Anda di halaman 1dari 41

PENELUSURAN

SENYAWA BAHAN ALAM


Oleh
ALDISAN FAHYANDI 15060103040002
 Senyawa bahan alam hasil metabolisme suatu organism hidup
(tumbuhan, hawan dan sel) berupa metabolit primer dan
sekunder. Senyawa-senyawa metabolit sekunder berperan bagi
kelangsugan hidup suatu spesies dalam berjuang meghadapi
spesies-spesies lain.
 Sebagai contoh pada tumbuhan, senyawa metabolit sekunder
digunakan sebagai senjata penangkal serangan hama dan
penyakit. Sedangkan pada hewan, senyawa metabolit sekunder
seperti feromon digunakan sebagai zat penarik melakukan
hubungan perkembangbiakkan.
 Peran senyawa bahan alam bagi manusia dimana senyawa-
senyawa metabolit sekunder yang telah berhasil diisolasi, oleh
manusia selanjutnya didayagunkan sebagai bahan obat seperti
morfin sebagai obat nyeri, kuinin sebagai obat malaria, reserpin
sebagai obat penyakit tekanan darah tinggi dan vinkristin serta
vinblastin sebagai obat kanker. Selain sebagai bahan obat,
senyawa metabolit sekunder juga digunkan dalam bidang
industri kosmetik dan industry pembuatan pestisida dan
insektisida
UJI ORGANOLEPTIK
 Uji organoleptik atau disebut juga uji indrawi atau uji sensori
merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia
sabagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian sifat organoleptik meggunakan uji mutu
hedonik yaitu uji hedonik yang lebih spesifik yang biasanya
bertujuan untuk mengetahui respon panelis terhadap sifat mutu
organoleptik yang umum, misalnya tekstur, bau.
Indra yang digunakan dalam penilayan sifat indrawi suatu pruduk adalah :
Penglihatan berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan
bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan
diameterserta bentuk bahan.
Indra peraba yang bberkaitan dengan struktur dan konsistensi.
Struktur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan
mulut atau perabaan dengan jari dan konsistensi merupakan tebal,
tipis dan halus.
Indra pembau, pembauan juga dapat digunkan sebagai suatu
indikator terjadinyya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk
yang menandakan produk tersebut telah mengalmi kerusakan,
Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa masi, asin,
asam, dan gurih. Serta sensasi lain seperti pedas, astringert.
Kelebihan dan Kelemahan Uji Organoleptik
Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk
karena berhubungan langsung dengan selera konsumen. Selain itu,
metode ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran
dan pengamatannya juga cepat diperoleh. Dengan demikian, uji
organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk mmeningkatkan
produksia atau pemasaran.

Uji organoleptik juga memiliki kelemahan dan keterbatasan akibat


beberapa sifat indrawi tidak dapat dideskripsikan. Manusia perupakan
panelis yang kadang-kadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
mental, sedangkan panelis dapat menjadi jenuh dan menurun
kepekaannya. Selain itu dapat terjadi pula komunikasi antara manajer
dan panelis.
SKRINING
 Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara
kualitatif untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung
dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa
metabolit sekunder yang memilliki khasiat bagi kesehatan seperti
alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin dan saponin.

 Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan


kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji), terutama kandungan metabolit
sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida, antrakuinon, flavonoid,
glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterpenoid), tanin
(polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridiod, dan sebagainya
Adapun metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan
skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara
lain :
Sederhana.
Cepat.
Dapat dilakukan dangan peralatan minimal.
Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari.
Bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk
senyawayang dipelajari.
Dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya
senyawa dari golongan senyawa yang dipelajari
Identifikasi Senyawa Alkaloid
 Alkaloid dapat dianalisis dengan pereaksi Mayer, Dragendorff
dan Wagner. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna dan juga
kebanyakan alkaloid bersifat basa. Terbentuknya endapan
menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid.
Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih,
dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah jingga
dan dengan pereaksi wagner terbentuk endapan coklat
(Harborne, 1987).
 Walaupun pada umunya alkaloid terdapat pada tumbuhan,
namun beberapa alkaloid juga terdapat pada hewan seperti
muskopiridin pada rusa, kastoramin pada musang dan piral
sebagai feromon sejenis dengan struktur sebagai berikut.

CH2-OH

N
N O

N
Muskopiridin Pirral
Kastoramin

Gambar 1 Beberapa Alkaloid yang terdapat pada hewan


(Sitorus 2010 : 192)
Pereaksi Mayer
 Pengujian alkaloid dengan pereaksi HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl
mayer diperoleh hasil yang positif
K2[HgI2]
dengan terbentuknya endapan dari HgI2 + 2KI
penggantian ligan. Atom nitrogen Kalium tetralodomomerkuat (II)
yang mempunyai pasangan
elektron bebas pada alkaloid
mengganti ion iod dalam pereaksi + K2[HgI4] + K[HgI4]-
Dragendorff dan Mayer. Pada uji
alkaloid dengan pereaksi mayer, N N
diperkirakan nitrogen pada K+
alkaloid akan bereaksi dengan ion
logam K+ dari kalium Kalium Alkaloid Oranye
tetraiodomerkurat(II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang Gamabar 2 Perkiraan reaski uji mayer
mengendap (Simaremare, 2014 : 103)
Pereaksi Dragendorf
BiI3 + 3KNO3
 Pengujian alkaloid dengan Bi(NO3)3 + 3 KI
pereaksi Dragendorf diperoleh BiI3 +KI K[BiI4]
hasil yang positif dengan Kalium tetraiodobismutat
terbentuknya terbentuk endapan
merah jingga.”Dragendorf kurang
spesifik karena juga akan positif + K[BiI4]
+ [BiI4]-
endapan putih untuk asam amino
dan protein”. (Sitorus 2010 : 194). N N Oranye
K+
Pada uji alkaloid dengan pereaksi
dragendorf, nitrogen digunakan Kalium-Alkaloid
endapan
untuk membentuk ikatan kofalen
koordinat dengan K+ yang Gambar 3 Reaksi uji dragondorf (Simaremare,
2014 : 104)
merupakan ion logam.
Identifikasi Senyawa Flavonoid
 Flavonoid merupakan OH

kandungan khas tumbuhan OH


hijau dengan mengecualikan
alga. Flavonoid sebenarnya HO
O
terdapat pada semua bagian
tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepung sari, nectar, OH

bunga, buah, dan biji. OH O

Penyebaran jenis flavonoid pada Gambar 4 kerangka golongan flavonoid


golongan tumbuhan yang (genistein) (Ribonson, 1995 : 193)
terbesar, yaitu angiospermae
Uji Wilstatter
 Isolat ditambahkan 2-4 tetes
HCl pekat dan 2-3 potong kecil
logam Mg. perubahan warna O
yang terjadi diamati dari kuning O
O
tua menjadi orange. Menurut
(Fitriani dkk, 2011 : 36),”warna
yang terjadi disetiap lapis
diamati, perubahan warna OH
merah jingga menunjukan O
O
adanya flavon, merah pucat Flavonon Flavon
O

menunjukan adanya flavonol Gambar 5 flafonon, flavon dan flavonol


Flavonol
dan merah tua menunjukan (Rahmat,2009).
flavonon pada daun sirih
merah”
Uji Bate-Smith

Isolasi ditambah HCl


pekat lalu dipanaskan
O
O

+ C-
dengan waktu 15 menit OH
+ OH

diatas penangas air. Reaksi O


OH

positif jika memberikan


warna merah disebabkan O
+ +O
Cl-
C- +

karena terbentuknya OH OH

flavilium. OH
OH

Garam Flavilium
Merah tua

Gambar 6 Reaksi Wilslatter dan Bate-Smith (Rahayu


dkk, 2015 :5)
Uji dengan NaOH 10%
Hal ini terjadi adanya reaksi
B
antara flavonoid dengan pereaksi HO O
HO OH

NaOH yang membentuk garam A + NaOH + H2C


B

dan membentuk strukutr koloid C


pada cincin B yang akan membuat CO2H
ikatan rangkap terkonjugasi OH O OH
O
Asetofenon
menjadi lebih panjang sehingga
Gambar 7. Reaksi flavonoid dengan NaOH
akan meningkatkan intensitas (Kusnadi 2017 : 62)
warnanya. (Desandi, 2014 : 59)
Gambar 2.9. Perkiraan reaksi Polifenol (Simaremare 2014 : 105)

Uji Golongan Polifenol


Pengujian polifenol dilakukan OH OH OH

dengan dengan melakukan HO OH


HO O O OH

penambahan FeCl3 Fe

diperkirakan akan FeCl3 + 3HCl +


O

menimbulkan warna biru tua, HO OH


biru kehitaman atau hitam
kehijauan. Perubahan warna COOH COOH COOH

tidak terjadi dengan


menambah FeCl3 karena tidak
adanya guus hidroksi yang COOH

ada pada senyawa tannin Gambar 8 Perkiraan reaksi Polifenol (Simaremare


(Simaremare 2014 : 105) 2014 : 105)
Identifikasi Senyawa Poliketida
Secara kimiawi, dikarenakan beragam strukturnya, OR1
maka tidak ada reagen khusus penciri golongan
poliketida. Biasanya identifikasi didasarkan pada
reaksi gugus funngsional kemudian diidentifikasi
berubah warna yang terjadi atau pergeseran panjang R=alkil, H, N ,dll
gelombang tertentu. Contohnya jika bergugus fenolik
maka potensial dikoping dengan senyawa pengkelat
sehingga larutan lebih gelap. Sedangkan penciri fisik R2O
dengan menggunakan lampu UV biasanya akan Gambar 9 Posisi meta pada
memberikan pemadaman pada 254 nm dan warna antara dua gugus alkoksi
tertentu pada 366 nm. Jadi tidak terlalu spesifik adalah salah satu cirri khas
walaupun reagen aniline bisa mengidentifikasi cincin dari nyawa golongan
poliketida (Saifuddin, 2014
benzen namun akan bias dengan golongan fenil :16)
propanoid.
Identifikasi Senyawa Terpenoid dan Steroid
Terponeid merupakan komponen-
komponen tumbuhan yang mempunyai
bau dan dapat diisolasi dari bahan
nabati dengan penyulingan yang disebut
minyak astiri. Minyak atsiri yang berasal O O
+
H2SO4
dari bunga pada awalnya dikenal dari H3C C O C CH3
O
+
O

penentuan struktur secara sederhana, O C CH3 H3C C OH

yaitu dengan perbandingan atom


OH

hydrogen dan atom karbon dari senyawa


terpenoid yaitu 8:5 dan dengan Gambar 10 Perkiraan reaksi terpenoid
perbandingan tersebut dapat dikatakan (Setyowati dkk, 2014 :275)
bahwa senyawa tersebut adalah
golongan terpenooid.
Identifikasi Terpenoid dan terpenoid dalam percobaan ini
Menggunakan Pereaksi Lieberman-Burchad (anhidrida asetat-
H2SO4 pekat) yang memberikan warna Merah atau ungu
terpenoid. Pengujian steroid didasarkan pada kemampuan
senyawa untuk membentuk warrna H2SO4 pekat dalam pelarut
asam asetat anhidrida warna merah-hijau-biru untuk steroid.
Larutan saat ditambahakan dengan H2SO4 serta terlihat warna
hijau saat larutan ditetekan. Perubahaan warna disebabkan
terjadinya oksidasi pada golongan senyawa terpenoid melalui
pembenntukan ikatan rangkap konjugasi. (Setyowati dkk, 2014
:273)
ISOLASI
 Senyawa metabolit sekunder biasanya terdapat dalam organisme
dalam jumlah yang sangat sedikit. Pekerja isolasi membutuhkan
keterampilan dan pengamatan dam memadukan berbagai teknik
pemisahan. Untuk medapatkan senyawa murni biasanya peneliti
menggunakan beberapa teknik ekstraksi dan kromaktografi.
Teknik ekstraksi senyawa bahan alam yang biasa digunakan
antara lain maserasi, perkolasi, infudasi, dan sokhletasi
Ektraksi
 Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau
hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari
masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok,
uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa
endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi
senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Ekstraksi Secara Dingin
 Metode Maserasi
• Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan
melalui perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode
ini digunakan untuk mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam
cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta tidak
mengandung benzoin.
•Maserasi merupakan teknik ekstraksi dari sampel padat menggunakan
pelarut tertentu. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya
 Metode Perkorasi
• Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang dialirkan
melalui kolom perkolator yang diisi dengan serbuk bahan atau
sampel, dan ekstraknya dikeluarkan melalui keran secara
perlahan. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam
terlihat tetesan perkorat sudah tidak berwarna. Caranya, serbuk
bahan dibasahi dengan pelarut yang sesuai dan ditempatkan pada
bejana perkolator. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori
untuk menahan serbuk. Cairan pelarut dialirkan dari atas
kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan pelarut akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.
Kelemahan dan kelebihan dari metode perkolasi ini adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin
selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien. Sedangkan keuntungan metode ini adalah dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung. Digunakan pelarut
yang lebih sedikit dan pemanasannya dapat diatur.
Metode Soxkletasi
• Soxkletasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik. Caranya, serbuk bahan ditempatkan pada
selongsong dengan pembungkus kertas saring, lalu ditempatkan
pada alat soxklet yang telah dipasang labu dibawahnya.
Tambahkan pelarut sebanyak 2 kali sirkulasi. Pasang pendingin
balik, panaskan labu, ekstraksi berlangsung minimal 3 jam
dengan interval sirkulasi kira-kira 15 menit.
• Keunggulan metode ini antara lain:
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
• Kelemahan metode ini antara lain:
Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas
(senyawa termobil), contoh : Beta karoten.
Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus
dihentikan adalah :
Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi
Jika pelarut bening, maka diuji dengan meneteskan setetes pelarut
pada kaca arloji dan biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak noda,
berarti sokletasi telah selesai.
Untuk mengetahui senyawa hasil penyarian (kandungannya) , dapat
dilakukan dengan tes identifikasi dengan menggunakan beberapa
pereaksi.
Ektrasi Secara Panas
• Refluks
Prinsip kerja pada refluks yaitu penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cra sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molejul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyairan sempurna.
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
• Destilasi
 Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap
tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi
merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan
komponenkomponen yang terdapat dalam suatu larutan atau
campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa air.
Distilasi dilakukan melalui tiga tahap : evaporasi yaitu memindahkan
pelarut sebagai uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam
kolom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah
yang lebih volatile dari komponen lain yang kurang volatil dan
kondenasasi dari uap, untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih
volatil.
• Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan
kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat
dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa
murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran
akan menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran
diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan
untuk berubah menjadi uap
• Destilasi Uap
 Destilasi uap digunakan untuk memurnikan zat atau senyawa
cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi,
sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat
cair sudah terurai, terksidasi atau mengalami reaksi pengubahan.
Maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap.
• Destilasi Fraksionasi
 Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-
komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk
campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak
mentah,untuk memisahkan komponen- komponen dalam minyak
mentah.
UJI HAYATI/ BIOASSAY
Uji Hayati adalah uji yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi
yang relative dari bahan-bahan kimia dengan jalan
membandingkan pengaruh-pengaruh tersebut pada biota dengan
kontrol yang menggunakan biota yang sama. Tujuan dari uji
hayati adalah untuk mengetahui konsentrasi bahan uji serta
perubahan suhu, pH yang dapat menimbulkan pengaruh yang
merugikan sekelompok biota dengan kondisi control. Salah satu
cara cepat dan terbaik untuk mengetahui akibat dari suatu
pencemaran terhadap komunitas pelairan adalah dengan
menggunakan uji hayati atau bioassay
• Uji Feromon
 Feromon merupakan bahan kimia yang disekresi keluar tubuh
serangga oleh kelenjar eksokrin sehingga bereaski diluar tubuh (antar
individu). Feromon menjembatani komunikasi individu ddalam suatu
spesies. Kegunaan beragam mulai dari daya tarik antar kelamin,
mencari pasangan, mengisyaratkan bahaya, menandai jejak dan wilaya,
serta berbagai interaksi intraspesifik lainya. Feromon terdiri atas
asam-asam lemak tak jenuh. Senyawa kimia denganberat molekul
rendah seperti ester, alkohol, aldehida, ketone, epoxida,
lactone,hidrokarbon terpen dan sesquiterpen adalah komponen umum
dalam feromon.
• Uji Toksin/Mortalitas
 Uji sitotoksik merupakan salah satu metode yang sering
digunakan untuk mengetahui toksisitas suatu senyawa. Toksin
atau racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relative kecil, bila
masuk kedalam tubuh dan bekerja secara kimmiawi dapat
menimbulkan gejala-gejala dapat menimbulkan gejala-gejala
abnormal sapai kepada kematian
• Uji Repellent
 Repellent adalah bahan aktif yang dapat menolak atau mengusir
serangga. Repellent yang dioleskan pada kulit akan memproduksi
lapisa uap yang akan menyebabkan bau dan rasa tidak enak
terhadap serangga. Repellent dikenal sebagai salah satu jenis
peptisida rumahtangga yang digunakan untuk melindungi tubuh
(kulit) dari gigitan nyamuk. Sekarang ini seseorang mengenal
sebagai lation anti nyamuk.
• Uji Antifeedant
 (Marhadika dkk, 2018: 214) Senyawa antifeedant sangat spesifik
terhadap serangga sasaran, karena tidak mengganggu serangga
lain, sehingga tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
organism lainya. Senyawa antifeedant adalah suatu senyawa yang
jika diujikan terhadap serangga akan menghentikan nafsu makan
secara sementara atau permanen.

Anda mungkin juga menyukai