Anda di halaman 1dari 44

Pentingnya Perbaikan Gizi

Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

Direktorat Bina Gizi

Jakarta, 11 November 2021


SISTEMATIKA
PENDAHULUAN

3
Mengapa Perlu Investasi untuk Gizi ?
e r da s
s t asiC
ah In ve
Se bu • Investasi pada gizi dapat membantu
 memutus lingkaran kemiskinan dan
meningkatkan PDB negara 2 hingga
3% per tahun.
• Investasi $1 pada gizi dapat
menghasilkan kembalinya $30 dalam
peningkatan kesehatan, pendidikan
dan produktivitas ekonomi.

• The Copenhagen Consensus 2012: Para ekonom terkenal dunia


mengidentifikasi cara paling cerdas mengalokasikan uang untuk
menghadapi 10 tantangan utama dunia adalah: Investasi
untuk perbaikan status gizi penduduk
Sumber: SUN Movement Secretariate, 2013 4
IPM INDONESIA
124
125 121

120

115
108
Peringkat IPM
110

105

100
2010 ( 169 2011 (187 2012 (187
negara) negara) negara) Sumber : UNDP 2013

5
IPM MENURUT NEGARA
DI ASIA TENGGARA TAHUN 2012

6
Dampak KURANG GIZI pada awal
kehidupan terhadap kualitas SDM

MENINGGAL
www.GlobalNutritionSeries.org
SITUASI MASALAH GIZI

8 8
Masalah Gizi pada Lifecycle
1. Ibu hamil 6. Lansia
• GIZI LEBIH
 ANEMIA 37,1% • ANEMIA
 KEK 20-38 % • PTM
2.Ibu Menyusui  KONSUMSI ENERGI & PROTEIN
77-80% (<100 AKG)
5. Remaja & Usia
KONSUMSI ENERGI DAN produktif
POTEIN
PRAKTEK IMD & ASI
EKSLUSIF • USIA 15-19 KEK 46 %
• USIA 20-24 KEK 31 %
• ANEMIA
3.Bayi & Balita • KURUS 9,4 %
• GIZI LEBIH
 BBLR 10,2 %
 STUNTING 37,2 % 4. Usia sekolah
 GIZI KURANG 19,6 %
 KURUS 12,1 % • STATUS GIZI
- pendek 31-35 % - kurus 8,9 – 10,1 %
 GIZI LEBIH 11,9%
- kegemukan 1,4-2,5 %
 PRAKTEK ASI EKSKLUSIF DAN MPASI • MEROKOK 4,2- 4,8% (10-15 TH)
40% 9
• 38,4% Laki-laki USIA 15-19
• > 90% kurang mkn buah & sayur
KECENDERUNGAN PREVALENSI BALITA KEKURANGAN
GIZI
DI INDONESIA MENURUT PROVINSI

Sumber Data : Riskesdas 2013 10


10
KECENDERUNGAN PREVALENSI BALITA
STUNTING DI INDONESIA MENURUT PROVINSI

Sumber Data : Riskesdas 2013 11


11
Contoh: Anak Pendek
t ahun
m u r2
U a h un
t
dan 4

as 4 SD
d k el
Muri

12
STANDAR TUMBUH KEMBANG
Rerata Panjang Badan anak menurut Umur di 6 negara
KEPMENKES No :1995/MENKES/SK/XII/2010
MGRS

 Kondisi sosial ekonomi, lingkungan


 Cukup bulan, tunggal
 Tidak sakit
 Ibu tidak merokok, alkohol
 Makanan bayi dan anak optimal;
- ASI Eksklusif/predominantly sekurangnya 4 bulan
- Diteruskan menyusui sampai sekurangnya 12 bulan
- Dikenalkan MPASI pada usia 6 bulan

13
Rata-rata Tinggi Badan Anak Umur 5-18 tahun
dibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013

Beda 12,5
cm Beda 9,8
cm

Riskesdas, 2013 14
PENTINGNYA 1000 HPK

15 15
KOMITMEN PEMERINTAH INDONESIA

16
16
Kerangka Pikir Penyusunan Kebijakan Gizi

Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi


penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif 17
Mengapa 1000 HPK?
 Akibat pada periode ini Bersifat Permanen
 Akibatnya berjangka panjang – Transgenerasi
 Sering dilupakan  konsentrasi program gizi
selama ini pada balita
 Investasi pada kelompok ini Cost effective
untuk invesmen SDM
 Program efektif untuk kelompok ini tersedia
 Fakta di Indonesia mengindikasikan masih
diperlukan upaya besar untuk memperbaiki
18
Masa Emas dan Kritis
Pertumbuhan dan Perkembangan
MASA “EMAS ” DAN “KRITISAnak

Kehamilan & Pertumbuhan Janin Pertumbuhan Bayi & Anak

Pertumbuhan otak
Untuk Mencapai Tinggi dan Berat
Membangun Membangun berat
badan optimal
tinggi badan badan potensial
potensial

Butuh gizi Dibutuhkan seluruh zat gizi (makro dan mikro)


secara seimbang, diperoleh dari menyusui
mikro & protein Butuh Kalori eksklusif sampai 6 bulan, diteruskan dengan
ASI dan MP-ASI

Konsepsi 20 mg LAHIR 2 TAHUN


Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat
Gangguan Gizi Pada Masa Janin dan Anak Usia Dini

+ 20 % IUGR krn
PBBH rendah

Dampak Dampak
+ 1/4 Jangka Pendek Jangka Panjang
IUGR krn
faktor gizi
Perkembangan Kemampuan
Ibu
Otak Kognitif &
Pendidikan

Ibu Pendek
Gangguan Gizi Pertumbuhan Stunting/
BB Ibu
pada Masa (IUGR) Pendek
Prahamil
Janin dan Usia
rendah
Dini
Hipertensi
-Diabetes
Metabolic -Obesitas
Programing -PJK
-Stroke

Sumber : Modifikasi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003
DAMPAK KURANG GIZI

Gizi kurang & infeksi Gizi cukup & sehat

“Otak Kosong” bersifat permanen Anak cerdas


Tak terpulihkan dan produktif

MUTU RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN ASET 21
Sumber : Unicef, 2002 21
DAMPAK STUNTING
PADA PERKEMBANGAN OTAK
Normal Stunting

Sel Otak Normal Sel Otak Rusak


Dengan Cabang-Cabang Cabang yang Terbatas/Terputus
Panjang Abnormal, Cabang terlihat Pendek 22
2222
Source: Cordero E et al, 1993
BUKTI EPIDEMIOLOGI TERKAIT 1000 HPK

23 23
Apakah malnutrition pada Balita disebabkan
oleh kemiskinan saja?

FAKTA:

• Undernutrition pd anak Balita, utamanya Stunting,


masih sangat tinggi pada semua kuintil, dan lebih
tinggi pada kelompok miskin

• Overweight pada Balita bertambah, dan pada


kelompok miskin hampir setinggi kelompok kaya

24
Bagaimana dengan “Kecerdasan”?
• Asesmen terkini yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (the
Organisation for Economic Co-operation and Development - Programme
for International Student Assessment), suatu organisasi global bergengsi,
terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun di 65 negara,
termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science
menunjukkan hasil yang tidak menggembirakan bagi kita semua.
Kompetensi pelajar Indonesia dalam ketiga bidang tersebut ternyata
berada jauh di bawah rata-rata negara-negara OECD yang
keanggotaannya diikuti juga oleh beberapa negara Asia Tenggara yaitu
Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Posisi Singapura, Vietnam,
Thailand, dan Malaysia berturut-turut adalah pada urutan ke 2, 17, 50, dan
52.

• Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65


negara tersebut 25
Apakah PTM semata-mata disebabkan
perubahan Gaya Hidup?

• FAKTA:
• Prevalensi PTM tinggi dan cenderung
meningkat, dan tidak begitu berbeda
antara kelompok miskin dan kaya

26
KAITAN GIZI DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

• Kecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit tidak


menular (PTM) di Indonesia tidak terlepas dari peranan asupan
gizi yang tidak seimbang.
– Faktor yang dapat meningkatkan resiko PTM di masa dewasa
antara lain adalah keadaan kekurangan gizi pada usia dini.
• Gagalnya pemenuhan kebutuhan gizi pada masa awal kehidupan
akan mendorong terjadinya rekayasa sel-sel DNA pada anak yang
membuatnya menjadi ‘rakus gizi’. Akibatnya, tubuh anak akan
lebih mudah gemuk tapi pendek.
• Kondisi ini akan membuat anak-anak dengan tubuh pendek lebih
berisiko mengalami berbagai penyakit tidak menular pada saat
dewasa, seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner dan stroke. 27
27
PREVALENSI STUNTING
BERDASARKAN UMUR MENIKAH

Atmarita, Balitbangkes
28 28
Sumber Data : Riskesdas 2010
Association between prevalence of stunting and habits
smoking of head householod by Expenditure,
Riskesdas 2010

smoking
Atmarita, Balitbangkes 29
Source :Riskesdas 2010
Pola Konsumsi Pangan 2011

30
Sumber data: diolah dari BPS 2012
UPAYA PENCEGAHAN DAN INTERVENSI GIZI
PADA 1000 HPK

31 31
Pencegahan Masalah Gizi pada 1000 HPK

o Dicegah sejak sejak janin dalam kandungan


hingga anak berusia dua tahun.
o Kegagalan pertumbuhan janin (Intra Uterine
Growth Retardation/IUGR) sangat terkait
dengan status gizi ibu, sehingga pencegahan
perlu dilakukan sedini mungkin .
10

o Keadaan gizi yang baik sejak pra-kehamilan,


o Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
selama kehamilan
o Masa menyusui juga menentukan pertumbuhan
dan perkembangan seorang anak
32
33
KONSEP DASAR
PENGERTIAN
Adalah susunan makanan
sehari-hari yang megandung
zat-zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip
keaneka-ragaman atau variasi Setiap orang memilih dengan jenis
makanan, aktivitas fisik, dan jumlah yang tepat, sesuai dengan
kebersihan dan berat badan berbagai kebutuhan menurut usia
(bayi, balita, remaja, dewasa dan usia
ideal.
lanjut) dan sesuai dengan keadaan
kesehatan (hamil, menyusui, sakit)
dan aktivitas fisik (anak sekolah,
pekerja, atlit)
34
10 PESAN GIZI SEIMBANG (Keluarga – Masyarakat dan Institusi)
1. Syukuri dan Nikmati Aneka Ragam Makanan, setiap kali Makan
2. Banyak Makan Sayuran dan Cukup Buah-buahan
3. Biasakan Mengonsumsi Lauk Pauk yang Mengandung Protein Tinggi
4. Biasakan Mengonsumsi Aneka Ragam Makanan Pokok
5. Batasi Konsumsi Pangan Manis, Asin dan Berlemak
6. Biasakan Sarapan
7. Minum Air yang cukup dan Aman
8. Biasakan Membaca Label pada Kemasan Pangan
9. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Bersih Mengalir
10.Lakukan Aktivitas Fisik yang Cukup dan Pertahankan Berat Badan Normal`

PESAN GIZI SEIMBANG


PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4
MENGONSUM MEMBIASAKA MELAKUKAN MEMPERTAH
SI PANGAN N PERILAKU AKTIVITAS ANKAN DAN
BERANEKA HIDUP FISIK MEMANTAU
RAGAM BERSIH BERAT
BADAN
NORMAL
Pesan 2,3,4 Pesan 5, 6, 7, 8, 9, Pesan 10 35
JENIS INTERVENSI DALAM PERBAIKAN GIZI

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF


 Upaya-upaya untuk mencegah dan
 Upaya-upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara
mengurangi gangguan secara tidak
langsung.
langsung.
 Kegiatan ini pada umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan.  Berbagai kegiatan pembangunan
 Kegiatannya antara lain berupa
pada umumnya non-kesehatan.
imunisasi, PMT ibu hamil dan balita,  Kegiatannya antara lain penyediaan
monitoring pertumbuhan balita di air bersih, kegiatan
Posyandu. penanggulangan kemiskinan, dan
 Sasaran : khusus kelompok 1.000 kesetaraan gender.
HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan  Sasaran: masyarakat umum, tidak
Anak 0-23 bulan).
khusus untuk 1000 HPK.
 Kontribusi: 30%
 Kontribusi: 70%

36
INTERVENSI GIZI SPESIFIK 1000 HPK

I. Ibu Hamil
 Suplementasi besi folat
 PMT pada ibu hamil Kurang III. Bayi 0-23 Bulan
Energi Kalori (KEK)  Suplementasi zink
 Penanggulangan kecacingan  Zink untuk manajemen
diare
 Suplemen kalsium
 Suplemen vitamin A
 Pemberian kelambu dan
 Pemberian garam iodium
pengobatan bagi ibu hamil yang
 Pencegahan kurang gizi
positif malaria
akut
II. Ibu Menyusui  Pemberian obat cacing
 Promosi menyusui  Fortifikasi besi dan
 Komunikasi perubahan perilaku kegiatan suplementasi
untuk memperbaiki pemberian  Pemberian kelambu
makanan pendamping ASI
37
Intervensi Gizi Spesifik
1. Ibu hamil 6. Lansia
• Konseling gizi
 Suplementasi besi folat • Pelayanan gizi
 PMT ibu hamil KEK Lansia
2.Ibu Menyusui 

Penanggulangan kecacingan
Suplemen kalsium
5. Remaja & Usia
Kepada ibu menyusui
Promosi menyusui / ASI produktif
Eksklusif
Konseling Menyusui
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi
• Suplementasi Fe
3.Bayi & Balita


Pemantauan pertumbuhan
Suplemen vitamin A
4. Usia sekolah
 Pemberian garam iodium
 PMT / MPASI • Penjaringan
 • Bln Imunisasi Anak Sekolah
Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi
(Taburia)) • Upaya Kes Sekolah
 • PMT anak sekolah
Zink untuk manajemen diare
• Promosi MJAS di sekolah
 Pemberian obat cacing
38
38
Kegiatan Perbaikan Gizi
di Lapangan dan di Puskesmas/rumah sakit

Gizi Buruk BALITA Gizi


Buruk
Dirawat
Balita Gizi Kurang
Tidak Naik Rawat Inap/TFC
diberi PMT Rawat Jalan
BB/Kurus Pemulihan
Pemantauan Pertumbuhan
Konseling ASI/MP-ASI/gizi lebih Pabrikan  LOKAL
Pemberian kapsul vit A Pusat  BOK
Pemberian tablet Fe Bumil
Promosi garam beryodium
Skrining aktif
Taburia
PMT Bumil KEK

PROMOTIF PREVENTIF KURATIF


INTERVENSI GIZI SENSITIF
Pengarusutamaan Pembangunan Gizi pada Lintas Sektor

BKP/PERTANIAN PU
Air Bersih &
Ketahanan
Sanitasi
Pangan dan Gizi

PP DAN PA
BPJS Remaja
Perempuan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat

SOSIAL AGAMA
Pendidikan Gizi
Penanggulangan Masyarakat
Kemiskinan BKKBN
DIKBUD
Keluarga
Berencana 40
40
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI

41
PENUTUP

42 42
Penutup
 Masalah Gizi di Indonesia menggambarkan masalah yang
dimulai sejak usia dini kehidupan
 Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan gizi secara
terintegrasi dengan pendekatan CoC
 Perlu dukungan Gerakan 1000 HPK karena:
• Komprehensif dalam kerangka Siklus Kehidupan dengan
Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
• Tidak hanya Program yang Spesifik untuk Gizi, tetapi juga
Program yg Sensitif
• Semua Pemangku Kepentingan diharapkan mempunyai
Platform yg sama
 Perlu implementasi konkrit untuk intervensi sensitive
(Lintas sektor) 43
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai