Anda di halaman 1dari 60

PATOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI CACINGAN

DI INDONESIA SERTA MEKANISME DALAM


PELAKSANAAN POPM CACINGAN
INTERVENSI STUNTING

Noorveliani Rokhaida
DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Sumber : Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1
Kementerian Kesehatan RI
Infeksi cacing yang ditularkan melalui
tanah (soil transmitted helminths/STH)
yaitu cacing yang dalam siklus
hidupnya memerlukan tanah yang
sesuai untuk berkembang menjadi
bentuk infektif
Soil Transmitted Helminths (STH)

• Cacing Gelang – Ascaris lumbricoides


• Cacing Cambuk – Trichuris trichiura
• Cacing Tambang – Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus
HASIL SURVEI CACINGAN DI 28 KAB/KOTA
TAHUN 2011
80.00

70.00

60.00

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
Penularan
Cacingan
Prevalensi cacingan dipengaruhi oleh :

Sanitasi buruk

Kemiskinan Prevalensi tinggi Kurangnya air bersih

Minimnya pelayanan kesehatan


1. Ascaris lumbricoides
(Cacing Gelang)
• Banyak terdapat di Indonesia
• Dapat menghinggapi semua umur 
paling banyak pada anak balita
• Cacing hidup di rongga usus halus
• Ukuran :
- Cacing jantan: 10 – 30 cm
- Cacing betina: 22 – 35 cm
- Jumlah telur : 100.000-200.000/hari
Lingkaran Hidup
- Di dalam usus, cacing bertelur  telur keluar bersama
tinja  jika telur kontak dengan tanah, telur menjadi
matang/infektif  jika manusia kontak dg tanah yang
tercemar atau telur terbawa angin dan hinggap di
makanan  telur tertelan manusia  menetas di usus
halus  larva menembus dinding usus halus  masuk
peredaran darah  paru  trakea  tenggorokan 
batuk  larva tertelan  masuk usus dan menetap
lalu menjadi cacing
- Tanah yang cocok: tanah liat
- Waktu yg dibutuhkan: dua bulan
1. Ascaris lumbricoides
Tanda dan Gejala
Larva (anak cacing) Cacing di dalam usus
- demam - ringan (jumlah cacing sedikit):
- perdarahan kecil mual, tidak napsu makan, diare
di paru - berat (jumlah cacing banyak):
- batuk kurang gizi, sulit konsentrasi,
kecerdasan menurun,
- sesak napas pertumbuhan
- Usus tersumbat  harus
dioperasi
- Cacing masuk ke saluran empedu
dan usus buntu  harus
dioperasi  jika tidak 
meninggal
Diagnosis

• Menemukan telur dalam


tinja pada pemeriksaan
mikroskopis
• Cacing keluar sendiri
melalui mulut atau anus
pada waktu buang air
besar
Pengobatan

• Pirantel pamoat 10 mg/kgBB, atau


• Mebendazol 500 mg, atau
• Albendazol 400 mg
 diberikan dosis tunggal
2. Trichuris trichiura
(Cacing Cambuk)
• Bentuk seperti cambuk
• Ukuran cacing betina 5
cm, jantan 4 cm
• Jumlah telur 3000 -
10.000 per hari  keluar
bersama tinja  kontak
dengan tanah  tertelan
 masuk ke usus 
hidup di usus besar
Tanda dan Gejala
• Kurang dari 10 cacing  tanpa
gejala
• Infeksi berat
- diare, disentri
- nyeri perut hebat
- nyeri anus
- usus besar keluar, menonjol
di anus
• Anemia
- cacing mengisap darah
- cacing menggigit/melukai
dinding usus menyebabkan
perdarahan usus
2. Trichuris trichiura
• Diagnosis: menemukan telur di tinja
• Pengobatan
- mebendazol 200 mg (dewasa), 100 mg
(anak-anak) selama tiga hari
- albendazol 400 mg dosis tunggal
• Tidak dapat diobati dengan obat cacing
yang ada di pasaran (pirantel pamoat)
3. Cacing Tambang
• Cacing betina: 1 cm
• Cacing jantan: 0.8 cm
• Terdiri dari
 N.americanus Necator americanus
menyerupai huruf S 1 pasang benda kitin

 A.duodenale
menyerupai huruf C

Ancylostoma duodenale
2 pasang gigi
Lingkaran Hidup
• Telur  larva rhabditiform  larva filariform
menembus kulit melalui bagian tubuh yang kontak
dengan tanah  kapiler  jantung  paru 
bronkus  trakea  laring  usus halus
• Larva menembus kulit sampai ke usus  1 minggu,
sampai dewasa 5-6 minggu
• Larva filariform masuk ke usus halus melalui
makanan dan minuman yang tercemar
• A. duodenale dapat menetap di usus 6-8 tahun
• N. americanus 4-5 tahun
Tanda dan Gejala

• Larva:
- Gatal hebat  infeksi sekunder
- Paru: batuk, bronkhitis, pneumonitis
• Cacing dewasa
- Gejala tergantung spesies cacing, jumlah
cacing, status gizi
- Gastroenteritis: 6 minggu setelah infeksi 
mual, muntah, nyeri epigastrik, diare, melena,
anemia
Anemia
• N.americanus : 0.005 - 0.1 cc/hari
• A.duodenale : 0.08 – 0.34 cc/hari
• Cacing mengisap darah (protein dan zat besi) dan
substansi mukosa
• Antikoagulan
• Berat anemia sesuai dg berat infeksi
• Akibat anemia: pusing, lemah, napsu makan
berkurang, daya tahan menurun, produktivitas
menurun, edema, perkembangan fisik, mental dan
seksual terhambat
• Gejala ringan/tidak nampak bila gizi baik
Diagnosis

• menemukan telur dalam tinja segar


• menemukan larva dalam tinja lama
Pengobatan
• pirantel pamoat 10 mg/kg bb dosis tunggal.
Khusus untuk A.duodenale diberikan 3 hari
berturut-turut
• mebendazol 500 mg/dosis tunggal atau 2x100
mg, 3 hari berturut-turut
• albendazol 400 mg/dosis tunggal
• Atasi anemia
Cacing Tambang
• prevalensi tinggi di perkebunan dan
pertambangan karena tidak ada WC
• prevalensi meningkat sesuai umur
• pemakaian tinja sebagai pupuk
• defekasi di kebun, pekarangan rumah
• tidak memakai alas kaki dan sarung tangan
ketika bekerja di kebun
C.Gelang C.Cambuk C.Tambang
C.Dewasa
Jantan 10 – 30 Cm 4 Cm 0,8 Cm
Betina 22 – 35 Cm 5 Cm 1 Cm
Tempat Usus halus Colon Usus halus
Ascendens gigi melekat
pada mucosa
Telur 100.000 – 3000-5000 9000-
Infektif 200.000/hr 10.000
3 Minggu 3-6 Minggu
3 Hari
Masuk ke Makanan Makanan makanan
tubuh mell dan Kulit
Pencegahan Cacingan
• Makanan & minuman selalu ditutup
• Minum air yang sudah dimasak
• Cuci tangan sebelum makan
• Cuci tangan sesudah kontak dg tanah
• Cuci bersih dengan air mengalir sayuran
mentah/lalap
• Gunting kuku secara teratur
• Buang air besar di WC yang ada septic
tank, jangan dialirkan ke got atau kali
• Pakai sendal/sepatu, sarung tangan
ketika berkebun
• Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan
Kesehatan
Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) saat :
1. Sebelum menyiapkan
makanan
2. Sebelum makan
3. Sesudah membersihkan
anak yang BAB
4. Setelah BAB
5. Setelah kontak
memegang/menyentuh
hewan
7 Langkah Mencuci Tangan
Peran Cuci Tangan

• Menghilangkan secara mekanik kotoran,


bakteri, dan parasit yang melekat di tangan
• Anak sering terinfeksi melalui tangan yang
tercemar tanah yang mengandung telur
cacing karena:
- anak sering memasukkan jari ke mulut
- makan tanpa mencuci tangan
PMK No. 15 Tahun 2014
Penanggulangan Cacingan
• Kegiatan Penanggulangan :
1. Promosi kesehatan (pendekatan PHBS);
2. Surveilans Cacingan (penemuan kasus
kecacingan, survey factor risiko/menggunakan
kuesioner, survey prefalensi kecacingan) ;
3. Pengendalian faktor risiko (upaya kebersihan
perorangan maupun kebersihan lingkungan);
4. Penanganan Penderita; dan
5. POPM Cacingan
Penanganan POPM
Penderita CACINGAN

PENANGGULANGAN
CACINGAN

Promosi Surveilans Pengendalian


Kesehatan Cacingan Faktor Resiko
Mekanisme Pemberian Vitamin A
Terintegrasi Pemberian Obat Cacing
Pemberian Obat Cacing
di PAUD dan Sekolah Dasar
Pemberian Makanan
Tambahan anak balita, anak
usia pra sekolah dan anak usia
sekolah

Bulan
POPM
UKS CACINGAN Vitamin A

Program Kesehatan
Lainnya
Alur Pelayanan
di PAUD dan Sekolah Dasar
• Meja Pendaftaran
• Guru/Petugas mendata siswa yang akan diberikan obat cacing
Meja 1

• Meja Pemberian Obat Cacing


• Guru/Petugas memberikan obat cacing sesuai dosis
Meja 2
• Meja Pencatatan
• Guru/Petugas mencatat semua pelayanan yang diberikan di buku
Meja 3 register
Pemberian Obat Cacing di
Posyandu
Alur Pelayanan di Posyandu
• Balita dan orang tua
mendatangi meja 1
untuk melakukan
pendaftaran
• Sasaran yang datang
ke Pos Pelayanan
dicatat dalam buku
register oleh kader
• Balita di timbang berat
badannya dan diukur
panjang badannya
(tinggi badan)
• Balita diukur suhu
tubuhnya
• Hasil penimbangan
dan pengukuran
dicatat di buku KIA
Kader menyampaikan
informasi kepada orang tua
mengenai :
 manfaat pemberian kapsul
vitamin A, obat cacing dan
imunisasi campak bagi
kesehatan balita
 jadwal pemberian kapsul
vitamin A dan obat cacing
Meja 5 (Pemberian kapsul vitamin A)
• Petugas harus mencuci tangan
sebelum memberikan pelayanan
• Potong ujung kapsul dengan
menggunakan gunting yang bersih
• Pencet kapsul dan pastikan balita
menelan semua isi kapsul dan tidak
membuang sedikitpun isi kapsul
• Untuk anak yang sudah bisa
menelan isi kapsul dapat diberikan
langsung satu kapsul untuk
diminum
Meja 6 (Pemberian Obat Cacing)
• Petugas harus mencuci
tangan sebelum
memberikan pelayanan
• Anak balita umur 12-23
bulan diberikan ½ tablet
Albendazole digerus dan
dilarutkan dalam air
• Anak balita umur 24 – 59
bulan diberikan 1 tablet
kunyah Albendazole
Meja 7 (Pencatatan)

 Petugas mencatat semua pelayanan yang diberikan


REGISTER PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN CACINGAN PADA BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH DI POSYANDU,

DAN ANAK SEKOLAH DI SD MI MENURUT DESA/KELURAHAN

Kode Puskesmas Bulan Tahun

Puskesmas

Jumlah Sasaran Diperiksa Cacing Jumlah Sasaran Mendapat Albendazole I Jumlah Sasaran Mendapat Albendazole II
Nama
Nama Desa
No Posyandu / 1-4 thn 5-6 thn SD/MI Jml (+) 1-4 thn 5-6 thn SD/MI Cak (%) 1-4 thn 5-6 thn SD/MI Cak (%)
/Kelurahan
Sekolah B B B B
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
ALUR PELAPORAN
PUSAT

Kegiatan pemantauan dan PROVINSI


evaluasi pemberian obat
cacing dilakukan di Posyandu, KABUPATEN/KOTA
PAUD, SD/MI, Puskesmas,
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Hasilnya PUSKESMAS
dilaporkan secara berjenjang.

POSYANDU PAUD SD/MI


REKAPITULASI HASIL POPM KECACINGAN PADA ANAK BALITA, PRA SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH
PUSKESMAS: ……………………………………………
KABUPATEN: ……………………………………………
TAHUN:
Jumlah
Obat Jumlah Obat
yang yang
Obat diterima digunakan Sisa
Albendazole 400 mg 0

Posyandu SD/MI Sasaran Jumlah Sasaran yang Mendapat Obat Cacing Cakupan
Posyandu Jumlah Total SD/MI Yang Jumlah Total Jumlah Total Pemberian
No Nama Desa Jumlah 1 - 4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 12 tahun 1 - 4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 12 tahun
Yang Dapat Dapat Obat Sasaran yang Obat Cacing
Total SD/MI Sasaran Total L P Total L P Total L P Dapat Obat Total L P Total L P Total L P
Obat Cacing Cacing (%)*
1
2
3
4
5
dst
Jumlah
* Cakupan pemberian obat cacing = Jumlah total sasaran yang dapat obat / Jumlah total sasaran

Tanggai, ...............................................
Mengetahui Melaporkan
Kepala Puskesmas Tanda tangan penanggung jawab kegiatan

………………………………… ………………………………………………………………
REKAPITULASI HASIL POPM KECACINGAN PADA ANAK BALITA, PRA SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH
KABUPATEN/KOTA: ……………………………………………
PROVINSI: ……………………………………………
TAHUN:
Jumlah
Obat Jumlah Obat
yang yang
Obat diterima digunakan Sisa
Albendazole 400 mg 0

Posyandu SD/MI Sasaran Jumlah Sasaran yang Mendapat Obat Cacing Cakupan
Posyandu Jumlah Total Pemberian
No Nama Puskesmas Jumlah Jumlah Total SD/MI Yang Jumlah Total 1 - 4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 12 tahun Sasaran yang 1 - 4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 12 tahun
Yang Dapat Dapat Obat Obat Cacing
Total SD/MI Sasaran Total L P Total L P Total L P Dapat Obat Total L P Total L P Total L P
Obat Cacing Cacing (%)
1
2
3
4
5
dst
Jumlah
* Cakupan pemberian obat cacing = Jumlah total sasaran yang dapat obat / Jumlah total sasaran

Tanggai, ...............................................
Mengetahui Melaporkan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanda tangan penanggung jawab kegiatan

………………………………. ……………………………………………………………….
Penundaan Pemberian Obat Cacing

• Demam atau sakit


• Penderita epilepsi yang sedang dalam serangan
akut
• Kondisi gizi buruk dengan gejala klinis
• Gangguan fungsi ginjal dan hati
Reaksi Pemberian Obat Cacing
Hampir bebas dari efek samping, kalaupun ada
biasanya sangat ringan, seperti :
• Rasa tidak nyaman di lambung
• Mual dan/atau muntah
• Diare
• Nyeri kepala atau pusing
• Keluar cacing
Farmasi,
Alkes,
BMHP

Sumber
DUKUNGAN
Daya PENANGGULANGAN Dana
Manusia CACINGAN
Potensi Tantangan Program
Kecacingan
• Penyakit cacingan sangat berkaitan sekali dengan perilaku
masyarakat dalam PHBS  reinfeksi
• Kejenuhan dalam minum obat pencegahan setiap tahun serta
masih ada “ketakutan” masyarakat terhadap efek samping dari
obat cacing
• Keterlambatan pemenuhan logistik (obat dan bahan KIE) di
Kabupaten/Kota menjadikan mundurnya pelaksanaan kegiatan
dan berpotensi kecilnya capaian program
• Kurangnya ketersediaan tenaga medis di daerah terpencil dan
sulitnya geografi disebagian wilayah Indonesia
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Mendekati tujuan eliminasi / reduksi dari WHO
 diperlukan data yg berkualitas untuk
memantau kemajuan program
• Pencatatan dan pelaporan pada kegiatan
Penentuan Prevalensi melalui Survei Cacingan
pada Anak sekolah.
• Pencatatan dan Pelaporan hasil kegiatan
pemberian obat cacing yang meliputi:
1. Pengobatan Selektif
2. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Cacingan
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pusat Provinsi
1. Memantau pelaksanaan 1. Memantau hasil POPM
program penanggulangan Cacingan berdasarkan laporan
Cacingan berdasarkan kabupaten/kota
kesesuaian dengan SOP di 2. Mengevaluasi kualitas
tingkat provinsi dan pelaksanaan program melalui
kabupaten/kota survei cakupan Pemberian
2. Mengevaluasi kualitas Obat PencegahanMassal
pelaksanaan program melalui (POPM) Cacingan
survei cakupan POPM Cacingan 3. Menindaklanjuti reaksi
3. Merekapitulasi laporan hasil pengobatan
pelaksanaan POPM Cacingan
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Kab/kota Puskesmas
1. Memantau hasil POPM 1. Memantau pelaksanaan
Cacingan berdasarkan POPM Cacingan dan
laporan puskesmas. kejadian reaksi
2. Menghitung persediaan, pengobatan.
pemakaian dan sisa obat 2. Menghitung persediaan,
serta logistik lainnya. pemakaian dan sisa obat
3. Menindaklanjuti rujukan serta logistik lainnya.
puskesmas.
Mari Bersama Wujudkan
Generasi Kalimantan Tengah - Indonesia Bebas Cacingan

TERIMA KASIH
KRITERIA

1. Daerah prioritas stunting


2. Tidak sedang dalam POPM Filariasis atau
kecacingan
3. Akses STBM buruk
METODE
Pilih 10 Desa Intervensi Stunting

Pilih lagi :
Posyandu (untuk baduta), PAUD, TK, SD/MI
(kelas 3 – 5), ibu hamil (sanitasi/STBM jelek)
total sampel 210
LOGISTIK
• Pot tinja kecil
• Spatula es krim
• Lidi
• Label
• Spidol waterproof
• Object glass
• Kaca penutup
• Formalin
• Lugol
• Box kecil (300 sampel)
• Box besar untuk seluruh sampel
• Plastik hitam

Anda mungkin juga menyukai