mendominasi, Menghilangkan kompetisi dan tekanan di dalam grup,
Membuat para anggota menentukan prioritas utamanya secara demokrasi.
Kekurangan menggunakan metode NGT : Memerlukan persiapan, Ditujukan untuk satu
tujuan dan satu topik saja dalam satu pertemuan, Diskusi lebih sedikit dan tidak ditujukan
untuk mengembangkan ide, dan merupakan metode yang paling tidak menstimulasi proses
dalam grup tersebut dibandingkan teknik lain.
Penggunaan metode NGT : diimplementasikan ketika Anda membutuhkan suatu konsensus
yang dari tim, sementara tim sendiri punya pendapat dan perspektif yang berbeda-beda
mengenai masalah tersebut. Jika butuh konsensus yang cepat, NGT juga cocok,
dibandingkan dengan brainstorming yang memakan waktu lebih lama.
Contoh : Dalam rapat perencanaan tahunannya, sebuah kelompok orang tua 'harus mencapai
konsensus di mana proyek-proyek sekolah untuk mendukung di tahun mendatang. Dengan
waktu dan sumber daya yang terbatas, kelompok harus memilih hanya 5 proyek.
Rapat perencanaan kelompok ini mengikuti proses Group Technique Nominal untuk
memastikan pilihan yang adil dari prioritas. Para anggota kelompok diminta untuk
mencalonkan dan peringkat 5 proyek top mereka. Setelah de-menduplikasi tanggapan para
anggota kelompok ', ada sembilan proyek untuk peringkat. The prioritas tertinggi ditugaskan
"5" dan terendah adalah "1". Peringkat grid yang bawah ini menunjukkan proyek-proyek
bahwa kelompok tersebut disampaikan dan peringkat prioritas masing-masing anggota ini.
Kolom akhir ini menunjukkan kelompok konsensus tentang prioritas, dengan "Family Link"
program yang menjadi prioritas tertinggi. Tip: Dengan menggunakan sistem peringkat
bernomor dengan "5" tinggi dan "1" rendah, kelompok konsensus dapat dengan mudah
ditemukan dengan menjumlahkan skor rank dari setiap anggota kelompok. Skor tertinggi
adalah prioritas tertinggi.
Teknik kelompok nominal (Nominal group technique = NGT) adalah metode pengambilan
keputusan untuk digunakan di kalangan kelompok-kelompok dari berbagai ukuran, yang
ingin membuat keputusan dengan cepat, karena dengan suara, tapi ingin pendapat semua
orang diperhitungkan (sebagai lawan suara tradisional, di mana hanya kelompok terbesar
dianggap).
Metode menghitung-hitung bedanya. Pertama, setiap anggota kelompok memberikan
pandangan mereka dari solusi, dengan penjelasan singkat. Kemudian, solusi duplikat
dieliminasi dari daftar semua solusi, dan anggota melanjutkan ke peringkat solusi, 1, 2, 3, 4,
dan seterusnya.
Beberapa Fasilitator akan mendorong berbagi dan diskusi tentang alasan pilihan yang dibuat
oleh masing-masing anggota kelompok, sehingga mengidentifikasi kesamaan, dan pluralitas
gagasan dan pendekatan. Keragaman ini sering memungkinkan penciptaan ide hibrida
(menggabungkan bagian-bagian dari dua atau lebih ide-ide), sering ditemukan untuk
menjadi lebih baik daripada ide-ide yang awalnya dianggap.
Pada metode dasar, angka masing-masing menerima solusi dijumlahkan, dan solusi dengan
tertinggi (yaitu yang paling disukai) peringkat total dipilih sebagai keputusan akhir. Ada
variasi pada bagaimana teknik ini digunakan. Sebagai contoh, dapat mengidentifikasi
kekuatan vs area yang membutuhkan pembangunan, daripada digunakan sebagai alternatif
voting pengambilan keputusan. Juga, pilihan tidak selalu harus peringkat, tetapi mungkin
dievaluasi lebih subyektif.

6. Brainstorming
Kelebihan menggunakan metode Brainstorming : Ide yang muncul lebih banyak dan
beragam karena Mahasiswa(i) dengan bebas menyalurkan ide tersebut tanpa adanya kritik,
Mahasiswa(i) berpikir untuk menyatakan pendapat karena kreatifitas tidak dibatasi, Dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Mahasiswa(i).
Kekurangan menggunakan metode Brainstorming : Memerlukan waktu yang cukup lama
dalam pelaksanaannya, Lebih didominasi oleh Mahasiswa(i) pandai dan aktif, sementara
siswa yang kurang pandai dan kurang aktif akan tertinggal, Dosen tidak pernah merumuskan
suatu kesimpulan karena Mahasiswa(i) lah yang bertugas untuk merumuskan kesimpulan
itu.
Penggunaan metode Brainstorming : Digunakan dalam diskusi kelompok untuk
menghasilkan gagasan, pikiran, atau ide yang baru dengan melontarkan suatu masalah ke
siswa oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat atau komentar
sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
Contoh : Salah satu contoh pelaksanaan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
 Siswa dibagi menjadi 5  kelompok
 Guru menyampaikan suatu materi yang berkaitan dengan suatu persoalan atau peristiwa.
 Guru bertanya kepada siswa tentang persoalan atau peristiwa apa yang terjadi.
 Satu demi satu siswa diberi kesempatan untuk menanggapi dan  mengemukakan gagasan
tentang peristiwa atau persoalan yang mereka bahas sedangkan guru mencatat pendapat
atau komentar siswa dipapan tulis.
 Guru bersama siswa mengevaluasi setiap gagasan yang telah dikemukakan sebelumnya.
Adapun Formasi kelas yang sesuai untuk pelaksanaan metode brainstorming adalah formasi
tapal kuda atau setengah lingkaran, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

7. HANLON
Kelebihan menggunakan metode HANLON :
Kekurangan menggunakan metode HANLON :
Penggunaan metode HANLON : Untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan
dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin
sama/sederajat, dan objektif.
Contoh : “CONTOH KASUS METODE HANLON”
 Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil kegiatan, yang pencapaiannya < 100%),
langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah
Masalah Pencapaian Target
Cakupan imunisasi dasar lengkap 53,8% 90%
Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100%
Cakupan D/S balita di posyandu 71,4% 80%
Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 61,25% 100%
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,64% 90%
Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia 24,74% 100%

Misal masalah yang ditemukan sbb :


Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb :
Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan
Kriteria D: Faktor PEARL

1) Kriteria A: Besarnya Masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
 Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil kegiatan dengan
pencapaian 100%.

2) Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan tingkat penyebaran/meluasnya tiap
masalah dengan sistem scoring dengan score 1 – 5.
Keganasan dinilai sbb :
Sangat ganas : 5
Ganas : 4
Cukup ganas : 3
Kurang ganas : 2
Tidak ganas : 1
Tingkat urgensi dinilai sbb :
Sangat mendesak : 5
Mendesak : 4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1

3) Kriteria C: Kemudahan dalam Penganggulangan


Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem scoring dengan nilai 1 – 5 dimana:
Sangat mudah : 5
Mudah : 4
Cukup mudah : 3
Sulit : 2
Sangat sulit : 1
Tabel. Kriteria C ( kemudahan dalam penganggulangan)

4) Kriteria D: PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan dapat atau tidak nya suatu program
dilaksanakan, factor-faktor tersebut adalah:
Kesesuaian (Propriety)
Secara Ekonomis murah (Economic)
Dapat diterima (Acceptability)
Tersedianya sumber ( Resources availability)
Legalitas terjamin (Legality)
Tabel.15 Kriteria D. PEARL FAKTOR

5) Penilaian Prioritas Masalah


Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD)
serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D
Tabel.16 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif
Urutan Prioritas Masalah :
1. Cakupan kunjungan bumil K4
2. Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia
3. Cakupan penduduk yang memiliki BPJS
4. Cakupan imunisasi dasar lengkap
5. Cakupan D/S balita di posyandu
6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Anda mungkin juga menyukai