Anda di halaman 1dari 60

CASE REPORT SESSION

SKIZOAFEKTIF
TIPE CAMPURAN
SUB KELOMPOK B2
DINA MENTAYANI R.K
ANNISA RUSYDA APRILIANY
NECKLANITA ERDA
DEFINISI
Gangguan skizoafektif mempunyai gambaran baik
skizofrenia maupun gangguan afektif. Gangguan
skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan
pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif
yang menonnjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe
manik dan tipe depresif
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi seumur hidup dengan gangguan skizoafektif :0,5
-0,8 % (perkiraan)

• Prevalensi perempuan > laki-laki

• >> Perempuan yang menikah

• Usia awitan untuk perempuan lebih lanjut daripada usia


untuk laki-laki
ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizoafektif masih
belum diketahui secara pasti. Dugaan saat ini bahwa
penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan
etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai
gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan
lingkungan.
ETIOLOGI
4 model konseptual yang telah diajukan:
(1) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia
atau suatu tipe gangguan mood.

(2) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama


dari skizofrenia dan gangguan mood.
ETIOLOGI
(3) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga
yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun
suatu gangguan mood.

(4) Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah


kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap
pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
Perasaan sedih dan hilangnya minat, berlangsung min 2 minggu atau
rasa senang >> yang berlangsung min 1 minggu  muncul bersamaan
dengan pembicaraan kacau, waham, halusinasi, perilaku kacau, atau gejala
negatif.

Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda gangguan mood depresi (misalnya, mood hipotim dan isolasi
sosial) atau tanda-tanda mania (misalnya, mood hipertim, iritabel, banyak
bicara, meningkatnya aktivitas motorik) atau campuran.
KRITERIA DIAGNOSIS
KD SKIZOAFEKTIF (DSM IV-TR)
A. Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama suatu waktu.
Terdapat salah satu episode depresi mayor, episode manik, atau episode
campuran yang terjadi bersama-sama dengan gejala yang memenuhi kriteria A
skizofrenia.
B. Selama periode panyakit yang sama terdapat waham atau halusinasi selama
min 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Terdapat gejala yang memenuhi kriteria suatu episode mood untuk bagian
besar durasi total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologi langsung dari zat (misalnya,
penyalahgunaan zat atau pengobatan) atau kondisi medis umum.
SUBTIPE:
a. Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran
(atau suatu episode manik atau campuran dan episode depresi mayor).
b. Tipe depresi: jika gangguan hanya termasuk episode depresi mayor.
KRITERIA DIAGNOSIS
KRITERIA A SKIZOFRENIA
A. Dua (atau lebih) dari kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan secara
signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang, bila berhasil diobati) :
•Waham
•Halusinasi
•Bicara kacau (misalnya, topiknya sering menyimpang atau inkoheren)
•Perilaku yang kacau atau munculnya perilaku katatonik yang jelas
•Gejala negatif; yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak
adanya kemauan).
PPDGJ-III :
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat jika gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneosly) atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofren maupun
episode manik atau depresi.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
c. Jika seorang pasien skizofrenia menunjukan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4
(depresi pasca skizofrenia).
KLASIFIKASI (PPDGJ-III)
Skizoafektif Tipe manik

Tipe depresif

Tipe campuran

Tipe lainnya

Tipe YTT
1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

• Ketagori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik


yang tunggal maupun untuk yang berulang dengan sebagian besar
episode skizoafektif tipe manik
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas.
2. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif ( F25.1)

• Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif
yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif.
• Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas .
3. Gangguan skizoafektif tipe campuran (F 25.2)

• Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-


sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran.

4. Gangguan skizoafektif tipe lainnya


5. Gangguan skizoafektif tipe YTT
PENATALAKSANAAN
Terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah
perawatan dirumah sakit, medikasi, dan intervensi
psikososial.

Skizoafektif Episode Manik atau Campuran (fase akut )


Kriteria akut, yaitu:
1. Total skor Positive and Negative Symptom Scale- Excited Component
(PANSS-EC) yaitu P4 = gaduh gelisah; P7 = permusuhan; G4 =
ketegangan; G8 = ketidak kooperatifan; G14 = buruknya
pengendalian impuls, minimal satu butir skornya 4 atau lebih.
PENATALAKSANAAN
2. Kategori Nilai the Agitation-Calmness Evaluation Scale (ACES) adalah 1 atau 2
(1= Agitasi berat yaitu meningkatnya aktivitas fisik, banyaknya
pembicaraan, dapat terjadi kekerasan fisik, bila diminta diam, pasien tidak
bisa mengontrol tanda-tanda agitasinya, memerlukan perhatian atau
supervise terus-menerus atau perlu pengikatan; 2 = Agitasi sedang yaitu
peningkatan aktivitas fisik derajat sedang, banyak bicara dan mungkin
mengancam secara verbal, tidak ada kekerasan fisik, dapat mengontrol
tanda-tanda agitasi bila dimana, memerlukan supervisi atau perawatan
standar.
PENATALAKSANAAN
2. Nilai Young Mania Rating Scale (YMRS) adalah 20 dan dua butir skornya 4
yaitu Iritabilitas, Pembicaraan, Isi dan Perilaku agresif.

3. Nilai 4 pada Clinical Global Impression – Severity of Illness (CGI-SI)

Psikofarmaka
Injeksi :
Olanzapin 2 x 5-10 mg/hari dengan diazepam 2 x 10 mg/hari
PENATALAKSANAAN
Oral :

Terapi kombinasi:

Olanzapin 1 x 10 – 30 mg/hari atau risperidone 2 x 1-3 mg/hari atau


Quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau
Aripirazol 1 x 10-30 mg/hari.

Litium karbonat 2 x 400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8 – 1,2
mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200 – 1800 mg/hari,
pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 3 x 250 mg/hari (atau
konsentrasi plasma 50-125 µg/L)

Lorazepam 3 x 1-2 mg/hari bila perlu.


PENATALAKSANAAN
ECT : 3 x per minggu (untuk pasien refrakter)

Psikoterapi : 2 x per minggu

Edukasi keluarga : 1 x perminggu


PENATALAKSANAAN
Skizoafektif Episode Depresi Mayor (fase akut)
Evaluasi risiko bunuh diri, yaitu:
1. Adanya ide, keinginan yang kuat, atau rencana bunuh diri
2. Aksesnya ke sarana-sarana bunuh diri tersebut atau
letalitasnya
3. Adanya halusinasi komando, gejala psikotik lain atau ansietas
yang berat
4. Adanya penyalahgunaan zat atau alcohol
5. Riwayat atau pernah melakukan usaha – usaha bunuh diri
sebelumnya
6. Riwayat bunuh diri dalam keluarga
PENATALAKSANAAN
Kriteria akut yaitu:
1. Total Montgomery Asberg Depression Rating Scale (MADRS)
minimal 20 danskor 4 atau lebih pada butir; perasaan sedih
yang terlihat, ketidakmampuan merasakan (hilangnya minat),
dan pikiran-pikiran bunuh diri.
2. Total skor PANSS minimal adalah 70 dengan minimal satu
butir mempunyai nilai 4 atau lebih yaitu P1, P3, P6, N2, G3, G6,
G7,G13.
Psikofarmaka:

• Injeksi:

Olanzapin 2 x 5-10 mg/hari dengan diazepam 2 x 10 mg/hari


PENATALAKSANAAN
Oral:

Terapi kombinasi:

1. Lithium 2 x 400 mg/hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2


mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200 – 1800
mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau Divalproat dengan dosis awal
3 x 250 mg/hari dan dinaikkan setiap beberapa hari hingga kadar
plasma mencapai 50-100 mg/L atau karbamazepin dengan dosis awal
300-800 mg/hari dan dinaikkan 200mg setiap dua-empat hari hingga
kadar plasma mencapai 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin
800-1600mg/hari atau lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari
PENATALAKSANAAN
2. Antidepressan, SSRI, misal fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari.

3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10-30 mg/hari atau


risperidone 2 x 1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200 mg), hari II
(400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-30
mg/hari.

ECT : 3 x perminggu (pasien refrakter terhadap obatatau


katatonik)

Psikoterapi : 3 x perminggu

Edukasi Keluarga : 1 X perminggu


PENATALAKSANAAN
Skizoafektif (fase lanjutan)
Pasien dikatakan remisi bila:

1. Total skor YMRS 8 disertai satu skor 2 pada butir iritabilitas,


pembicaraan, isi, dan perilaku agresif.

2. Total skor MADRS ≤ 10.

3. Total skor PANNS adalah ≤ 40.

4. Skor masing-masing butir PANNS-EC adalah ≤ 3.

5. Skor ACES adalah 8 yaitu tidak ada aktivitas verbal dan fisik dan
dapat tidur nyenyak.

6. CGI-SI adalah ≤ 2.
PENATALAKSANAAN
Psikofarmaka
Monoterapi:
1. Lithium karbonat 0,6-1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 500
mg/hari.

2. Divalproat dengan dosis 500 mg/hari

3. Olanzapin 1 x 10 mg/hari

4. Quetiapin dengan dosis 450-600 mg/hari

5. Risperidon dengan 1-4 mg/hari

6. Aripiprazol dengan dosis 10-20 mg/hari

7. Klozapin dosis 300-750 mg/hari (bagi pasien yang refrakter)


PENATALAKSANAAN
Terapi Kombinasi

Kombinasi obat-obatan seperti, antidepresan jangka panjang


untuk skizoafektif tipe episode depresi mayor tidak dianjurkan
karena dapat menginduksi terjadinya episode manik.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Psikososial

a. Psikoterapi

Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan


terapi kelompok, karena biasanya mereka sering tidak nyaman
atau kurang mampu bertoleransi dalam terapi kelompok
terutama bila dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya.
Bila akan dilakukan, sebaiknya pada saat pasien dirawat inap,
bukan saat dirawat jalan.
PENATALAKSANAAN
Psikoterapi individual yang dapat diberikan berupa
psikoterapi suportif, client-centered therapy, atau terapi perilaku.
Psikoterapi suportif sebaiknya yang relative konkrit, berfokus
pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
dengan orang-orang terdekatnya. Keterampilan sosial dan
okupasional juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi
kembali dalam kehidupan sehari-harinya.
PENATALAKSANAAN
b. Edukasi Keluarga

Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriorasi


yang mungkin dapat terjadi. Diskusi daapt tentang problem
sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal khusus lainnya,
misalnya tentang pekerjaan pasien.
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nomor rekam medis : 00475346
Nama pasien : Ny. O
Jenis kelamin : Wanita
TTL/umur : Jakarta, 17 Oktober 1978 / 38 Tahun
Alamat tetap luar kota : Jl. Moch. Ramdan Gg. Iwan, Jakarta
Status perkawinan : Janda
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Kristen
Suku : Batak
Pekerjaan : Tidak bekerja
Masuk RS tanggal : 16 November 2016
IDENTITAS PASIEN
Keterangan Didapat Dari
Nama : Ny. S
Hubungan : Ibu
Sifat perkenalan : Akrab
Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya
Lama perkenalan : Seumur hidup

Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny. S
Hubungan : Ibu
Alamat : Jl. Moch. Ramdan Gg. Iwan, Jakarta
HETEROANAMNESA
• Keluhan Utama
Emosi pasien naik turun (mood labil)

• Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang untuk kontrol pulang perawatan dan mengeluh emosinya masih
naik turun sejak 1 minggu yang lalu. Saat teringat suaminya, pasien menjadi
marah dan mengontrol emosinya ketika marah dengan cara menarik nafas
dalam atau memukul bantal dan marahnya akan berkurang. Pasien tiba-tiba
merasa sedih ketika teringat anaknya dan tiba-tiba merasa senang ketika
mengingat tuhan atau mendengar lagu-lagu rohani. (mood labil)
HETEROANAMNESA…
Ibu pasien mengaku bahwa pasien menjadi lebih ramah, banyak bicara dan
sering meminta makanan kepada semua orang yang dikenal maupun tidak
dikenal. Sehari-hari, pasien menjadi banyak makan. (logore, manik,
hipertimia)
Saat ini pasien masih mendengar adanya bisikan-bisikan yang menyuruh “bunuh
suamimu” namun pasien mengalihkannya dengan menutup telinga dan
menyuruh suara itu pergi. Pasien mengaku akan menjadi orang baik dan
mengampuni suaminya. (halusinasi auditorik)
HETEROANAMNESA…
Pasien mengaku dirinya adalah seorang model dan berteman dengan Nafa
Urbach dan Adjie Masaid. Pasien merasa dirinya cantik dan banyak disukai oleh
laki-laki. (waham kebesaran) Pasien merasa ada satu orang laki-laki di
gereja yang suka pada pasien dan selalu memperhatikan pasien.
(erotomania) Pasien merasa ingin menikah lagi dan ingin melakukan
hubungan suami istri. (obsesi seksual) Kegiatan sehari-hari yang dilakukan
oleh pasien sekarang adalah membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah
tangga, memasak, mendengarkan lagu-lagu rohani, dan mengikuti kegiatan di
gereja.
HETEROANAMNESA…
• Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan pasien mulai berubah sering melamun sejak 13 tahun
yang lalu, ketika pasien menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai.(f.
presipitasi) Satu tahun setelah menikah pasien bercerai dengan suaminya.
Sejak saat itu pasien menjadi mudah marah, mengamuk, dan merusak barang-
barang. (irritable, agresivitas motorik)

Pasien pernah kabur dari rumah dan hilang selama beberapa bulan. Pasien
ditemukan oleh petugas keamanan di jalan namun karena pasien tidak
mengingat identitas dan nomor telepon yang bisa dihubungi ia dibawa ke RSJ
Duren Sawit untuk dirawat.
HETEROANAMNESA…
Setelah beberapa lama perawatan, pasien mulai mengingat identitas dan nomor
telepon yang bisa dihubungi, sehingga pihak RS menghubungi keluarganya dan
pasien dijemput pulang. Setelah itu pasien berobat jalan ke RSJ Duren Sawit,
pasien kembali seperti biasa dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari.

Pasien berobat teratur namun 2 tahun yang terakhir pasien berhenti minum
obat karena merasa keluhannya sudah tidak ada lagi. Sehingga keluhan pada
pasien mulai timbul lagi.
HETEROANAMNESA…
Sejak 1 bulan yang lalu, pasien menjadi gelisah, marah-marah, mengamuk, dan
merusak barang-barang di sekitarnya. (irritable, agresivitas motorik)

Pasien sering keluar rumah untuk menemui orang tidak dikenal dan melakukan
hubungan seksual. (obsesi seksual, kompulsi seksual) Pasien juga suka
mendengar bisikan-bisikan “bunuh suamimu” dan sering melihat bayangan-
bayangan yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. (halusinasi auditorik dan
visual)Pasien merasa putus asa dan ingin bunuh diri.

Setelah itu pasien dibawa ke RS Dustira dan dirawat selama 3 minggu. Pasien
baru keluar dari RS Dustira pada 1 minggu yang lalu dan dibawa oleh ibunya
berobat ke Poliklinik Jiwa RS Dustira untuk kontrol.
RIWAYAT KELUARGA
No. Nama Hubungan JK Usia Kesehatan Status
1. Tn. A Ayah L 68 Th Sehat Menikah

2. Ny.S Ibu P 59 th Sehat Menikah

3. Ny. L Kakak P 41 th Sehat Menikah

4. Ny.O Pasien P 38 th Sehat Janda


RIWAYAT KELUARGA
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki sehat
: Perempuan sehat
: Perempuan sakit
RIWAYAT HIDUP PASIEN
Masa prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan dengan kondisi sehat, kehamilan terjadi pada masa
pernikahan (diinginkan)

Masa kanak-kanak
• Dari kecil pasien lebih dekat dengan ibunya

• Pasien adalah seorang yang pendiam

• Sejak kecil hingga lulus SMA pasien masih seorang yang pendiam dan
penurut.
RIWAYAT HIDUP PASIEN
Masa dewasa
Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2004. Pasien tidak melanjutkan
sekolah. Pasien menikah pada usia 25 tahun (2003), melahirkan anaknya pada
usia 26 tahun (2004) dan bercerai pada usia 26 tahun (2004). Pasien hidup
tidak harmonis beserta suaminya dengan memiliki 1 orang anak kandung.
Menurut ibunya pasien termasuk orang yang pendiam, jarang keluar rumah,
sering melakukan kegiatan rumah tangga, kurang bisa berosialisasi dan pemalu.

Masa tua
Pasien belum memasuki masa tua, saat ini pasien berusia 38 tahun.
RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien pernah bekerja sebagai kasir.
RIWAYAT PERNIKAHAN
Pasien berkenalan dengan suaminya pada tahun 2002. Pada tahun
2003 pasien menikah dan bercerai pada tahun 2004. Pasien hidup
tidak harmonis, hidup dan tinggal di rumah kontrakan. Pasien
dikaruniai 1 orang anak dan sudah berusia 12 tahun.
KEPRIBADIAN SEBELUM SAKIT

Pasien memiliki kepribadian tertutup, pendiam, patuh, tekun, rajin


dalam pekerjaan. Pasien jarang menceritakan masalahnya, ia lebih
senang memendam sendiri. Pasien sensitif dan mudah terbebani
masalah/gangguan. Pasien jarang keluar, sering melakukan
kegiatan rumah tangga, kurang bisa berosialisasi, dan pemalu.
KEHIDUPAN FANTASI
Pasien ingin menikah lagi

KEHIDUPAN PSIKOSEKSUAL
Pasien ingin melakukan hubungan seksual yang berlebih baik dengan orang
yang dikenal maupun tidak dikenal.

KEHIDUPAN EMOSIONAL
Pasien adalah orang yang pendiam, tertutup, dan jarang menceritakan
masalahnya pada orang lain. Pasien orang yang sensitif dan mudah merasa
terbebani jika ada masalah atau gangguan.
KONSEP DAN KONSEKUENSI MENGHADAPI
Moral : Pasien berprilaku baik dan menaati norma masyarakat.

Agama : Pasien taat beribadah.

Keuangan : Pasien tidak merasa kurang dalam ekonomi.

Ambisi : Pasien ingin menikah lagi

HUBUNGAN SOSIAL
Keluarga : pasien cenderung tidak dekat dengan keluarganya, kecuali ibu

Teman : Hubungan dengan teman baik

Organisasi : Hubungan dengan masyarakat kurang


KEBIASAAN DAN KESENANGAN
Semenjak sakit terkadang pasien sulit untuk tidur. Nafsu makan menjadi
bertambah. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada masalah. Pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan, alkohol.
STATUS FISIKUS
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah : 100 / 70 mm Hg
Nadi : 80 kali / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36,50C
Berat Badan : 53 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Gizi : Baik
Bentuk Tubuh : Normal
STATUS PSIKIKUS
Panampilan : a.Roman muka : ceria, sedih
b.Dekorum : buruk
c.Kontak : ada
d.Rapport : adekuat
Cara bicara : Logore
Tingkah laku/psikomotor : Normoaktif
Ekspresi emosi : a.Mood : labil
b.Afek : sesuai
Pikiran dan persepsi
Isi pikiran : Waham kebesaran (+), obsesi seksual(+), kompulsi seksual (+),
erotomania (+), putus asa (+), ide bunuh diri (+)
Bentuk : Kurang realistis
STATUS PSIKIKUS…
Jalan : Flight of idea
Persepsi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)
Fungsi kognisi
Kesadaran : Kompos mentis
Orientasi : Baik
Konsentrasi : Tidak terganggu
Memori : Tidak terganggu
Kalkulasi : Tidak terganggu
Inteligensia : Tidak terganggu, sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan
Penilaian abstrak : Baik

Tilikan/Wawasan penyakit (insight of illness) : Baik


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan Psikologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan Elektroensefalografi
Tidak dilakukan pemeriksaan
PSIKODINAMIKA
Premorbid
Pasien lahir dari keluarga yang utuh dengan status ekonomi menengah ke
bawah. Pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pasien senang menyendiri, sensitif,
tertutup, dan jarang menceritakan masalahnya pada orang lain. Pasien sering
memikirkan masalahnya terus-menerus baik yang sedang terjadi maupun yang
telah terjadi, menyendiri, dan memendamnya. Pasien menggunakan mental
mekanisme represi dan regresi.
PSIKODINAMIKA
Durante morbid
Pada saat pasien diterpa masalah, tekanan, atau tuntutan lebih yang
menyebabkan pasien harus keluar dari zona nyaman, pasien tidak bisa
mengatasinya. Mental mekanisme yang digunakan tidak efektif sehingga pasien
tidak dapat mempertahankan ego kemudian timbul gejala mengamuk, marah-
marah, merusak barang-barang, halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham
kebesaran, putus asa, dan ide bunuh diri.

Status present
Pada saat pemeriksaan, pasien mengeluh emosinya masih naik turun.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I: Gangguan klinis-psikiatrik : F25.2 Gangguan Skizoafektif
Tipe campuran

Diagnosis banding : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Kondisi lain yang menjadi fokus klinis : Tidak ada

• Aksis II : Gangguan kepribadian : Tidak ada diagnosis

Retardasi mental : Tidak ada diagnosis


DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis III : Kondisi medis umum : Tidak ada diagnosis

• Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan : Masalah


keluarga, yaitu menikah dengan laki-laki yang tidak dicintai.

• Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF scale) :


90 – 81 (Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa).
PENATALAKSANAAN
1. Somato terapi :
• Medikasi psikotropika :
Haloperidol injeksi 1x50 mg i.m/bulan
Haloperidol 2x2,5mg
Carbamazepin 2x200mg
• Terapi medikamentosa lain :-
• Terapi somatik lain (ECT) :-
PENATALAKSANAAN
2. Psikoterapi :
Terapi suportif individu dan keluarga dengan konseling
3. Sosioterapi
• Pasien disarankan untuk memperbanyak aktivitas di
rumahpenatalaksanaan
• Pasien disarankan untuk mengikuti kegiatan keagamaan di gereja
(seperti menyanyi di gereja)
• Pasien disarankan untuk memasang alat kontrasepsi ke
puskesmas atau bidan
• Keluarga pasien disarankan untuk selalu mendampingi pasien
ketika pasien akan keluar rumah
4.Terapi lain : -
PROGNOSIS:
• Quo ad vitam : Ad bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai