Anda di halaman 1dari 140

ISOLASI DAN KARAKTERISASI

KANDUNGAN KIMIA TUMBUHAN

OLEH :
ABD. MALIK
FAK.FARMASI UMI
ISOLASI BAHAN ALAM
ISOLASI BAHAN ALAM
• Didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan
komponen kimia yang terdapat dalam suatu
ekstrak
• Pemisahan terjadi karena komponen cuplikan
bergerak dengan jarak yang berbeda akibat
adanya perbedaan partisi dari komponen yang
dipisahkan,
• Didasarkan pada sifat adsorbsi dan partisi
Ekstraksi

Isolasi
DASAR PEMILIHAN METODE ISOLASI
• Kompleks atau tidaknya noda
• Kerapatan noda
• Tampak atau tidak di lampu UV
JENIS-JENIS METODE ISOLASI
Kromatografi kolom
• Kromatografi kolom konvensional
• Kromatografi kolom hisap
a. Kromatografi cair vakum/ Suction column
b. Rapid Sigel
 Kromatografi press kolom/flash column
Kromatografi datar
• KLT Preparatif
• Kromatografi sentrifugal (chromatotron)
KROMATOGRAFI KOLOM
• Kolom kromatografi digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah
banyak
• Fase diam yang digunakan adalah adsorben
dengan kepolaran tinggi (silika gel)
METODE PENGEMASAN FASE DIAM
• Metode kering yaitu fase diam dimasukkan
langsung ke dalam kolom
• Metode basah yaitu fase diam disuspensikan
dengan eluen yang digunakan (n-hexan)
kemudian dimasukkan ke dalam kolom lalu
dimampatkan
PENGEMASAN SAMPEL
• Ekstrak kental ditimbang sebanyak 3 gram,
• tambahkan sedikit pelarut lalu ditambahkan
sedikit demi sedikit silika gel G.60 sambil diaduk
hingga homogen,
• diamkan hingga kering.
• masukkan kedalam kolom,
• ratakan dan dimampatkan kemudian bagian
atasnya ditutup dengan kertas saring
• Elusi dengan eluen yang sesuai
Kromatografi kolom
• Fase gerak bergerak dengan adanya
gaya grafitasi
Proses elusi
• isokratik (jika hanya satu eluen
yang digunakan
• Bergradien (eluen dengan
komposisi yang berbeda,
kebanyakan dengan kepolaran
ditingkatkan)
KROMATOGRAFI KOLOM
• Proses elusi menghasilkan pita2 dan keluar
sebagai eluat, dapat dilihat kecuali senyawa2
tanwarna
• Metode fraksinasi dari eluat biasanya dilakukan
secara otomatis menggunakan kolektor fraksi
(dapat berupa waktu atau volume) dan dapat juga
berdasarkan kesamaan warna
KEKURANGAN KROMATOGRAFI KOLOM
• Waktu yang dibutuhkan cukup lama
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
• Kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk
fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak
• Ukuran Kolom diameter 6 cm dan panjang 25 cm
• Perbandingan silika gel kasar dan halus adalah 60:40
• Adsorben grade-KLT normal atau fase-terbalik ini relatif
bermutu
• Fase gerak terhisap dengan adanya penurunan
tekanan
• Fraksi biasanya dikoleksi dengan alikuot eluen dengan
satu kepolaran
PENGEMASAN FASE DIAM
• Kolom hisap yang berdiameter 6 cm dan panjang 25
cm,
• Sebelum digunakan kolom dibebas lemakkan
• kolom dikemas dalam keadaan vakum agar diperoleh
kerapatan kemasan maksimum.
• Adsorben silika gel G.60 sebanyak 20 gram dimasukkan
kedalam kolom dan dimampatkan dan permukaan
adsorben diratakan dengan batang pengaduk.
• Dalam keadaan vakum dialirkan n-heksan beberapa kali
agar diperoleh kerapatan kemasan yang maksimal
KROMATOGRAFI RAPID SIGEL
• Termasuk kromatografi kolom hisap
• Perbedaan dengan suction column hanya
pada ukuran kolom yaitu diameter 4 cm dan
panjang 30 cm sehingga perbandingan
adsorben kasar dan halus 30:10
PRESS COLUMN (FLASH COLUMN)
• Fase gerak bergerak relatif cepat
• Tekanan yang diberikan dapat secara langsung
atau melalui reservoir
• Merupakan kebalikan kromatografi kolom
hisap
• Kolom berdiameter 2 cm dengan panjang 50
cm
• Perbandingan silika gel kasar dan halus adalah
10: 15
KLT Preparatif
• Metode sederhana dalam mengisolasi
komponen kimia bahan alam
• Prinsip sama dengan KLT analisis yaitu
adsorpsi dan partisi
• Perbedaan yang nyata pada ukuran
lempengnya menggunakan lempeng kaca yang
besar (biasanya ukuran 20x20 cm dan tebal
0,5-1 mm)
KLT Preparatif
• Penotolan dalam bentuk pita
• Metode deteksi tidak merusak sampel
20 cm

20 cm
KROMATOGRAFI
SENTRIFUGAL/CHROMATOTRON
• Aliran fase gerak dipercepat oleh gaya
sentripugal
• Lempeng berupa cincin silika lebar
• Fase diam (silika gel) Mengandung pengikat
yang cukup banyak
• Lempeng diputar pada 2400 rpm
KROMATOGRAFI
SENTRIFUGAL/CHROMATOTRON
• Lempeng ditempatkan pada poros motor
listrik dan tertutup dalam chamber dimana
gas nitrogen akan lewat dengan tekanan
positif
• Penutup terbuat dari kaca kuarsa
Bentuk lempeng

Eluen dipilih berdasarkan uji KLT analitik


KROMOTOGRAFI
PENGERTIAN
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan
komponen dari suatu campuran menggunakan prinsip
perbedaan distribusi komponen tsb dalam 2 fase,
fase gerak dan fase diam.

• Analisis
Pemisahan • Identifikasi
• Kemurnian
• Kuantifikasi
Campuran Komponen
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Ilustrasi
Kromatografi
Klasifikasi Kromatografi
Berdasarkan fasa geraknya:
• Liquid Chromatography
• Gas Chromatography

Berdasarkan fasa diamnya (interaksi komponen


dengan fasa diam):
• Partition Chromatography
• Adsorption Chromatography
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fasa diam yg digunakan:
TLC plate
silica gel - silicon dioxide (SiO2)x
(a common, inexpensive stationary phase)

O O O
| | |
-O-Si-O-Si-O-Si-O-H
| | | These exposed OH units
O O O give silica gel a
| | | relatively polar surface.
-O-Si-O-Si-O-Si-O-H
| | |
O O O

bulk (SiO2)x surface


Prosedur KLT
1. PERSIAPAN : - chamber/wadah
- plat KLT
- sampel
2. PENOTOLAN SAMPEL
3. PENGEMBANGAN KLT / ELUSI
4. VISUALISASI BERCAK
5. INTERPRETASI HASIL
1. PERSIAPAN

• chamber
1. PERSIAPAN

• chamber

Tuangkan pelarut/eluen ke dalam chamber


setinggi < 1 cm
1. PERSIAPAN

• chamber

Agar chamber jenuh dengan eluen, masukkan


potongan kertas saring di sisi dalam chamber. Tutup,
diamkan hingga eluen naik hingga kertas saring
terbasahi semua.
1. PERSIAPAN

• plat KLT

Potong plat KLT dengan ukuran tertentu


(biasanya 2 x 10 cm)
1. PERSIAPAN

• plat KLT

Ukur 1 cm, tandai dengan pensil (jaga jangan sampai


merusak/menggores plat), buat garis melintang
setinggi 1 cm dari bawah. Ini adalah tempat sampel
ditotolkan.
2. PENOTOLAN SAMPEL

TLC plate

“finishing line”
 1 cm.

“starting line”
 1 cm.
ACE ASP CAF ACE ASP CAF
#5 #5 #5 Ref. Ref. Ref.
2. PENOTOLAN SAMPEL

Totolkan sampel dengan mikropipet (atau batang


kapiler yang diruncingkan) sebanyak 1 atau 2 µL.
MIKROPIPET

Mikropipet, sering
disebut juga spotter,
dapat dibuat dari
batang gelas kapiler.

Panaskan/bakar
dengan api, tarik
perlahan hingga
terpisah menjadi 2
bagian.
3. PENGEMBANGAN KLT

eluen
merambat
pada plat
3. PENGEMBANGAN KLT
3. PENGEMBANGAN KLT

A. Tempatkan plat ke dalam chamber TLC plate

B. Elusi plat dengan eluen,


hingga eluen mencapai garis atas

C. Ambil plat jika eluen sudah


mencapai garis batas atas.

eluen
}
TLC Developing Chamber
(just a glass jar with solvent in it!)
3. PENGEMBANGAN KLT

Pada saat diambil dari chamber, berilah tanda


garis dengan pensil akhir eluen.
4. VISUALISASI BERCAK

• Langsung / mata telanjang

• Lampu UV

• Uap iodin

• Reagen penyemprot
4. VISUALISASI BERCAK

A. Biarkan eluen yg tersisa


di pemukaan plat KLT
mengering.

B. Lihat dibawah lampu UV UV light.


look for grayish spots on the UV
fluorescent green background

C. Tandai bercak dengan pensil.


5. INTERPRETASI HASIL

Tentukan Retention factors(Rf) masing2 bercak.

distance spot ___________


____________ has moved X
Rf = distance solvent has moved
=
Y
T

distance spot has moved


_______________________ Z
Rf = distance solvent has moved
= Y
Y
Z Z

distance spot has moved


_______________________ T
Rf = distance solvent has moved
= X
Y
Troubleshooting KLT
 Bercak tidak membulat (mbleber)
 Sampel terlalu pekat. Kembangkan lagi KLT setelah sampel diencerkan.
 Sampel terlalu banyak mengandung komponen. Perlu dilakukan partisi
terhadap sampel.
 Tidak nampak bercak
 Sampel terlalu encer. Pekatkan sampel, atau tambahkan volume sampel
yang ditotolkan.
 Beberapa senyawa memang tidak menunjukkan pemadaman di bawah
lampu UV. Pakailah reagen semprot untuk menampakan bercak
(biasanya uap iodin atau serium sulfat)
Troubleshooting KLT
 Garis batas atas (akhir eluen) tidak rata
 Chamber tidak/kurang jenuh eluen (penjenuhan kurang optimum).
 Pemasangan plat dalam chamber tidak pas (miring).

 Bercak berekor
 Senyawa mengandung gugus yang bersifat asam atau basa kuat (amina
atau asam karboksilat). Tambahkan beberapa tetes NH4OH (amina) atau
asam asetat (asam karboksilat) pada eluen.
Aplikasi KLT
 ANALISIS KUALITATIF
 Bercak dibandingkan Rf-nya dengan baku.
 Menggunakan reagen penyemprot untuk menentukan golongan senyawa
(dragendorf, lieberman-burchat, AlCl3, dll).

 ANALISIS KUANTITATIF
 Perlu beberapa totolan larutan baku (yg berbeda konsentrasi/volume
penotolannya) untuk membuat kurva baku.
 Bercak dianalisis densitasnya dengan densitometer untuk kuantifikasi.
ELEKTROFERESIS
• Pada mulanya hanya dapat digunakan untuk
senyawa bermuatan listrik
• Metode hampir sama dengan KLTP
• Konstituen molekul bergerak dengan
kecepatan berbeda berdasarkan
o Ukuran molekul
o Bentuk molekul
o Muatan listrik totalnya
Penggunaan
• Analisis protein
• Peptida
• Asam amino
MODEL EKSTRAKSI GOLONGAN SENYAWA
KANDUNGAN KIMIA TUMBUHAN (KKT)
• Minyak, lemak dan lilin
• Minyak menguap
• Karotenoid
• Alkaloid
• Glikosida
• Senyawa fenolik
• Protein
• polisakarida
MINYAK, LILIN, LEMAK
• Bersifat nonpolar
• Minyak (cair) sedang lilin (waxes) dan lemak
bentuk padat
• Pet. Eter, n-heksana baik untuk mengekstraksi
minyak, lilin, lemak secara selektif
• Tipe senyawa ini sering mengganggu proses
partisi dan fraksinasi, sehingga sering dipisahkan
dulu
MINYAK MENGUAP
• komponen penyusunnya mono & seskui terpene
serta senyawa fenolik
• Dapat disari dengan pet. Eter, tetapi lilin, waxes
sering ikut; oleh karena itu lebih tepat dilakukan
dengan kloroform atau diklorometan
• Dapat dipisahkan dengan distillasi uap
KAROTENOIDA
• Merupakan derivat tetraterpenoid
• Pada umumnya tetraterpenoida (40 karbon),
dapat dibagi 2 : hidrokarbon dan teroksigenasi
dan dikenal sebagai xantofil
• Hidrokarbon-non polar, sehingga dapat
diekstraksi dengan pet. Eter; sedang yang
teroksigenasi umum mempunyai gugus –OH, -
C=O, aldehid, epoksid dsb. sehingga menjadi
lebih polar dan dapat diekstraksi dengan etanol
dan juga dengan kloroform
ALKALOIDA
• Berisi 1 atau lebih atom –N; bersifat basa
• Bentuk basa bebas larut dalam pelarut organik,
sebagai bentuk garam larut dalam air
• Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:
 Pada PH rendah, ester-ester dapat terhidrolisis
 Amonia dapat bereaksi dengan senyawa organik
membentuk suatu artefak
 Adanya senyawa fenolik pada ekstraksi asam-basa
dapat menyebabkan kurang larut dalam pelarut
organik
 Adanya tanin-tanin, dapat dihilangkan dengan
penambahan kalsium hidroksida untuk
mengendapkan tannin, sehingga ekstraksi alkaloid
dapat dilanjutkan (Qunine tannate)
GLIKOSIDA
• Bahan yang terdiri dari gula dan non gula
• Bersifat polar
• Aseton, etanol, metanol, air atau campuran
dari bahan-bahan tersebut
SENYAWA FENOLIK
• Dapat berbentuk fenol bebas atau bentuk
glikosidik
• Cendrung polar dan larut dalam alkohol air
PROTEIN
• Kebanyakan protein dapat terionisasi pada pH
tinggi atau rendah tergantung dari senyawa-
senyawa asam aminonya
• Kebanyakan dapat diekstraksi dengan air, dapar,
asam atau basa encer atau larutan garam
sederhana
• Pengendapan selektif protein dalam ekstrak kasar
dapat dilakukan dengan penambahan perlahan
aseton, etanol atau amonium sulfat
• Untuk bahan yang mengandung banyak lemak
sebaiknya dihilangkan dulu
POLISAKARIDA
• Merupakan polimer gula atau turunan gula
• Ada 3 tipe polimer gula
Larut sempurna dalam air. Ex. glikogen
Larut sebagian dan membentuk gel. Ex.
amilopektin
Tidak larut dalam air. Ex. selulosa
UJI KEMURNIAN ISOLAT
Metode pemurnian:
• Rekristalisasi
• Sublimasi
• Kromatografi
Hasil  ISOLAT (DIIDENTIFIKASI)
KARAKTERISASI ISOLAT

• Spektroskopi UV/Vis
• Spektroskopi IR
• Spektroskopi Massa
• Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir

59
SEKIAN
DAN
WASSALAM
1. KUMARIN
Definisi
• Kumarin termasuk dalam glikosida Lakton
dari asam ortohidroksi sinamat
• berbentuk kristal prismatik, tidak
berwarna, baunya enak, rasa pahit dan
pedas.

Umbelliferon=kumarin alami
yang paling umum

O
O
OH
Kegunaan
1. Sebagai antagonis Vitamin K. Zat ini
menghalangi pembentukan faktor
pembekuan di dalam hati, antara lain
protombin
2. Digunakan sebagai flavoring agen untuk
sediaan farmasetik
IDENTIFIKASI
 KLT dengan pereaksi : Tembaga sulfat sitrat
(Pereaksi Benedict).
 Pereaksi akan mengurang atau meniadakan
pendaran dari senyawa dengan gugus O
hidroksi Pendaran dalam sinar UV 366 nm
 jika kumarin tidak mempunyai gugus tersebut
maka pendaran tidak berubah atau menjadi
lebih intensif .
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan pada tanaman Polygala
paniculata ( Polygalaceae) Cuplikan dihaluskan
lalu ditimbang sebanyak 100 g. Ekstraksi dilakukan
dengan cara maserasi dengan Etanol 3 x 500 ml.
Setiap kali maserasi dilakukan selama 24 jam.
Selanjutnya ekstrak dipekatkan pada tekanan
rendah dan suhu 35-40°C dengan penghisap gasing
vakum sehingga diperoleh ekstrak kasar.
ISOLASI DAN PEMURNIAN
• Sejumlah glikosida sukar dikristalisasikan terutama yang
kelarutan dalam airnya besar dapat kehilangan glukosa
dalam proses penyarian , karena aksi dari enzim tanaman
yang mengandung glikosida lakton
• Untuk mencegah hal diatas maka dalam isolasi dari
glikosida perlu enzim diinaktifkan dulu dengan
menggunakan metode yang cocok misalnya :
1.Mendidihkan bahan tanaman yang segar atau yang
kering dalam air atau alkohol selama 10 — 20 menit.
2.Mendidihkan denga aseton.
3.Penyarian pada suhu rendah.
2. FLAVONOID
Pengertian Flavanoid
• Flavanoid merupakan salah satu senyawa aromatis atau
fenolik yang terdapat dalam tumbuhan.
• Flavanoid ada dalam bentuk glikosida dan aglikon flavonoid.
• Larut dalam air maka proses ekstraksi dapat dilakukan
dengan menggunakan etanol 70 % dan tetap ada pada
lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak
bumi.
Cara Identifikasi, Reagen Yang Digunakan Serta
Hasil Positif Flavonoid
• Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa flavanoid adalah :
• 4 gram sampel segar dirajang halus dan
didihkan dengan 25 ml etanol selama lebih
kurang 25 menit, disaring dalam keadaan
panas, kemudian pelarut diuapkan sampai
kering. Ekstrak dikocok kuat dengan kloroform
lulu ditambahkan air suling, biarkan sampai
terbentuk dua lapisan. Yaitu lapisan kloroform
dan lapisan air. Untuk mengetahui suatu
tanaman mengandung senyawa flavonoid
diambil beberapa tetes lapisan air dan
ditempatkan didalam tabung reaksi,
ditambahkan dengan asam klorida pekat dan
serbuk magnesium dan timbulnya warna
merah menunjukkan (+) adanya senyawa
flavonoid.
• Untuk menganalisa flavanoid lebih baik memeriksa
aglion yang terdapat dalam eksrak tumbuhan
yang telah dihidrolis. Penggolongan jenis flavonoid
dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan
kepada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna.
Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak
tumbuhan yang telah dihidrolisis, secara
kromatografi satu arah dan pemeriksaan ekstrak
etanol secara dua arah. Flavonoid dapat
dipisahkan dengan cara kromatografi. Komponen
masing-masing diidentifikasi denagn
membandingkan kromatografi dan spektrum,
dengan memakai senyawa pembanding yang
sudah dikenal. Senyawa baru yang ditemukan
sewaktu menelaah memerlukan pemeriksaan
kimia dan spektrum yang lebih terinci.
• Cara umum untuk menelaah flavonoid dalam jaringan tumbuhan telah
berkembang dilaboratorium

1. Sedikit jaringan tumbuhan (biasanya daun atau bunga)


direndam dalam HCl 2M dalam tabung reaksi,
dan dipanaskan selama 30-40 menit pada 100o C.
2. Lalu, bila perlu ekstrak yang telah didinginkan
disaring dan diekstraksi denagn etil asetat.
3. Bila larutan berwarna (ini dapat terjadi karena
jaringan asal mengandung antosianin atau warna terbentuk
dari antosianidin sewaktu mendapat perlakuan asam),
maka ekstrak air dipanaskan lebih lanjut untuk menghilangkan
seseporaetil asetat yang tertinggal, dan kemudian diekstraksi
ulang dengan sedikit amil alkohol.
4. •Etil asetat diuapkan sampai kering, tambahkan etanol
1-2 tetes, dan dikromatografi satu arah berdampingan
autentik, memakai lima pengembang : forestal
(asam asetat-HCl pekat-air; 30 :3 :1), HOAc 50% (asam
asetat 50% dalam air), BAA (n-butanol-asam asetat-air ;
4 : 1 : 5 ; lapisan atas), PhOH (fenol yang dijenuhkan
dengan air).
5. Ektrak amil alkohol, yang harus berwarna, dipekatkan
sampai kering, tambahkan beberapa tetes HCl 1 %
dalam metanol dan dikromatografi memakai
pengembang forestal dan asam format
(asam format-HCl pekat- air ; 5 : 2 : 3).
Suatu gabungan kromatogram forestal yang
menggambarkan perilaku kromatografi jenis aglikon

terlihat pada gambar 2.7.
Gambar Komatogram aglikon flavonoid tumbuhan
yang umum.
Keterangan warna :

1. berturut-turut merah sendudu, merah dan


jingga dengan sinar tampak.
2. merah senduduk, merah senduduk, dan
merah dengan sinar tampak.
3. Kuning terang dengan sinar UV
4.5. coklat pudar dengan sinar UV dan berubah
menjadi hijau kuning terang dengan
NH4OH.
6. coklat pudar dan tida berubahn dengan
NH4OH
• Hasil kromatogram forestal paling penting
karena data kromatografi lainnya digunakan
untuk memastikan atau melengkapi hasil
tersebut. Misalnya, hasil kromatografi memakai
HOAc 50 % serupa dengan hasil kromatografi
memakai forestal, tetapi pada yang pertama
terjadi pemisahan yang lebih jelas antara
aglikon dan sesespora glikosida yang tak
terhidrolisis yang mungkin masih terdapat
dalam ekstrak yang telah dihidrolisis

• Pada kromatogram BAA juga terlihat pemisahan yang
lebih jelas antara O-glikosida serta C-glikosida flavon
yang tak terhidrolisis (Rf pertengahan sampai
rendah) dan aglikon (Rf tinggi). Kromatogram fenol
berguna karena Rf flavon termetilasi sangat tinggi
sehingga dapat dibeda-bedakan. Akhirnya
kromatogram air berguna untuk membedakan
glikoflavon, isoflavon dan flavon yang naik dari kelas
flavanoid lain yang tetap berada pada garis awal.
Metode Dan Alat Isolasi Senyawa Flavonoid

Cara yang populer untuk menelaah pola flavonoid


dalam jaringan tumbuhan secara rutin ialah
kromatografi kertas dua arah dari ekstrak etanol
pekat dengan menggunakan pengembang BAA
dan asam asetat 5 %. Pembanding baku yang
digunakan pada kromatogram ialah rutin, yaitu
suatu glikosida flavonol. Rutin bermanfaat karena
letaknya kira-kira ditengah kromatogram, dan
rutin sendiri terdapat sangat umum dalam
tumbuhan. Jadi ia merupakan senyawa yang
paling mungkin dijumpai sewaktu pemeriksaan.
Contoh pemisahan flavonoid pada kromatogram kertas dua arah

terlihat pada gambar 2.8.


• Ket :
kromoton diatas menunjukan
letak kira-kira flavonoid umum
pada kromatogram. Selama
ekstraksi mungkin terjadi
hidrolisis gliosida sedikit,
sehingga dijumpai sediit aglikon
flavon dan flavanol.
• Data flavonoid yang dapat diperoleh dari
kromatogram dua arah telah digunakan langsung
oleh beberapa taksonomiwan untuk
membandingkan secara kimia jenis tumbuhan yang
berbeda dalam suatu marga. Juga untuk
memecahkan beberapa masalah tertentu pada
penggolongan tumbuhan. Tetapi, umumnya
dianjurkan untuk menganalisis flavonoid lebih terinci,
seperti ditujukan dalam tiga bagian berikut, sebelum
menggunakan data untuk memecahkan masalah
sistematika.
• Untuk pembandingan, kromatografi dua arah
dari sederatan cuplikan tumbuhan harus
dilakukan dalam kondisi yang sama.
Pengembangannya BAA yang dibuat segar
untuk pengembangan selama semalam dan
diusahakan mengendalikan suhu bejana
kromatografi atau suhu kamar tempat
kromatografi atau suhu kamar tempat
kromatografi dilakukan
• Aktivitas Senyawa Dan Khasiat Senyawa Flavonoid

Flavanoid terdapat secara universal pada tanaman sebagai


kelompok tunggal senyawa cincin oksigen yang
terbesar.Terdapat dalam berbagai warna pada jaringan
tanaman dan rotenoid misalnya memiliki sifat insektisidal.
Kerangka dasarnya terdapat pada flavon seperti kebanyakan
variasinya pada pola itu adalah berasal dari hidroksilasi (O-
metilasi dan pembentukan glukosida)dan oksidasi cincin B,
seperti terdapat pada anthosianidin.Beberapa variasi
berikutnya berkaitan dengan pengaturanulang pada cincin B
yang terdapat pada flavon dan rotenon.
• Flavanoid terdapat dalam tumbuhan sebagai
campuran jarang sekali dijumpai hanya flavonoid
tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu
sering terdapat campuran yang terdiri ats flavonoid
yang berbeda-beda kelasnya. Antosianin berwarna
yang terdapat dalam daun bunga hamper selalu
disertai oleh flavon atauflavonol berwarna. Hasil
penenlitian akhir-akhir ini membuktikanbahwa
flavon merupkan ko-pigmen penting, karena
sangat diperlukan untuk menyatakan warna
antosianin secara penuh dalam jaringan bunga.
Biasanya antosianin juga terdapat sebagai
campuran, terutama dalam bunga tanaman hias,
dan suatu jaringan bunga dapat mengandung
sampai seuluh pigmen yang berlainan.
ALKALOID
• Alkaloid adalah kelompok senyawa sekunder
mengandung paling sedikit sebuah atom
nitrogen yang bersifat basa. Sebagian besar
atom nitrogen merupakan bagian dari cincin
heterosiklik yang banyak dijumpai pada
tumbuhan.
• Beberapa contoh senyawa alkaloid tumbuhan antara lain nikotin,
anabasin, atropin, solanin, dan quinin. Tumbuhan yang banyak
mengandung alkaloid adalah famili Asteraceea, Fabaceae, Liliaceae,
Loganiaceae, Papaveraceae, Rubiaceae, dan Solanaceae. Nikotin
merupakan senyawa alkaloid yang terutama ditemukan pada tembakau
(Nicotiana tabacum dan N. Rustica, Solanaceae) . Di Eropa, nikotin
digunakan untuk pengendalian kutu Tingidae yang menyerang pohon pear
, untuk pengendalian kutu daun dan serangga bertubuh lunak lainnya .
Pada saat ini, nikotin digunakan untuk pengendalian serangga pengganggu
di kebun, rumah kaca, dan untuk pengendalian ektoparasit pada hewan .
Anabasin merupakan senyawa alkaloid yang mirip dengan nikotin,
ditemukan pada N. Glauca dan digunakan sebagai insektisida hayati
• Umumnya alkaloid tidak larut dalam air, tetapi dapat bereaksi dengan asam
membentuk garam yang bisa mudah larut. Alkaloid bebas pada umumnya dapat
larut dalam eter atau kloroform atau senyawa yang relatif non polar lainnya, akan
tetapi di dalam pelarut yang tidak dapat tercampur dalam garam alkaloid tidak
dapat larut. Sifat-sifat tersebut di atas memungkinkan untuk mengisolasi alkaloid
dan memurnikannya, juga dapat untuk mengetahui kadar kuantitatif.
• Pada umumnya alkaloid merupakan suatu cristal padat, meskipun ada beberapa
yang amorf, dan beberapa alkaloid seperti konoin, nikotin dan spartein oleh karena
tidak mempunyai gugusan oksigen di dalam molekulnya maka berbentuk cairan.
Sedang garam-garam alkaloid biasanya berupa cristal bentuk maupun sifat cristal
ini sering digunakan untuk identifikasi secara mikroskopik.
Beberapa struktur inti yang menyusun alkaloid :
• Benzen
• Isokuinolin
• Pirolin
• Tropan
• Indol
• Imidancol
• Purin
• Fenantren
• Siklopentanoperhid-fenantren
• Piridin
• Piperidin
• Kuinolin
• Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut struktur dasar kimianya
darimana alkaloid tersebut diturunkan. Arekolin, pelletierin, lobelin,
konilin dan nikotin adalah turunan dari piridin dan piperidin, atropine,
hiosiamin dan hiosin adalah turunan dari tropan, yang merupakan hasil
kondensasi antara pirolidin dan piperidin. Alkaloid-alkaloid Cinchona;
kinin, kuinidin, sinkonin dan sinkonidin mengandung kuinolin sebagai inti
dasar. Hidrastin, d-tubokurarin, emetin dan beberapa alkaloid opium
tertentu mempunyai inti khas isokuinolin. Tipe-tipe lain; ergonovin,
reserpin dan strikhnin berasal dari lingkaran indol, pilokarpin mengandung
lingkaran imidazol, kafein dan teobromin mempunyai inti dasar purin.
• Morfin dan kodein mempunyai lingkaran fenanthren dan akonitin serta
protoveratrin mempunyai struktur steroid seperti senyawa-senywa amin
dapat membentuk garam rangkap dengan air raksa (Hg), tembaga (Cu),
platina (Pt) dan logam-logam berat lainnya. Garam-garam rangkap
tersebut biasanya diperoleh berupa endapan dan banyak diantaranya
berupa kristalmikro yang khas. Beberapa pereaksi alkaloid adalah pereaksi
Wacnoris (Iod dalam KI), Mayeris (Kalium Mercuri Iodida), Oragendorffis
(Kalium bismutt Iodida) dan beberapa pereaksi lainnya. Alkaloid biasanya
mempunyai rasa pahit.
fungsi alkaloid dalam tanaman :
• Sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangan dan
binatang pemakan serangga.
• Sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan
dari komponen-komponen yang membahayakan bagi
tanaman.
• Sebagai factor prtumbuhan tanaman.
• Atau sebagai zat cadangan makanan untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen atau unsure lain yang dibutuhkan
tanaman.
• Mungkin dapat dikemukakan suatu pendapat tentang pembentukan alkaloid ini
yaitu bahwa alkaloid dapat dipandang sebagai suatu hasil metabolime yang
menggambarkan tingkat evaluasi intermediet yang dicapai oleh tanaman.
Pembentukan alkaloid mungkin dapat dinyatakan sebagai suatu metabolisme yang
menyangkut rantai reaksi yang panjang atau yang pendek yang dimulai dari zat-zat
yang biasa dan penting untuk metabolime tanaman dan diakhiri dengan
persenyawaan yang tidak perlu mempunyai fungsi yang sama. Bahkan peristiwa ini
dapat terjadi meskipun hasil akhirnya tidak mempunyai fungís tertentu, dapat
dilihat dengan adanya substansi yang kegunaannya dalam metabolismo tanaman
tidak esencial seperti pigmen-pigmen, tanin-tanin, polisakarida, glikosida, minyak
menguap dan resin-resin.
• Cara Identifikasi dan Hasil Positif Beserta
dengan reagen yang Digunakan pada Alkaloid
a. Alkaloid
• Pemeriksaan kandungan kimia menggunakan KLT
• Pemeriksaan KLT dilakukan terhadap adanya senyawa yang memberikan hasil positif pada
pemeriksaan menggunakan pereaksi kimia. Larutan pengembang yang digunakan adalah
campuran metanol-NH4OH (200:3), dengan larutan deteksi Dragendorff dan DPPH.
• Skrining Alkaloid: (a) Pembuatan larutan percobaan: Ekstrak ditambah 10 ml HCI 2N,
dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit. Setelah dingin ditambah 0,5 g NaCL untuk
pengendapan protein, saring, filtrate ditambah HCI 2N sampai 10 ml. (b) Kromatografi Lapis
Tipis: Larutan percobaan (A) ditambah amoniak secukupnya sampai basa, diekstraksi dengan
kloroform, kemudian diupakan sampai kering, dilarutkan dalam metanol. Fase diam: silika gel,
Fase gerak: Etil asetat: MeOH: Air = 100:16,5: 13,5, Penampak noda: peraksi dragendorf.
• Reaksi identifikasi Alkaloid, dapat dilakukan dengan cara :
Timbang 500 mg serbuk simplista, tambahkan 1 ml asam florida 2 N dan 9
ml air, panaskan di atas tangas air selama 2 menit dinginkan dan saring,
pindahkan masing-masing 3 tetes filtrat pada tabung reaksi dan
tambahkan 2 tetes :
• Pereaksi mayer Lp (K-mercuri iodide), terbentuk endapan putih
menggunpal
• Pereaksi Bouchardat Lp, terbentuk endapan berwarna coklat sampai
hitam.
• Pereaksi Wagner Lp (iodine dalam KI)
• Pereaksi Dragendroff (K-Bismuth Iodida)
• Hasil identifikasi golongan senyawa ekstrak Callyspongia sp
• Pereaksi Golongan Hasil
1. Lieberman-Buchard (Terpenoid, steroid - )
2. Mayer (Alkaloid +)
Dragendorf (Alkaloid +)
Bouchardat (Alkaloid +)
• Hasil identifikasi kimia menunjukkan bahwa ekstrak
Callyspongia sp. mengandung senyawa alkaloid.
• Identifikasi lanjutan menggunakan KLT silica gel GF254 dengan larutan
pengembang campuran methanol- NH4OH (200 : 3) memperlihatkan
adanya bercak dengan Rf 0,33, yang pada pengamatan sinar UV
memberikan warna kuning hijau. Bercak ini memberikan warna jingga
dengan pereaksi Dragendorff, berarti bahwa bercak tersebut merupakan
senyawa golongan alkaloid. Pada uji dengan pereaksi DPPH, bercak ini
memberikan aktivitas peredaman radikal bebas, berarti senyawa yang
mempunyai aktivitas antioksidan dalam ekstrak Callyspongia sp. adalah
senyawa golongan alkaloid.
• Cara Ekstraksi
A. Alkaloid
• Larutan ekstrak sebanyak 3 ml ditambah dengan 1 ml HCl 2 N, dan 6 ml air
suling, kemudian panaskan selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring.
Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,
Bouchardat dan Mayer.
• Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dingin, yang
dimasudkan untuk menghindari kerusakan zat-zat kandungan dari bahan
uji. Serbuk kering tumbuhan sebanyak 5 gram diekstraksi dengan 25 ml
alkohol dengan cara maserasi yang disertai pengadukan dengan
menggunakan vortex dan didiamkan selama 24 jam kemudian disaring.
• Aktivitas Senyawa dan Khasiat ALKALOID
• Aksi farmakologik dari alkaloid bermacam-macam, misalnya morfin dan
kasein sebagai analgetik dan narkotik, strikhinina dan brusina sebagai
stimulans sntral, atropin, homatropin sebagai midriatik, fisostigmin dan
pilokarpin sebagai miotika. Efedrin menyebabkan kenaikan tekanan darah
tetapi reserpin menyebabkan turunnya tekanan darah pada hipertensi.
Ternyata memang dari golongan alkaloid banyak yang dipakai dan
mempunyai aktivitas fisiologik. Bermacam-macam cara untuk
mengklasifikasikan alkaloid telah ditemukan.
TERPENOID
• Terpenoid dan steroid adalah senyawa kimia
yang sangat melimpah dari genus Plagiochila
yang memiliki bioaktivitas sebagai : anti
feedant, growth inhibitor, antifungal dan
sitotoksisitas terhadap sel tumor leukimia
murine P-388
• Terpenoid
• Kromatogafi Lapis Tipis:
• Ekstrak + 2 ml HCL, refluks selama 2,6 jam.. Netralkan dengan amoniak,
uapkan sampai kental, + 3 ml eksan, gojok ambil larutan heksan. Fase
diam: silika gel; Fase gerak: Heksan: Aseton = 4: 1; Penampak noda:
Anisaldehid. Terhadap ekstrak P.E. diperiksa adanya terpenoid dan
triterpenoid. Deteksi adanya tefipenoid menggunakan pereaksi warna
Vanilin-asam sulfat; bila terdapat terpenoid maka warna bercak berkisar
antara biru sampai ungu. Penyemprotan dilakukan terhadap
kromatogram terimpregnasi menggunakan fase gerak terpilih, heksana-
etil asetat (81:19).
• Gambar 3. Kromatogram uji terpenoid
ekstrak P.E.
Deteksi : Vanilin-asam sulfat
Keterangan : FG
: F dan G
FD : Silika Gel GF 254

• Gambar 4 Kromatogram uji Flavanoid Fraksi etil asetat


Deteksi : Siroborat
Keterangan : FD : selulosa
FG : BAW (6 : 2 : 1)
Forestal : (3:30:10
Forestal : (3:30:10)
• Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak petroleum eter
mengandung sedikitnya 12 macam terpenoid. Salah satu
senyawa terpenoid tersebut kemungkinan adalah
seskuiterpen.Golongan senyawa lain yang dicurigai terdapat
dalam ekstrak P.E. adalah triterpenoid. Dengan menggunakan
fase gerak terpilih untuk ekstrak petroleum eter, dan fase
diam diimpregnasi menggunakan parafin cair-petroleum eter
(95:5) dilakukan uji KLT menggunakan pereaksi warna
Liebermann-Burchard.
• Uji positif menunjukkan adanya triterpenoid apabila warna hijau-biru. Bercak diamati di
bawah sinar UV 366 nm setelah dipanasi 100�C selama 10 menit. Kromatogram disemprot
dengan pereaksi wara Liebermann-Burchard terbentuk bercak berwarna merah sebanyak 4
buah dan sebuah berwarna pink, bercak terakhir diperkirakan klorofil. Karena tidak
memberikan warna yang positif terhadap adanya triterpenoid, hijau-biru, maka disimpulkan
tak terdapat adanya triterpenoid. Terhadap ekstrak etanol dilakukan pemeriksaan terhadap
adanya flavonoid memakai fase gerak etil asetat-asam formiat-asam asetat-air
(100:11:11:27). Ekstrak memberikan bercak 3 buah pada cahaya tampak ataupun di bawah
sinar UV 366 nm. Sebuah berwarna pink dan dua bush berwarna kuning setelah diuapi
amonia. Hal ini meyakinkan bahwa dalam ekstrak etanol terdapat flavonoid. Berdasarkan hal
ini maka dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap berbagai fase gerak flavonoid. Hasil
penelitian diperoleh fase gerak terpilih adalah t-BAW (6:2:1) untuk melihat bercak nonpolar
dan Forestal (3:30:10) untuk melihat bercak polar, dengan pereaksi warna Sitroborat.
• Aktivitas senyawa dan khasiatnya
• 1. Monoterpenoid
• Monoterpenoid merupakan senyawa esensce dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh dua unit isopren atau
dengan jumlah atom carbón 10. senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik
dan sedatif. Disamping itu, monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberiu aroma makan
dan farfum dan ini merupakan senyawa komersial yang banyak duperdagangkan.
• Seskuiterpenoid
• Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isoprene yang terdiri dari kerangka asiklik dan
bisiklik dengan kerangka dasar naftolen.
• Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya hádala sebagai antifeedant, hormon,
antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulador pertumbuhan tanaman dan pemanis.
• Diterpenoid
• Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom carbón dan dibangun oleh 4 unit isopren. Senyawa ini
mempunyai bioaktivitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan
tanaman, antifeedant serangga. Inhibitor tumor, senyawa pemanis, antifouling dan antikarsinogen. Senyawa diterpenoid
dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik dan tatanama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial.
• B. Terpenoid
• Sebanyak 1 ml larutan ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian
ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna biru-ungu yang
timbul menunjukkan adanya senyawa terpenoid atau steroid.
• Ekstraksi senyawa terpenoid dan steroid dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut n-heksana 4 liter pada suhu kamar selama
tiga hari. Pemisahan ekstrak n-heksana dilakukan dengan kromatrografi
kolom dan kromatrografi plat preparatif. Pemurnian senyawa kimia
dilakukan dengan rekristalisasi menghasilkan senyawa isolat pertama
berupa kristal berwarna putih dengan titik leleh 69-70 °C dan senyawa
isolat kedua berupa kristal jarum berwarna putih dengan titik leleh 169-
170 °C.
Terpenoid
• Senyawa¬senyawa terpenoid didalam genus Plagiochila memiliki
bioaktivitas sebagai : anti feedant, growth inhibitor, antifungal dan
sitotoksisitas terhadap sel tumor leukimia murine P-388. Plagiochila
sandei Dozy adalah tumbuhan endemik di gunung Halimun, Jawa Barat,
yang sampai saat ini belum dilaporkan kandungan kimia didalam
tumbuhan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi senyawa kimia, khususnya terpenoid dan sterol yang
terdapat dalam tersebut dan menguji bioaktivitasnya dengan Artemia
salina Leach.
• Dalam sel tumbuhan, terpenoid ditemukan dalam sitoplasma atau pada kelenjar
khusus. Berdasarkan jumlah atom karbon, terpenoid dikelompokkan menjadi
monoterpen (C = 10), seskuiterpen (C = 15), diterpen (C = 20), triterpen (C = 30),
tetraterpen (C = 40), dan politerpen (C > 40). Saat ini telah diketahui sekitar 3000
struktur terpenoid. Sesquiterpen dan diterpen terutama clerodanes, clerodendrin,
drimanes, warbuganol, dan polygodial merupakan senyawa yang bersifat feeding
deterrent terhadap beberapa serangga. Triterpenoid terutama azadirachtin yang
terdapat pada tanaman mimba (Azadirachta indica) dan cardenolides yang
terdapat pada famili Asclepiadaceae merupakan senyawa yang bersifat deterrent
terhadap beberapa jenis serangga dan vertebrata, phytecdysteroid berhubungan
dengan hormon molting
• Terpenoid merupakan componen-komponen tumbuhan yang
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan
penyulingan disebut sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri yang
berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan
struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom
hidrogen dan atom carbón dari suatu senyawa terpenoid yaitu
8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan
bahwa senyawa tersebut ádalah golongan terpenoid.
• Sebagian besar terpenoid mempunyai
kerangka karbon yang dibangun oleh dua
atom lebih C-5 yang disebut unit isopren. Unit
C-5 ini dinamakan demikian karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawa isopren.
• Penentuan struktur molekul kedua isolat berdasarkan
spektroskopi : spektroskopi massa, inframerah, 1H-RMI, dan
13C-RMI. Hasil analisis menunjukkan bahwa senyawa isolat
pertama adalah seskuiterpenoid alkohol yang dikenal sebagai
Spathulenol dan senyawa isolat kedua adalah senyawa steroid
Stigmasterol. Selain itu, dari analisis GC-MS juga diperoleh
asam-asam lemak : asam heksadekanoat, asam
heptadekanoat, asam oktadekanoat, asam-10-oktadekenoat
dan etil oktadekanoat. Uji bioaktivitas hanya dilakukan pada
fraksi kasar
• Metode dan Alat isolasi yang Digunakan
• Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dingin, yang
dimasudkan untuk menghindari kerusakan zat-zat kandungan dari
bahan uji.
• a) Analisis kandungan ekstrak P.E.
• Analisis menggunakan metoda KLT. Ekstrak P.E. dipekatkan.
Pemeriksaan terhadap adanya terpenoid menggunakan: FD Silika gel GF
254, FG heksana-etil asetat (81:19), deteksi Vanilin asam sulfat. FD
sebelumnya dieluasi menggunakan petroleum-eter-paraffin cair (95:5).
Pemeriksaan triterpenoid: FD Silika gel GF 254, FG heksana-etil asetat
(81:19), deteksi Liebermann-Burchard.
• b) Analisis kandungan ekstrak etanol.
• Dilakukan pemeriksaan terhadap flavonoid menggunakan: FD Silika gel GF
254, FG etil asetat-asam formiat-asam asetat air (100:11:11:27) (Wagner
et al., 1984), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi amonia); FD kertas
Whatman no. 51, FG t-butanil-asam asetat-air (6:2:1) (fase butanol) atau
disebut t-BAW (Harborne, 1987), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi
amonia). Pemeriksaan alkaloid: FD Silika gel GF 254, IG etil asetat-
metanol-air (100:13,5:10) (Wagner et al., 1984), deteksi sinar UV 254 nm
dan 366 nm, pereaksi warna Dragendorff.
• Analisis kandungan fraksi etil asetat.
• Ekstrak etanol diekstraksi cair-cair menggunakan etil
asetat dan air. Pemeriksaan flavonoid: FD selulosa; FG asam
asetat 30%, asam klorida-asam asetat-air (3:30:10), asam
klorida-asam asetat-air (Forestal) (10:30:10), t-butanol-asam
asetat-air (6:2:1) (fase butanol), n-butanol-asam asetat-air (n-
BAW) (4:1:5); deteksi sinar UV 254 dan 366 nm (sesudah
diuapi amonia) dan pereaksi warna Sitroborat.
• d) Analisis kandungan fraksi air.
Diperlakukan sama seperti pada fraksi etil asetat.
• e) Analisis kandungan ekstrak air.
Pemeriksaan adanya flavonoid: FD selulosa, FG asam asetat 15%,
deteksi pereaksi warna Sitroborat. Pemeriksaan gala: FD
selulosa, FG t-butanol-etil asetat-air (6:2:1) (fase butanol),
deteksi sinar tampak dan pereaksi Anilin ftalat.
KUINON
Definisi
Kuinon merupakan metabolit sekunder
yang pada umumnya berperan dalam
proses transportasi elektron sel. Senyawa
ini secara umum terdiri dari bagian
aromatis turunan sikhimat dan bagian
alifatik berupa rantai poliisoprenil.
Kuinon merupakan senyawa berwarna dan
mempunyai kromofor dasar seperti kromofor
pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus
karbonil yang berkonyugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon-karbon
Kegunaan
• Senyawa ini berwarna yang bertanggung jawab
untuk reaksi kecoklatan pada buah-buahan dan
sayuran yang terluka atau terpotong
• Merupakan senyawa perantara dalam jalur sintesis
melanin pada kulit manusia
• Quinon diketahui membentuk kompleks yang bersifat
irreversible dengan asam amino nukleofilik dalam
protein yang sering menghantarkan inaktivasi protein
dan kehilangan fungsi. Untuk alasan tersebut, kisaran
potensial efek antimikroba quinon cukup luas.
Quinon berfungsi dalam metabolisme sebagai agen
pentransfer satu elektron untuk membentuk radikal
semiquinon yang stabil pada reduksi yang dapat balik
Identifikasi
Reaksi yang khas ialah reduksi bolak-balik yang
mengubah kuinon menjadi senyawa tanwarna,
kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi
oleh udara. Reduksi dapat dilakukan dengan
menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi
ulang dapat terjadi hanya dengan mengocok larutan
tersebut di udara. Cara ini dapat dilakukan pada
kromatogram;bila disemprot dengan biru
leukometilena, kuinon menghasilakan bercak warna
biru pada latar belakang putih.
Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam
larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi
ulang di udara terjadi lebih cepat. Kuinon menunjukkan
geser batokrom yang kuat dalam basa. Warna yang
terlihat beragam, mulai dari jingga dan merah sampai ke
ungu dan biru; bahkan pada beberapa kasus terbentuk
warna hijau 1,2,3-trihidroksiantrakuinon.
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan pada tanaman Schima walichii
Folium (daun Puspa)
Cuplikan dihaluskan lalu ditimbang sebanyak 100 g.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan
metanol 3 x 500 ml. Setiap kali maserasi dilakukan
selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak dipekatkan pada
tekanan rendah dan suhu 35-40°C dengan penghisap
gasing vakum sehingga diperoleh ekstrak kasar.
Isolasi
KLT merupakan cara umum untuk memisahkan
kuinon. Tetapi, begitu banyak keragaman struktur
sehingga tak satu pun sistem yang berkaitan dapat
digunakan secara umum pada kuinon. Benzokuinon
sederhana dan naftokuinon sederhana sangat mudah
larut dalam lemak dan mereka mungkin dapat
dipisahkan memakai pengembang benzena murni,
kloroform murni, eter minyak bumi murni, atau
campuran sederhana pelarut tersebut.
Sebaliknya antrakuinon yang banyak
hidroksilnya sangat polar dan diperlukan
campuran pelarut murni agar mereka
bergerak
KURKUMINOID
DEFINISI
Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang
kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang
memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid
ini (kebanyakan berupa kurkumin) menjadi pusat
perhatian para peneliti yang mempelajari
keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek
pencegah kanker, dll, ditambah kemampuannya
menurunkan risiko serangan jantung.
KEGUNAAN

Senyawa kurkuminoid telah diteliti


kemampuannya untuk melindungi sel-sel,
jaringan dan organ tubuh dari kerusakan
yang diakibatkan radikal bebas dengan
menetralisasi radikal bebas, dan mencegah
pembentukan radikal yang baru.
EKSTRAKSI

Dari hasil percobaan ternyata pada


penentuan kadar kurkumin baik secara
spektrofotometri dan densitometri
ternyata sama dan tidak ada perbedaan
yang bermakna. Sedangkan pada
penentuan prosentasi tiap fraksi yang
terkandung dalam kurkumin.
dengan metode kromatografi kolom secara
spektrofotometri dan densitometri
membuktikan bahwa kurkumin terdiri
campuran 3 fraksi dan dari perhitungan
hanya diperoleh fraksi 1 dan 2, sedang
pemisah tidak sempurna akan bercampur
dengan fraksi 2 atau kalau terpisah
biasanya sangat sedikit sekali
Pada optimasi eluen secara HPLC untuk
penentuan kadar kurkumin disarankan
memakai eluen terpilih yang merupakan
campuran metanol p.a chromb dengan
aquabidestilata (dapar sitrat - fosfat, pH=3,4)
dengan perbandingan 50 : 50 yang
memberikan resolusi yang baik dengan
ditunjukkan melalui harga Rt yang berbeda
untuk tiap peak.
IDENTIFIKASI
Identifikasi senyawa kurkuminoid pada tanaman
Curcuma domestica Val dilakukan penelitian
mengenai kurkumin, untuk mengetahui
perbandingan dari masing-masing fraksi penyusun
dengan metode fraksinasi secara kolom
kromatografi dan dilanjutkan penentuan kadarnya
secara spektrofotometri dan densitimetri serta
optimasi eluen dengan HPLC.
ISOLASI
Telah dilakukan isolasi senyawa
kurkuminoid dari rimpang temu
giring (Curcuma heyneana Val.
dan Vijp) dengan metode
sokletasi. Hasil isolasi yang
dilakukan diperoleh 5 gram kristal
orange kurkuminoid.
Langkah pertama untuk memisahkan
kurkumin dari senyawa kurkuminoid adalah
dengan cara uji KLT dengan eluen benzena :
kloroform (1 : 4) dilanjutkan dengan
kromatografi kolom. Hasil uji KLT
menunjukkan adanya tiga noda sedangkan
pada pemisahan dengan kromatografi
kolom dengan eluen benzena : kloroform (1
: 4) dihasilkan dua fraksi, yaitu kurkumin
(0,25 gram) dan desmetoksi kurkumin
(0,003 gram)
Uji fisikokimia dilakukan untuk menguji
kemurnian kedua fraksi yang berupa uji titik
leleh, dimana untuk titik leleh kurkumin
didapatkan hasil sebesar 174"C sedangkan
untuk titik leleh desmetoksi kurkumin
didapatkan hasil sebesar 90°C.Senyawa
kurkumin yang diperoleh diuji aktivitas
antioksidannya dengan metoda FTC dan
efek sinergismenya dengan antioksidan
alami, asam askorbat dan asam sitrat
Hasil % sinergisme yang
diperoleh untuk asam sitrat
dengan asam askorbat bernilai
77,6 sedangkan untuk asam
sitrat dengan kurkumin bernilai
79,4 dan untuk asam askorbat
dengan kurkumin bernilai 83,6.
SEKIAN
DAN
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai