Anda di halaman 1dari 58

Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 51 Tahun 2016


tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi

Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
2016
GAMBARAN MASALAH GIZI
Kurang Energi Kronik, Anemia pada ibu hamil, Masalah gizi pada Balita
(stunting, wasting, underweight dan obesitas), Masalah gizi anak usia
sekolah (pendek, kurus, gemuk, tidak sarapan), Tingkat konsumsi energi ,
protein, dan mikronutrien yang rendah
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Anemia merupakan masalah “sedang”kesehatan
masyarakat (Riskesdas, 2013)

Anemia pada ibu hamil, tidak ada


perubahan yang signifikan sejak 2001
(SKRT 2001, RISKESDAS 2013)

Cakupan pemberian TTD masih belum mencapai target

Riskesdas 2013
Prev. Risiko
Kurang Energi
Kronis/KEK*)
pada
Ibu hamil
&
tidak hamil
(2013)

Sumber: Riskesdas 2013


4
Gambaran Status Gizi Balita
Target RPJMN 2014 untuk menurunkan stunting Anemia Balita masih tinggi
dan gizi kurang belum tercapai

Sumber : Riset Kesehatan Dasar, 2013

KVA sudah dapat terkontrol, namun


suplementasi masih dibutuhkan Kegemukan pada balita
untuk meningkatkan daya tahan masih cukup tinggi
tubuh anak
MASALAH GIZI PADA ANAK SEKOLAH
Makronutrien Mikronutrien 50
45
40 36.5 37.6 36.3
Gizi Defisiensi 35 32.5

kurang besi 30 25.9


24.5
25 Pendek
20 Kurus
Obesitas Kalsium 15 13.2 12.4 12.3
10.7 11.2
10 7.7 7.7 Gemuk
5.2
5 2.9 2.0 1.5
1.3

Zinc 0
6-12 13-15 16-18 6-12 13-15 16-18
Laki-laki Perempuan
30 % (16,9 – 59 %) anak sekolah
tidak sarapan
23,7 % anak hanya sarapan dengan
karbohidrat dan minum
• Pertumbuhan
Hampir separuh anak (44,6 %)
• Konsentrasi
sarapan berkualitas rendah • Prestasi belajar
(Naskah Akademik Pekan Sarapan Nasional, 2013)
KONSUMSI ZAT GIZI MIKRO
TERUTAMA VITAMIN A, ZAT BESI
DAN ZINC < 40% AKG

(STUDI GIZI MIKRO, 2006)


HASIL SDT: SKMI
 Masyarakat masih bergantung pada  Persentase masyarakat
beras sebagai bahan makanan pokok mengonsumsi sayuran, daging dan
lokal dan terigu sebagai bahan ikan masih rendah
makanan pokok impor  Lebih dari separuh balita (55,7%)
 Lebih dari separuh penduduk (53,5%) dan 45,7 % penduduk memiliki
memiliki asupan protein yang kurang asupan energi yang kurang
dibandingkan AKP yang dianjurkan dibandingkan AKE yang dianjurkan
(<100% AKP) (<100% AKE).
 52,9 % Ibu hamil di perdesaan dan  Sebanyak 4,8 %, 18,3 % dan 26,5 %
51,5% ibu hamil di perkotaaan yang penduduk mengonsumsi gula,
memiliki asupan energi sangat kurang natrium dan lemak melebihi pesan
(<70% AKE) Permenkes no.30 tahun 2013.
 55,7% ibu hamil dan 49,6% ibu hamil  Sekitar 20 % balita mempunyai
di perkotaan dengan kecukupan tingkat kecukupan Energi > 130%
protein sangat kurang (<80% AKP) AKE
KEBIJAKAN SUPLEMENTASI GIZI
PMT (Ibu Hamil, Balita, Anak Sekolah), TTD (Ibu Hamil dan Remaja), Pemberian
Kapsul Vitamin A pada Balita dan Ibu Nipas, Pemberian Taburia pada Baduta
UU 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 141:
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
 Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai
dengan gizi seimbang;
 Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan
kesehatan;
 Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan
 Peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG)
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 75 tahun 2013 Tentang
Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia nomor 41 tahun 2014
Tentang Pedoman Gizi Seimbang
 Perubahan atas pasal 10:
Pencantuman informasi kandungan gula, garam
dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan
olahan dan pangan siap saji, semula ditetapkan
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diundangkan tahun 2013, menjadi 4 (empat) tahun
sejak diundangkan tahun 2015.
PEDOMAN SUPLEMENTASI GIZI
Permenkes Nomor 51/2016
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2016
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1600

Latar Belakang
• Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan yang pada dasarnya
adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan
nasional secara keseluruhan.
• bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, ibu
hamil, dan ibu nifas merupakan kelompok sasaran yang
sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak
negatif yang ditimbulkan apabila menderita kekurangan
gizi.
• Pemberian makanan tambahan dan zat gizi mikro
khususnya bagi kelompok rawan merupakan strategi
suplementasi dalam mengatasi masalah gizi.
Apa saja yang termasuk suplementasi gizi ?
(pasal 1 ayat 2 dan 3)

• Suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan penambahan makanan atau
zat gizi yang diberikan dalam bentuk:
a. balita 6-59 bulan dengan kategori kurus;
a. makanan tambahan; b. anak usia sekolah dasar dengan kategori kurus;
c. ibu hamil kurang energi kronis.

a. Wanita Usia Subur (WUS)


b. tablet tambah darah; b. Ibu hamil

a. Bayi (6-11 bulan)


c. kapsul vitamin A; b. Anak balita (12-59 bulan)
c. Ibu nifas
d. bubuk tabur gizi.
a. Balita 6-24 bulan
Standar Produk Suplementasi Gizi
(Pasal 2 ayat 1 s.d 4)
(1) Setiap produk suplementasi gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (2) yang beredar di Indonesia wajib memenuhi standar.
(2) Standar produk suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan dan
bubuk tabur gizi meliputi:
a. kandungan;
b. bahan tambahan pangan, bagi makanan tambahan;
c. cemaran mikroba dan logam berat;
d. pengolahan; dan
e. pengemasan dan pelabelan.

Makanan
Tambahan dan • Mengacu pada Lampiran I dan II Permenkes 51/2016
Taburia
• Mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar
TTD dan Kapsul Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
Vitamin A • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar
Kapsul Vitamin A Bagi Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas
Kegunaan Standar
(Pasal 3)
• Setiap produsen dalam memproduksi produk
suplementasi gizi harus memenuhi standar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

Standar juga akan menjadi rujukan bagi BPOM


dalam pelaksanaan registrasi, penilaian dan
pengawasan produk
Pembinaan dan Pengawasan
(Pasal 4)
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap
pemenuhan standar produk suplementasi gizi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(2) Kepala badan yang memiliki tugas dan fungsi di bidang pengawasan obat
dan makanan melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar
produk suplementasi gizi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi; dan/atau
b. monitoring dan evaluasi.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pelanggaran terhadap pemenuhan standar produk suplementasi gizi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Peralihan
(Pasal 5)
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. setiap produsen yang memproduksi produk
suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan
dan bubuk tabur gizi harus menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini paling lambat dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan; dan
b. produk suplementasi gizi dalam bentuk makanan
tambahan dan bubuk tabur gizi dari pengadaan
pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan yang lama tetap dapat diedarkan sampai
dengan batas kadaluwarsa produk.
Peraturan yang dicabut
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI);
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
899/Menkes/SK/X/2009 tentang Spesifikasi Teknis
Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak
Usia Sekolah Dasar dan Ibu Hamil; dan
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2013
tentang Standar Bubuk Tabur Gizi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 916),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Lampiran I :
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Balita, Anak Usia
Sekolah Dasar, Dan Ibu Hamil
I. Pendahuluan
II. Standar Makanan Tambahan Untuk Balita 6-59 Bulan
dengan Kategori Kurus
III. Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia Sekolah Dasar
dengan Kategori Kurus
IV. Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis
Lampiran II :
Standar Bubuk Tabur Gizi
I. Pendahuluan
II. Standar Bubuk Tabur Gizi
Standar Makanan Tambahan Untuk Balita 6-59
Bulan dengan Kategori Kurus
A. Kandungan
1. Komposisi : Produk berbentuk biskuit yang
terbuat dari campuran terigu, isolat protein,
susu, lemak nabati yang tidak dihidrogenasi,
sukrosa, diperkaya vitamin dan mineral, dengan
atau tanpa penambahan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Semua bahan yang digunakan harus
bermutu, bersih, aman, dan sesuai untuk
dikonsumsi balita usia 6-59 bulan.
Standar Makanan Tambahan Untuk Balita 6-59
Bulan dengan Kategori Kurus
A. Kandungan
2. Syarat Mutu : Zat gizi yang terkandung dalam 100 gram produk harus
memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut:
Standar Makanan Tambahan Untuk Balita 6-59
Bulan dengan Kategori Kurus
B. Bahan Tambahan Pangan
1. Penggunaan BTP harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. BTP yang diperbolehkan adalah pengemulsi, pengatur
keasaman, antioksidan, pengembang, pengental, anti kempal,
dan gas untuk kemasan. Perisa yang diperbolehkan adalah:
a. Ekstrak buah alami dan estrak vanilla : Cara Produksi Pangan
yang Baik (CPPB); dan
b. Etil vanillin dan vanilin : maksimum 7 mg/100g.
3. Pewarna sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak boleh
dipergunakan.
C. Cemaran
Memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat, dan cemaran lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Standar Makanan Tambahan Untuk Balita 6-59 Bulan
dengan Kategori Kurus
D. Pengolahan
• Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara produksi pangan
olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna memperoleh
produk berkualitas.
E. Pengemasan dan Pelabelan
1. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas,
keamanan, dan kemanfaatan produk.
2. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai berikut:

a) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk balita 6-59 bulan dengan kategori kurus”
b) Petunjuk penyajian bagi bayi usia 6-11 bulan dan anak balita usia 12-59 bulan.
c) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
A. Kandungan
1. Komposisi : Produk berbentuk biskuit yang
terbuat dari terigu, lemak nabati tanpa
hidrogenasi, sukrosa, susu, dan diperkaya dengan
vitamin dan mineral, dengan atau tanpa
penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Semua
bahan yang digunakan harus bermutu, bersih,
aman, dan sesuai untuk dikonsumsi anak usia
sekolah dasar.
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
A. Kandungan
2. Syarat Mutu : Zat gizi
yang terkandung dalam
100 gram produk harus
memenuhi persyaratan
mutu sebagai berikut:
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
B.Bahan Tambahan Pangan
1. Penggunaan BTP harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis
buatan tidak boleh dipergunakan
C. Cemaran
Memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat,
dan cemaran lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Standar Makanan Tambahan Untuk Anak Usia
Sekolah Dasar dengan Kategori Kurus
D. Pengolahan
• Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara produksi pangan
olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna memperoleh
produk berkualitas.
E. Pengemasan dan Pelabelan
1. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas,
keamanan, dan kemanfaatan produk.
2. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai berikut:
a) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk anak usia sekolah dasar
dengan kategori kurus”
b) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
A. Kandungan
1. Komposisi : Produk berbentuk biskuit yang terbuat
dari terigu, lemak nabati tanpa hidrogenasi, gula,
susu, telur, kacang-kacangan, buah kering, diperkaya
dengan 11 vitamin dan 7 mineral, dengan atau tanpa
penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Bahan pewarna
sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak boleh
dipergunakan. Semua bahan yang digunakan harus
bermutu, bersih, aman, dan sesuai untuk dikonsumsi
ibu hamil.
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
A. Kandungan
2. Syarat Mutu : Zat gizi yang
terkandung dalam 100
gram produk harus
memenuhi persyaratan
mutu sebagai berikut:
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
B.Bahan Tambahan Pangan
1. Penggunaan BTP harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis
buatan tidak boleh dipergunakan
C. Cemaran
Memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat,
dan cemaran lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Standar Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis
D. Pengolahan
• Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara produksi pangan
olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna memperoleh
produk berkualitas.
E. Pengemasan dan Pelabelan
1. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitas,
keamanan, dan kemanfaatan produk.
2. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai berikut:
a) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk ibu hamil
kurang energi kronik”
b) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
Standar Bubuk Tabur Gizi
A. Kandungan per Gram Bubuk Tabur Gizi
Standar Bubuk Tabur Gizi
A. Kandungan per Gram Bubuk Tabur Gizi
Standar
Bubuk Tabur
Gizi

A. Kandungan
per Gram
Bubuk Tabur
Gizi
Standar Bubuk Tabur Gizi
B. Cemaran
1. Cemaran Mikroba
Standar Bubuk Tabur Gizi
B. Cemaran
2. Cemaran Logam Berat

C. Pengolahan
Harus sesuai dengan Cara Produksi Yang Baik
(Good Manufacturing Practises)
Standar Bubuk Tabur Gizi
D. Pengemasan dan Pelabelan
1. Bubuk tabur gizi dikemas sedemikian rupa untuk
mempertahankan kualitas, keamanan, dan kemanfaatan
produk.
2. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai
berikut:
a) Peruntukan produk: “bubuk tabur gizi untuk balita 6-24 bulan”
b) Cara penggunaan dan anjuran konsumsi, sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
Kemasan Bubuk Tabur Gizi
PERBEDAAN STANDAR DAN
SPESIFIKASI
• Permenkes Standar Produk Suplementasi tidak
mengunci pada bentuk/desain pengemasan dan
pelabelan sehingga permenkes tidak perlu sering
diubah jika ada perubahan dalam desain produk
• Spesifikasi khusus terkait bentuk/desain pengemasan
dan pelabelan mengacu pada spesifikasi sebagai
bagian dari dokumen pengadaan/lelang
• Standar berlaku umum termasuk untuk komersial,
tidak khusus terkait pengadaan pemerintah
Suplement
asi Gizi Remaja Putri
untuk Wanita Usia Subur
mendukun Ibu Hamil
g Ibu Nipas
perbaikan Ibu Menyusui
gizi pada Bayi
Anak Balita
kelompok
Anak Usia Sekolah
rentan
Terima Kasih
MCAI
• Bubuk tabur gizi harus mempunyai kadaluarsa
24 bulan, dengan adanya perubahan
komposisi apakah masih tetap sama?
• Persyaratan registrasi diperlukan data untuk
uji stabilitas min 6 bulan sebanyak 6 batch,
dll..dr BPOM 6 bulan, dari Kemenkes 2 tahun?
Bu Ira (APPNIA)
• Nama PMKstandar produk suplementasi gizi, di
BPOM disebut suplemen, baiknya penamaan
disamakanperlu ada standardisasi istilah
penamaan
• Perlu dibedakan mana yang disebut makanan dan
suplemen, perlu kesepakatan nasional penamaan
agar tidak mislead
• PMT untuk masalah gizi (kurus, KEK) tergolong
FSMP?
• Perlu ada standar untuk PMT Penyuluhan
• Informasi yang harus ada dalam kemasan terutama
untuk produk khusus
MCAI
• Apakah akan ada terusan Permenkes ini
terutama terkait spek?
• Perlu kejelasan logo halal oleh BPOM,
sertifikat halal dr LPPOM MUI biasanya untuk
produknya bukan bahan bakunya.
Pak Marudut
• Masa kadaluarsa 2 th kaitannya dengan masa
penggunaan dan memperhitungkan distribusi
nasional
• Masa kadaluarsa tidak menjadi patokan masa
penggunaan, sebelum distribusi ke masyarakat
perlu diperhatikan juga kondisi produk
misalnya penggumpalan, dll
• Ketika MUI memberikan logo halal, harusnya
sudah di cek dari bahan bakunya juga
• Syarat pengelolaan dan pergudangan sangat
penting untuk menjaga kualitas produk
Bu Wiwin (BPOM)
• Uji stabilitas persyaratan min 6 bulan untuk
mencantumkan klaim, kadaluarsa berdasarkan real
time 2 tahun, tetap harus submit uji stabilitas sampai
masa kadaluarsa 2 th
• Istilah suplemen makanan sedang direvisi untuk
berubah menjadi suplemen kesehatan
• Masuk ke BPOM dalam bentuk sampel, tidak terlalu
mengatur sampai ukuran font dll pada label
• Pencantuman label halal produk jadi dari MUI,
permintaan halal dari bahan baku akan mengikuti
dari PMK 51
Indofood
• premix vit oleh supplier hanya digaransi 6 bl
dengan kemasan dan kondisi penyimpanan
yang baik, jika pergudangan tidak bisa dijamin
kondisinya maka masa kadaluarsa sebaiknya
dirange antara 1-2 th
Pak Mursalim
• Pengalaman pengadaan yg pernah dilakukan
oleh Kemenkes masa kadaluarsanya 1 th,
• 2 th masa kadaluarsa utk mengakomodasi
masa pengadaan dan distribusi yang lama
sejak diproduksi, produk akan tetap baik
asalkan pengelolaan dan pergudangan
dilakukan dengan baik
• Sebaiknya MCAI menyusun buku pedoman
penyimpanan yang baik dan benar
Dit. SPP BPOM
• Ruang lingkup perlu disebutkan dalam
PMTapakah utk produk komersial atau
pengadaan?
• FSMP perlu dicantumkan dalam
pengedarannya
• Bagaimana jika dikonsumsi oleh balita/AUS yg
tidak kurus?
• Pelabelanperlu supervisi nakes yang bisa
menetapkan kondisi status gizi sehingga
diperlukan PMT
Pak Marudut
• Untuk premix vit yang 6 bl, sebaiknya dicari
produsen premix vit yang bisa memberikan
masa kadaluarsa 6bl lebih, pengalaman riset
sebelumnya ada yg bisa 1 th
• Kadar air yang sudah ditetapkan seharusnya
bisa menjaga kondisi produknya
Pak Doddy
• Permenkes tidak mengikat tender pengadaan,
• Produk suplementasi gizi bisa diadakan oleh
industri secara mandiri
• Setelah permenkes ditetapkan, monev akan
diperkuat
• Pemberian yang tepat dan konseling sangat
menentukan keberhasilan program pemberian
Taburia
• Harapannya pengadaan Taburia oleh MCAI
juga disertai dengan desain penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai