Anda di halaman 1dari 77

MODUL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL


Tujuan pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
 Setelah selesai mempelajari modul ini, linatih mampu
menyusun standar pelayanan minimal untuk organisasi
tempat bekerja

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai membahas modul SPM, diharapkan
linatih mampu:
 Menjelaskan pengertian standar dan standar pelayanan
minimal (SPM)
 Menjelaskan latar belakang mengapa perlu standar
pelayanan minimal (SPM)
 Menjelaskan langkah-langkah penyusunan SPM
 Menyusun SPM untuk unit kerja masing-masing
 Menyusun rencana tindak lanjut perbaikan untuk
mencapai SPM yang dimaksud 2
Pokok Bahasan
 Pokok bahasan 1: Pengantar dan
Pengertian standar dan standar pelayanan
minimal
 Pokok bahasan 2: Latar belakang mengapa
perlu SPM
 Pokok bahasan 3: Langkah-langkah
penyusunan SPM
 Pokok bahasan 4: Format SPM dan latihan
menyusun SPM
 Pokok bahasan 5: Rencana tindak lanjut 3
Pokok Bahasan 1: Pengertian Standar dan
Standar Pelayanan Minimal

Pengertian Standar dan Standar Tujuan Pembelajaran Umum :


Pelayanan Minimal  Meningkatnya pemahaman linatih tentang apa
yang dimaksud dengan standar dan standar
Latar Belakang Mengapa Perlu pelayanan minimal
SPM

Tujuan Pembelajaran Khusus


Langkah – Langkah Penyusunan
SPM Pada akhir pembahasan modul linatih
mampu:
 menjelaskan pengertian standar
Format SPM dan Latihan
 menjelaskan pengertian standar pelayanan
Menyusun SPM
minimal
 menjelaskan keterkaitan antara standar
Rencana tindak lanjut perbaikan pelayanan minimal dengan standar teknis.
untuk mencapai SPM 4
Dalam kehidupan sehari-hari,
tiap orang selalu
dihadapkan pada aturan,
norma, standar, ukuran yang
harus dipenuhi

5
STANDAR
 Bangun pukul berapa ?
 Berangkat ke kantor pukul berapa ?
 Pakaian yang akan dipakai ke kantor seperti
apa ?
 Make up untuk ke kantor bagaimana ?
 Tata rambut bagaimana ? Cukup disisir
biasa, atau yang bagaimana ?
 Mengendarai mobil dengan kecepatan
berapa ? Mobil yang mana yang akan
dipakai ?
 Route yang akan ditempuh, route yang
mana
 Seks 6
STANDAR
DALAM
PELAYANAN
PUBLIK
7
Definisi Standar

 Donabedian:
 Variasi yang dapat diterima dari
suatu norma atau kriteria
 Kriteria yang ditetapkan dan
digunakan untuk mebandingkan
aspek-aspek pelayanan; atau
 norma yang digunakan untuk
menilai kinerja pelayanan 8
 Katz & Green:
 Pernyataan tertulis tentang
harapan spesifik
 Standar dibedakan dalam tiga
domain: standar tata kelola,
standar praktik, and standar
pelayanan

9
 Meissenheimer:
 Ukuran baku terhadap kuantitas,
kualitas, nilai/manfaat,
 Tingkat kinerja yang diharapkan
atau disepakati bersama
 Batasan yang dapat diterima
akan adanya variasi terhadap
norma atau kriteria
10
WHO:
 Kaji banding (benchmark)
terhadap pencapaian yang
didasarkan pada tingkat terbaik
yang diinginkan
 Standar menjadi model untuk
dicontoh dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk
melakukan pembandingan
11
PP 102/2000
 Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu
yang dibakukan termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua
pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-
syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.
 Standardisasi adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar,
yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama
12
dengan semua pihak.
Penjelasan pasal 53
ayat 2 UU 23/1992
 Standar profesi adalah
pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi
secara baik
13
Kerancuan pengertian
standar
 Standar diartikan sebagai kewenangan wajib
 Standar diartikan sebagai batasan nilai yang
harus dicapai
 Standar diartikan sebagai tolok ukur (indikator)
 Standar diartikan sebagai prosedur
 Standar diartikan sebagai persyaratan
(requirement)
 Standar diartikan sebagai standar teknis (practice
guidelines)
 Masalah ? Tidak masalah ! Yang penting
konsistensi dalam penggunaan istilah. 14
Manfaat standar dalam
pelayanan;
 Mengurangi variasi proses (Schroeder,
1994)
 Keamanan/keselamatan klien (client
safety) dan petugas penyedia
pelayanan: (Moss & Barrach, 2002;
Reason, 2002)
 Persyaratan profesi (Schroeder, 1994)
 Dasar untuk mengukur mutu dan
kinerja (Schroeder, 1994).
15
STANDAR
PELAYANAN
MINIMAL

16
Pengertian SPM menurut PP
65/2005, pasal 1 ayat 6 ;

 Standar pelayanan minimal yang


selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara
minimal
17
Pengertian SPM menurut
Penjelasan
PP 58/2005, pasal 39 ayat 2;
 Yang dimaksud dengan
standar pelayanan minimal
adalah tolok ukur kinerja dalam
menentukan capaian jenis dan
mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib
daerah 18
Pengertian SPM menurut
PP 23/2005, pasal 1 butir 11

 Standar Pelayanan Minimum


adalah spesifikasi teknis tentang
tolok ukur layanan minimum
yang diberikan oleh BLU kepada
masyarakat
19
KepMenKes 1457/2003

Ketentuan umum:
 SPM bidang kesehatan di
Kabupaten/kota adalah tolok
ukur kinerja pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
Kabupaten/kota
20
KepMenKes 129/2008

Pengertian:
 Adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal

21
Pengertian indikator
(ACHS)
 Ukuran objektif terhadap proses
(manajemen) dan hasil pelayanan klinis
(baik kuantitatif maupun kualitatif)
 Sebagai ukuran manajemen pelayanan
dan luaran pelayanan
 Tanda yang menyadarkan organisasi
akan adanya masalah yang mungkin
terjadi
 Sebagai alat ukur untuk membandingkan
dalam proses benchmarking 22
Apa yang dimaksud
dengan kinerja (mutu)
atau performance ?
 Kinerja adalah proses yang
dilakukan dan hasil yang dicapai
oleh suatu organisasi dalam
menyediakan jasa pelayanan atau
produk kepada pelanggan
(Fitzpatrick, 1994)
23
 Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif yang digunakan
untuk menggambarkan besaran sasaran
yang hendak dipenuhi dalam pencapaian
SPM, indikator tersebut dapat berupa
indikator masukan, proses, keluaran, hasil
dan/atau manfaat pelayanan dasar.
 Tiap indikator harus jelas standar
pencapaiannya (threshold), yang dalam
permendagri disebut dengan nilai
(lampiran permendagri No 6/2007).
24
 Standar pelayanan minimal tersebut merupakan
janji dari satuan kerja dalam menyediakan
pelayanan wajib kepada masyarakat yang dilayani.
 Standar pelayanan minimal dari seluruh SKPD dan
satuan kerja yang memberikan pelayanan publik
menjadi indikator (tolok ukur) yang disusun sejalan
dengan rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD) dan rencana stratejik daerah yang
merupakan janji kinerja pemerintah daerah
terhadap masyarakat yang ada di wilayah kerja.
 Tiap-tiap satuan kerja perlu menyusun rencana
stratejik dan rencana bisnis agar dapat mencapai
standar pelayanan minimal yang dijanjikan, yang
kemudian dijabarkan dalam rencana bisnis
anggaran dan rencana kerja SKPD/Satuan kerja.
25
 Pemerintah Daerah berdasarkan standar
pelayanan minimal yang ada wajib
mengupayakan sumber daya dan fasilitasi
proses pelayanan satuan kerja agar standar
pelayanan minimal yang dijanjikan dapat
dipenuhi.
 Tergantung pada kondisi daerah, dengan
ditetapkannya standar pelayanan minimal
baik oleh daerah maupun pusat, pemerintah
pusat maupun provinsi wajib juga untuk
menyediakan sumber daya dan fasilitasi
terhadap daerah-daerah yang kurang
mampu untuk mencapai standar pelayanan
26
minimal yang ditetapkan.
 Pemerintah Daerah berdasarkan standar
pelayanan minimal yang ada wajib
mengupayakan sumber daya dan fasilitasi
proses pelayanan satuan kerja agar standar
pelayanan minimal yang dijanjikan dapat
dipenuhi.
 Tergantung pada kondisi daerah, dengan
ditetapkannya standar pelayanan minimal
baik oleh daerah maupun pusat, pemerintah
pusat maupun provinsi wajib juga untuk
menyediakan sumber daya dan fasilitasi
terhadap daerah-daerah yang kurang mampu
untuk mencapai standar pelayanan minimal
yang ditetapkan. 27
Berdasarkan standar pelayanan minimal yang
telah disusun tiap satuan kerja dan unit-unit
kerja wajib:
 Menyusun standar teknis yang akan menjadi
acuan langkah-langkah untuk mencapai standar
pelayanan minimal tersebut,
 Perlu disusun lebih lanjut prosedur
kerja/standar prosedur operasional maupun
instruksi kerja sesuai kebutuhan.
 Prosedur Kerja/Standar Prosedur Operasional
merupakan tahapan kegiatan yang melibatkan
berbagai unit kerja, sedangkan
pedoman/instruksi kerja merupakan tahapan
kegiatan yang dilakukan hanya oleh satu unit
28
kerja.
Pasal 1 butir 23 UU No
1/2004
 BLU dibentuk dg tujuan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum
 Fleksibilitas pengelolaan keuangan
 Prinsip ekonomi dan produktivitas
 Praktik bisnis yang sehat
 Tidak mencari keuntungan
 Dikelola secara otonom dengan prinsip
efisiensi produktivitas ala korporasi
 Pendapatan dapat digunakan secara
langsung
 Bukan sebagai subjek pajak 29
SPM pada PP 23/2005
 Pasal 1 butir 10: Rencana bisnis dan
anggaran (RBA) memuat target kinerja
 Pasal 1 butir 11: SPM adalah spesifikasi
teknis tentang tolok ukur layanan minimum
yang diberikan oleh BLU kepada
masyarakat
 Pasal 4 butir 4: Persyaratan administratif
BLU:
 a. pernyatan kesanggupan meningkatkan
kinerja pelayanan
 b. pola tata kelola
 c. rencana strategis bisnis
 d. laporan keuangan pokok
 e. standar pelayanan minimum 30
 Bab IV Ps 8 butir 1,2,3, perhatikan butir
3: SPM harus mempertimbangkan:
 Kualitas layanan
 Pemerataan dan kesetaraan layanan
 Biaya serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan
 Pasal 10 butir 3 : RBA disusun berbasis
kinerja
 Pasal 11 butir 2 : RBA disertai dengan
usulan standar pelayanan minimum dan
biaya dari keluaran yang akan dihasilkan
 Pasat 28 butir 1`: Pimpinan BLU
bertanggung jawab terhadap kinerja
operasional BLU sesuai dengan tolok
ukur yang ditetapkan dalam RBA
31
PP 23 tahun 2005

Standar layanan BLU semestinya memenuhi


persyaratan SMART:
 Specific : fokus pada jenis layanan
 Measurable : dapat diukur
 Achievable : dapat dicapai
 Reliable : relevan dan dapat
diandalkan
 Time specific : ada batasan waktu

32
PP 65 / 2005 tentang pedomam
penyusunan dan penerapan SPM
Pasal 1 Ketentuan umum:
 Standar pelayanan minimal yang selanjutnya
disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal
 Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak
dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu,
berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat
pelayanan
 Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik
yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan pemerintahan 33
PP 65/2005

 Pasal 4 ayat 3: Dalam penyusunan


SPM yang dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan jenis pelayanan dasar,
indikator SPM, dan batas waktu
pencapaian SPM

34
Sifat SPM
(PP 65/2005, pasal 3)
 Disusun sebagai alat pemerintah dan pemda
untuk menjamin akses dan mutu
 Sederhana
 Konkrit
 Mudah diukur
 Terbuka
 Terjangkau
 Dapat dipertanggungjawabkan
 Mempunyai batas waktu pencapaian
 Disesuaikan perkembangan kebutuhan, prioritas,
kemampuan keuangan, kemampuan
kelembagaan, dan kemampuan personil
35
Masyarakat
Standar Pelayanan
Minimum

Standar Standar Standar


Teknis Teknis Teknis

Fasilitas dan peralatan


Kebijakan dan manajemen 36
Rencana Strategik
lembaga

Indikator kinerja Ketersediaan


SPM
lembaga data

Standar teknis
lembaga

37
Pokok Bahasan 2: Latar Belakang
diperlukan SPM

- Tinjauan dari peraturan


Pengertian Standar dan Standar
Pelayanan Minimal yang terkait dengan
otonomi daerah dan
Latar Belakang Mengapa Perlu akuntabilitas pelayanan
SPM
publik
Langkah – Langkah Penyusunan - Tinjauan dari sudut
SPM
pandang pelanggan
Format SPM dan Latihan - Sebagai persyaratan BLU
Menyusun SPM
- Sebagai alat kaji banding
Rencana tindak lanjut perbaikan antar organisasi 38
untuk mencapai SPM
 Tujuan pembelajaran Umum :
 Meningkatnya pemahaman linatih tentang latar
belakang pentingnya SPM\

 Tujuan Pembelajaran Khusus:


 Pada akhir pembahasan modul 2, linatih akan
mampu
 menjelaskan pentingnya SPM ditinjau dari
sudut pandang peraturan perundangan
 menjelaskan pentingnya SPM ditinjau dari
sudut pandang pelanggan
 menjelaskan pentingnya SPM sebagai salah
satu persyaratan administratif PPK BLUD
 menjelaskan pentingnya SPM sebagai alat
untuk kajibanding (benchmarking) 39
Tinjauan dari sudut
peraturan
perundangan

40
Tinjauan dari sudut pandang
peraturan perundangan
UU 22/99 Instruksi Presiden
Pemerintahan Daerah No 5/2004
UU 32/2004, UU 33/2004 Percepatan Pembrtsn
Perpu 3/2005 Korupsi

Otonomi KepMenPan
daerah 28/2004
akuntabilitas Akuntabilitas
PP 8/2003 Pelay. publik
PP 38 & 41/2007 Kewenangan
wajib Permendagri
Pedoman organisasi No 79/2007
Standar
PP 84/2000 Perangkat Daerah
Pelayanan
pedoman Minimal
PP 65/2005 Permen
Dagri
KepMenKes 1747/ 6/2007
2000: Bid. Kes KepMenKes KepMenKes 228/
41
1457/2003 2002: RS
Tinjauan dari sudut
pandang customer
Pelanggan

Indikator kinerja
dan target Mutu
Proses Penyediaan Layanan pencapaian
S–P–O yg sesuai standar
Kepuasan
dan Keselamatan
harapan

Kebutuhan, harapan,
Persyaratan pelanggan

42
Tinjauan dari sudut
pandang BLU
UU No 1/
2004

PP 23/ Lembaga pelayanan


Perbendaharaan 2005
sebagai
Negara Badan layanan umum
Pengelolaan
Keuangan
BLU Permendagri
61/2007 Akuntabilitas

Indikator
&
Kepmenkes Nilai/ 43
129/2008 Tatget kinerja
SPM dapat
digunakan sebagai
sarana kaji banding
antar lembaga
pelayanan
44
Pokok Bahasan 3: Langkah – Langkah
Penyusunan SPM

Pengertian Standar dan Standar


Pelayanan Minimal

Latar Belakang Mengapa Perlu


SPM

Langkah – Langkah Penyusunan


SPM

Format SPM dan Latihan


Menyusun SPM

Rencana tindak lanjut perbaikan


untuk mencapai SPM 45
 Tujuan Pembelajaran Umum :
 Meningkatnya pemahaman linatih
tentang langkah – langkah penyusunan
SPM

 Tujuan Pembelajaran Khusus:


 Pada akhir pembahasan modul 3 linatih
akan mampu:
 menjelaskan langkah-langkah
penyusunan SPM
 menjelaskan hambatan yang mungkin
dijumpai dalam proses penyusunan SPM
46
1. Menciptakan lingkungan yang menyadari
perlunya mengukur kinerja, dengan
tahapan:

 Memahami konteks/latar belakang


penyusunan indikator (apa yang ingin
dikerjakan, mengapa, bagaimana, sebaik apa,
dan problem apa yang mungkin dijumpai)
 Kejelasan tujuan penyusunan indikator
 Identifikasi pendukung dan penghambat dan
bagaimana mengatasinya
 Membentuk tim penyusun
 Pelajari sistem mutu yang ada
 Tentukan sumber informasi yang dibutuhkan
untuk menyusun indikator
 Workshop untuk mendapat dukungan dari 47
pihak terkait
2. Penyusunan indicator, melalui tahapan
sebagai berikut:

 Review indikator-indikator yang ada dari


literatur maupun dari Departemen teknis
 Review indikator-indikator yang selama ini
digunakan
 Identifikasi unit-unit terkait
 Identifikasi indikator-indikator yang dapat
dimonitor
 Susun indikator
 Tetapkan metoda pengumpulan data dan
sumber informasi
 Tentukan metoda analisis
 Sosialisasi
 Tetapkan cara pelaporan indicator
48
3. Penerapan indikator:

 Monitor proses pengumpulan data


 Monitor analisis terhadap indikator dan
pelaporannya
 Monitor penggunaan hasil analisis indicator
 Penggunaan indicator sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan kinerja pelayanan
 Penyusunan standar teknis (standar
operasional prosedur, prosedur kerja,
instruksi kerja, panduan kerja) yang menjadi
acuan untuk mencapai SPM yang telah
disusun.
 Hitung biaya implementasi 49
4. Kajian ulang:
 Kaji ulang terhadap indikator, cara
pengumpulan data, analisis dan hasil
analisis, pemanfaatan indikator untuk
perbaikan, tindak lanjut perbaikan
 Perbaikan/penambahan/pengurangan
indicator

5. Evaluasi dan monitoring yang


berkesinambungan (ongoing monitoring):
 Sejauh mana proses pengumpulan dan
analisis data untuk tiap indicator dilakukan
 Sejauh mana indicator tersebut digunakan
untuk melakukan monitoring dan evaluasi
kinerja
 Sejauh mana SPM yang disusun digunakan
untuk melakukan perbaikan kinerja
50
Dalam menyusun indikator perlu
diperhatikan 8 dimensi mutu :
Akses thd pelayanan

Keefektifan

Efisiensi

Keamanan

Kesinambungan layanan
Dimensi Mut
Kompetensi tehnis

Kenyamanan

51
Hub. Antar manusia
Pertimbangan dalam memilih
indikator yang prioritas untuk
menilai kinerja pelayanan

 Diwajibkan/dipersyaratkan oleh peraturan


perundangan
 Dipersyaratkan oleh pemilik (pertanggung
jawaban)
 Ketersediaan data
 Berisiko tinggi, berbiaya tinggi, berjumlah
besar, dan cenderung bermasalah
 Konsensus
 Dipersyaratkan oleh customer 52
Cara menyusun indikato
 Ada kejelasan tujuan dan latar belakang dari
tiap-tiap indikator, mengapa indikator tersebut
penting dan dapat menunjukkan tingkat kinerja
organisasi/bagian/unit kerja
 Kejelasan terminologi yang digunakan
 Kapan pengumpulan data (kapan indikator
harus di update), kapan harus dianalisis, cara
analisis, dan interpertasinya
 Numerator dan denominator
 Threshold (target)
 Dari mana data diperoleh (sistem informasi
untuk mendukung perolehan data)
53
Cara menetapkan threshold
(Katz & Green, 1997)
 Sentinel event (kejadian luar biasa, a serious,
undesirable, and often avoidable process or outcome)
indicator: target = 0, misalnya pembedahan pada sisi
yang salah
 Rate based indicator:
 Kumpulkan data untuk periode waktu tertentu
 Hitung mean dan standard deviasi
 Tetapkan simpangan yang bisa diterima
 Ingat rate-based indicator tidak pernah 100 %
 Rujukan (referensi) sebagai konsensus nasional atau
konsensus profesi
 Jika rate based indicator belum dapat ditentukan, dapat
ditetapkan threshold secara konsensus pada tahun
pertama.
 Adakalanya threshold tidak dapat ditetapkan, penilaian
54
terhadap indikator berdasarkan trend naik atau turun.
Menentukan prioritas
SPM

55
Menetapkan SPM berdasar
tingkat kepentingan
1. Prioritas utama: indikator yang memenuhi ke-empat kategori:
high risk, high cost, high volume, problem prone

2. Prioritas berikutnya adalah indikator-indikator yang memenuhi


tiga kategori dengan urutan sebagai berikut:
a. High risk, problem prone, high volume
b. High risk, problem prone, high cost
c. High risk, high volume, high cost
d. Problem prone, high volume, high cost

3. Prioritas selanjutnya dalah indikator-indikator yang memenuhi


dua kategori dengan urutan sebagai berikut:
a. High risk, problem prone
b. High volume, problem prone
c. High cost, problem prone
d. High risk, high volume
e. High risk, high cost
f. High volume, high cost 56
Matriks memilih indikator
No Indikator Dipersya Diper- Diper- Ber Berisi Bervol Cende Keter Total
-ratkan syaratk syaratka biaya ko ume rung se- nilai
peratura an n tinggi tinggi besar berma diaan
n pemilik pelangg salah data
an

57
Pokok Bahasan 4: Format SPM dan
Latihan Menyusun SPM

Pengertian Standar dan Standar


Pelayanan Minimal

Latar Belakang Mengapa Perlu


SPM

Langkah – Langkah Penyusunan


SPM

Format SPM dan Latihan


Menyusun SPM

Rencana tindak lanjut perbaikan


untuk mencapai SPM 58
Tujuan Pembelajaran Umum :
Meningkatnya pemahaman linatih
tentang format SPM dan meningkatnya
kemampuan linatih dalam menyusun
SPM

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Linatih mampu menjelaskan format
SPM
Linatih mampu mengidentifikasi jenis
pelayanan, indikator, dan standar untuk
tiap-tiap indikator
Linatih mampu menyusun SPM sesuai
dengan format yang diberikan. 59
Format SPM (Permendagri 6/2007)

No Jenis Batas waktu Satker/ Keteranga


Pelayanan Standar Pencapaian lembaga n
Dasar Pelayanan Minimal penangg.
jwb
Indikator Nilai

60
Pelayanan Indikator Nilai
(Standar pencapaian)

61
Indikator

Dimensi mutu

Tujuan indikator

Definisi terminologi yang


digunakan

Frekuensi updating data


(pengumpulan data)

Periode dilakukan analisis

Numerator (pembilang)

Denominator (penyebut)

Standar pencapaian
(threshold/target)
Sumber data numerator dan
denominator

Penanggung jawab 62
Indikator Diisi dengan judul indikator

Dimensi mutu Diisi dengan dimensi mutu yang mana yang terkait
dengan indikator tsb

Tujuan indikator Diisi dengan apa yang ingin ditunjukkan dengan


indikatr tsb (apa maksud dari penggunaan indikator
tersebut); untuk memberi petunjuk/tanda bahwa…….
Rationalisasi Diisi dengan latar belakang dan alasan mengapa
indikator tsb perlu diambil sebagai alat pengukuran
kinerja
Definisi terminologi yang Jika ada istilah yang perlu dijelaskan, maka
digunakan didefinisikan pada kolom ini

Frekuensi updating data Diisi dengan kapan pengumpulan data harus


(pengumpulan data) dilakukan apakah tiap hari, seminggu sekali, tiap
bulan sekali, atau tiap tiga bulan sekali
Periode dilakukan analisis Diisi dengan kapan indikator tsb dianalisis untuk
kemudian dilaporkan dan difeedback pada unit terkait

Numerator (pembilang) Pembilang dari indikator tersebut

Denominator (penyebut) Pembagi dari indikator tersebut

Standar pencapaian Diisi dengan target yang harus dicapai


(threshold/target)
63
Sumber data numerator dan Diisi dengan dari mana data dapat diperoleh, apakah
Indikator

Dimensi mutu

Tujuan indikator

Rationalisasi

Definisi terminologi yang


digunakan

Frekuensi updating data


(pengumpulan data)

Periode dilakukan analisis

Numerator (pembilang)

Denominator (penyebut)

Standar pencapaian
(threshold/target)
Sumber data numerator dan
denominator 64
Tugas diskusi

1. Jenis-jenis pelayanan wajib yang harus


disediakan oleh organisasi saudara,
indikator, dan standar pencapaian yang
diinginkan
2. Susun SPM untuk masing-masing jenis
pelayanan dasar tersebut dengan format
yang disediakan
3. Presentasi hasil diskusi
4. Perbaikan
5. Kesepakatan jenis pelayanan, indikator, 65
Pokok Bahasan 5: Rencana Tindak
Lanjut Perbaikan Untuk Mencapai SP

Pengertian Standar dan Standar


Pelayanan Minimal

Latar Belakang Mengapa Perlu


SPM

Langkah – Langkah Penyusunan


SPM

Format SPM dan Latihan


Menyusun SPM

Rencana tindak lanjut perbaikan


untuk mencapai SPM 66
Tujuan Pembelajaran Umum :
 meningkatnya kemampuan linatih dalam
menyusun rencana tindak lanjut penyusunan
SPM di institusi tempat kerja

Tujuan Pembelajaran Khusus:


 Linatih mampu menyusun draft keputusan
bupati tentang SPM
 Linatih mampu menyusun langkah-langkah
kegiatan yang akan dilakukan setelah selesai
pembelajaran
 Linatih mampu menyusun rencana kegiatan
yang akan dilakukan dengan penjadualan
yang jelas setelah selesai pelatihan
67
Kerangka
(outline) SPM yang dituangkan
dalam keputusan kepala daerah:

 Bab I Pendahuluan yang terdiri dari;


 Latar Belakang
 Maksud dan tujuan
 Pengertian umum dan khusus
 Landasan Hukum
 Bab II Sistematika Dokumen Standar Pelayanan
Minimal Rumahsakit
 Bab III Standar Pelayanan Minimal Rumahsakit.
 Jenis Pelayanan
 SPM setiap jenis pelayanan,Indikator dan Standar
 Penutup
 Lampiran 68
 Agar tahapan/langkah-langkah
penyusunan SPM sebagaimana yang
dibahas pada modul 3 dapat benar-benar
dilakukan maka tim penyusun SPM perlu
menyusun langkah-langkah tindak lanjut
setelah selesainya pelatihan ini.
 Harus pula diingat bahwa setelah
dokumen SPM tersusun bukan berarti
bahwa pekerjaan telah selesai.
 Penyusunan SPM merupakan langkah
awal untuk melaksanakan janji dalam
memperbaiki kualitas dan kinerja
pelayanan publik yang diamanatkan oleh
PPK-BLUD.
69
 Setelah SPM tersusun, maka seluruh
unit kerja yang bertanggung jawab untuk
menyediakan jenis pelayanan wajib
yang telah dituangkan dalam SPM,wajib
mengupayakan.
 Agar SPM tersebut dapat dicapai
dengan menyusun;
1. Standar-standar teknis yang merupakan
panduan untuk mencapai standar yang
telah ditetapkan dan,
2. Mengembangkan kegiatan-kegiatan
perbaikan mengikuti siklus Plan-Do-
Check-Action.
70
Tiap unit kerja pelayanan dalam
melakukan upaya perbaikan
perlu melakukan hal tersebut di
bawah ini:
1. Pembakuan sistem mutu untuk
tiap unit kerja dengan menyusun:
 Sasaran perbaikan kinerja
berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan
 Menyusun standar-standar teknis
untuk mencapai standar yang telah
ditetapkan pada tiap indikator
71
2.Melakukan upaya perbaikan yang
berkesinambungan dengan mengikut
langkah sebagai berikut (Nolan model):
 Menetapkan tujuan/sasaran perbaikan yang
akan dilakukan (agar dapat melampaui standar
pencapaian yang telah ditetapkan)
 Menetapkan indikator-indikator untuk menilai
bahwa perbaikan yang dilakukan tercapai
 Menetapkan kegiatan-kegiatan perbaikan yang
harus dilakukan
 Menyusun rencana kegiatan perbaikan kinerja
 Melakukan uji coba dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
 Memeriksa hasil uji coba
 Jika hasil uji coba menunjukkan adanya
perbaikan kinerja maka disusun standar teknis
yang baru sesuai dengan perbaikan yang
dilaksanakan pada uji coba.
72
RUANG LINGKUP RENCANA
TINDAK LANJUT

1. Batas waktu Pencapaian SPM secara Nasional


dan Jangka Waktu Pencapaian SPM di Daerah;
2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM
dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran;
3. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM;
dan
4. Sistem penyampaian informasi rencana dan
realisasi pencapaian target tahunan Standar
Pelayanan Minimal kepada masyarakat.

73
 Untuk mencapai SPM yang telah
dituangkan dalam peraturan daerah
perlu disusun rencana pencapaian
SPM (permendagri No 79/2007).
 Rencana pencapaian SPM tersebut
harus masuk dalam RPJMD.
 Selanjutnya SPM tersebut harus
menjadi acuan dalam penyusunan
rencana bisnis strategis, rencana kerja
(renja) rumahsakit, Rencana Bisnis
Anggaran (RBA), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah ,Kebijakan umum
anggaran (KUA) dan Prioritas Program
Anggaran (PPA). 74
Penutup
1.Standar pelayanan minimal yang mempunyai dua
elemen pokok, yaitu:
 indikator kinerja
 dan target (threshold) yang harus dicapai perlu disusun
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan (baik
pelayanan dasar maupun rujukan)

2.Standar pelayanan minimal perlu disusun dengan


tiga alasan, yaitu:
a. peraturan perundang menghendaki demi menjamin
akuntabilitas pelayanan publik,
b. pasien sebagai fokus pelayanan membutuhkan dan
menghendaki pelayanan yang berkualitas, memuaskan,
dan dapat dijamin memberikan keamanan, dan
c. untuk menjadi badan layanan umum, rumah sakit harus
dapat menunjukkan akuntabilitas kinerjanya dengan
ditetapkannya indikator dan target pencapaian tiap
indikator kinerja.
75
References
1. Bapelkes Gombong (2000), Laporan Evaluasi Pasca Pelatihan Jaminan Mutu,
Gombong.
2. Katz, J.M., Green, E.,(1997) Managing Quality: A Guide to System-Wide
Performance Management in Health Care, 2nd ed, Mosby, St Louis: 24-32
3. Meisenheimer, C.G., (1997) Improving Quality: A guide to Effective Programs, 2nd
ed, Aspen, Maryland:33-44.
4. Mohr, J.J., Batalden, P.B., (2002), Improving Safety on the front lines: the role of
clinical microsystems, Qual Saf Health Care: 11:45-50.
5. Morris, A.H., Decision support and safety of clinical environment, Qual Saf Health
Care. 11:69- 75.
6. Moss, F., Barach, P., (2002), Quality and Safety in Health Care: a time of transition,
Qual Saf Health Care, 11:1.
7. NHMRC (National Health and Medical Research Council), 1998, A guide to
development, implementation, and evaluation of clinical practice guidelines,
Canberra.
8. Pusdiklat DepKes RI, (1996) Modul Pelatihan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan
Dasar di Puskesmas, Jakarta
9. Reason, J., Combating omission errors through task analysis and good reminders,
Qual Saf Health Care, 11:40-44.
10. Schroeder, P., (1994), Improving Quality and Performance: Concepts, Programs,
and Technioques, Mosby, St Louis: 9-11
11. Swage, T., (2000), Clinical Governance in Health Care Practice, Butterworth
Heinemann, Oxford: 197.
12. WHO, Division of Strengthening of Health Services District Health System, The
Contemporary use of Standards in Health Care, 1993.
76
TERIMA KASIH

77

Anda mungkin juga menyukai