Anda di halaman 1dari 14

ASKARIASIS

Ridha Aswina Dalimunthe


133307010092

Pembimbing: dr. Hj. Berlian Hasibuan, Sp. A (K)


Apa itu
Askariasis?

Askariasis adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh A. lumbricoides (cacing gelang)
yang hidup di usus halus manusia dan
penularannya melalui tanah. Cacing ini
merupakan parasit yang kosmopolit yaitu
tersebar di seluruh dunia, frekuensi terbesar
berada di negara tropis yang lembab, dengan
angka prevalensi di atas 50%. Di Indonesia
frekuensinya tinggi berkisar antara 20-90%. Pada
umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-
anak berusia 5-10 tahun sebagai host (penjamu).
Etiologi
Askariasis disebabkan oleh nematoda, atau
cacing gelang, Ascariasis lumbricoides. Cacing
dewasa A. lumbricoides menghuni lumen usus
halus dan memiliki masa hidup 10 - 24 bulan.
Potensi reproduksi Ascariasis sangat luar biasa;
Seekor cacing betina raksasa menghasilkan
200.000 telur/hari.

Telur yang subur berbentuk oval dengan


penutup mammillated tebal berukuran 45-70
µm panjangnya 35-50 µm.

Setelah masuk ke dalam tinja, telur-telur


tersebut menjadi embrio dan menjadi infektif
dalam 5-10 hari di bawah kondisi lingkungan
yang menguntungkan. Cacing dewasa bisa
hidup selama 12-18 bulan.
Faktor risiko Askariasis:
1. Berenang di sungai yang tercemar
2. Tidak adanya orang tua (di tempat kerja) untuk
mengawasi anak-anak
3. Tidak adanya toilet di rumah
4. Bermain di luar rumah tanpa alas kaki
5. Makan tanpa mencuci tangan
6. Geophagy (makan tanah)
7. Memakan buah dan sayuran yang tidak dicuci
8. Melakukan kegiatan yang memerlukan kontak dengan
lantai dan tanah.
Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama
pada anak. Frekuensinya sekitar 60- 90%.
Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di
sekitar halaman rumah, bawah pohon, tempat
mencuci dan tempat pembuangan sampah. Di
negara-negara tertentu terdapat kebiasaan
memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat,
kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara
25˚-30˚C merupakan hal-hal yang sangat baik
untuk berkembangnya telur A. lumbricoides
menjadi bentuk infektif.
Diagnosis
Gejala Klinis
• Anamnesis Fase lanjut:
Fase awal: 1. Sakit perut
1. Demam 2. Mual
2. Batuk kering 3. Muntah
3. Napas pendek 4. Diare
• Pemeriksaan Penunjang:

1. Pemeriksaan mikroskopis dengan Metode


Kato-Katz, telur cacing ditemukan dalam
feses. Pemeriksaan mikroskopik isi lambung
dapat menunjukkan larva dan telur.
Pemeriksaan dahak mikroskopik bisa
menunjukkan larva.
2. Pemeriksaan darah, Eosinofilia (5-12%) dapat
terjadi, terutama selama fase migrasi paru-
paru, dan dapat setinggi 50% pada ascaris
pneumonia.
Diagnosis Banding
• Apendisitis
• Asma
• Hipersensitivitas pneumonitis
• Cholecystisis pediatri
• Cholelitiasis
• Sindrom malabsorbsi pediatri
Penatalaksanaan
• Albendazole, 400 mg oral dosis tunggal
• Mebendazole, 100 mg oral untuk 3 hari, atau 500 mg
dosis tunggal
• Ivermectin, 150 - 200 µg/kg oral dosis tunggal
• Piperazine sitrat, 75 mg/ kg/hari selama 2 hari;
maksimum: 3,5 g/hari
• Pengobatan pilihan untuk obstruksi empedu atau usus
dan diberikan sebagai sirup melalui NGT
• Nitazoxanide, 100 mg oral untuk 3 hari untuk anak 1-3
tahun, 200 mg untuk 3 hari untuk anak 4-11 tahun, dan
500 mg selama 3 hari untuk remaja dan orang dewasa
Pencegahan
• Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
• Pastikan masakan benar-benar matang sebelum
dikonsumsi
• Cucilah buah dan sayur hingga bersih sebelum
dikonsumsi
• Buang air selalu di jamban dan gunakan air untuk
membersihkan
• Memakai alas kaki saat keluar rumah
• Memotong kuku secara teratur
Komplikasi
• Obstruksi usus •Sepsis, sindrom
• Volvulus depsis, syok septik
• Intususepsi •Askariasis
• Hepatitis pneumonia
•Sindrom Löeffler
• Pankreatitis •Asma eksaserbasi
• Apendisitis •Ensefalitis
• Perforasi usus •Migrasi ektopik
• Peritonitis lainnya
Prognosis
• Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis asimtomatik.
Dalam beberapa kasus, pengobatan kedua mungkin diperlukan
untuk membersihkan cacing sepenuhnya. Hal ini telah terbukti
mengurangi jumlah komplikasi secara signifikan. Perhatian di
negara-negara endemik adalah bahwa reinfeksi akan terjadi.
• Pada anak-anak di negara-negara endemik, hasil pengobatan
menunjukkan peningkatan dalam perkembangan kognitif, kinerja
sekolah, dan penambahan berat badan.
• Prognosisnya baik untuk pasien dengan obstruksi usus parsial yang
tidak memiliki toksisitas dan nonseptik, asalkan pasien diobati
secara dini dengan manajemen konservatif
• Prognosis pada pasien dengan obstruksi usus yang tidak memiliki
toksisitas atau sepsis baik jika pasien diobati dini dengan intervensi
bedah yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai