Anda di halaman 1dari 66

KEBIJAKAN AUDIT MUTU INTERNAL

PADA PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK,


RADIOTERAPI DAN KEDOKTERAN NUKLIR

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

Disampaikan pada Workshop Pelayanan Radiologi, Hotel Syilvia, Kupang, 27 Agustus 2018
1
SISTEMATIKA PENYAJIAN

Dukungan Regulasi

Roadmap Pemenuhan Fasyankes Rujukan

Kebijakan Pelayanan Radiologi di Fasyankes

Permasalahan dan Tantangan

Rencana Tindak Lanjut

2
REGULASI 1)
1. UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
2. UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit
4. UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah
5. UU No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
6. PP No. 33/2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keselamatan Sumber Radioaktif
7. PP No. 29/2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir
8. PP No. 47/2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
9. Permenkes No. 780/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi
10. Permenkes No. 1248/2009 tentang penyelenggaraan pelayanan siklotron di Rumah Sakit
11. Permenkes No. 1249/2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Nuklir dengan
menggunakan Alat PET-CT di RS
12. Permenkes No. 001/2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
3
REGULASI 2)
13. Permenkes No. 24/2014 tentang RS Klas D Pratama
14. Permenkes No. 56/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
15. Permenkes No. 64/2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
16. Permenkes No. 34/2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
17. Kepmenkes No. 1427/2006 tentang Standar Pelayanan Radioterapi di RS
18. Kepmenkes No. 1014/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
19. Kepmenkes No. 008/2009 tentang Standar Pelayanan Kedokteran Nuklir Di Sarana Pelayanan
Kesehatan
20. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan
Nasional
21. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/391/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan
Regional
22. Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.03/I/0363/2015 tentang Penetapan Rumah Sakit
4
Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional
STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT MUTU DAN


DIREKTORAT DIREKTORAT
PELAYANAN FASILITAS PELAYANAN AKREDITASI
PELAYANAN PELAYANAN
KESEHATAN KESEHATAN PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER KESEHATAN RUJUKAN
TRADISIONAL KESEHATAN

PERMENKES NOMOR 64 TAHUN 2015


ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN
5
SKEMA PROSES KERJA DITJEN YANKES

Program
Pemetaan/ Penyelenggaraan Peningkatan
Registrasi Pelayanan Mutu dan
Fasyankes Pemenuhan Kesehatan Akreditasi di
Kebutuhan Mempersiapkan Fasyankes
Sarpras Fasyankes Siap
Fasyankes Diakreditasi

Kepatuhan Fasyankes Terhadap Standar Input & Proses

Dukungan
Dukungan
Manajemen
AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Manajemen

6
INDIKATOR KINERJA DITJEN YANKES

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI


JUMLAH KECAMATAN YANG MEMILIKI MINIMAL 1
MINIMAL 1 RSUD YANG TERSERTIFIKASI
PUSKESMAS YANG TERSERTIFIKASI AKREDITASI
AKREDITASI NASIONAL

*Jumlah Kumulatif 5600*) *Jumlah Kumulatif


4900*) 482*)
434*)
2800*) 287*)
700*) 2018 2019 190*) 2018 2019
2017 2017
2016 2016
350*) 95*)
2015 2015
UPAYA PENINGKATAN MUTU YANKES
RUJUKAN
STATUS AKREDITASI RUMAH SAKIT
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL 1
RSUD YANG TERSERTIFIKASI AKREDITASI NASIONAL

690, 43% 674, 42% PERDANA

DASAR
*Jumlah Kumulatif 481*)
384*) 1.616 MADYA
287*)
UTAMA
190*)
39, 2% PARIPURNA
127, 8%
94*)
86, 5%
56,5 % RS telah terakreditasi nasional
dari total 2.859 RS
24 RS terakreditasi internasional
Sumber: Website KARS 23 Juli 2018
TANTANGAN PEMENUHAN FASILITAS RUMAH SAKIT

WILAYAH BARAT WILAYAH TENGAH WILAYAH TIMUR

Sub-
Sub-
Std, Sub-
Std, Standar,
33.1 Std,
Stand… Standar, 34.9 52.3
47.7
65.1

N: 478 N: 255 N: 65

Pemenuhan SPA > 60% Pemenuhan SPA < 60%


ARAH KEBIJAKAN PENGUATAN
PELAYANAN KESEHATAN

PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

PROGRAM PENINGKATAN
Terwujudnya
AKSES PROGRAM PENINGKATAN Akses Pelayanan
• SARANA MUTU
• AKREDITASI RS
Kesehatan Dasar dan
PRASARANA
• KOMPETENSI SDM • AKREDITASI PKM Rujukan
• ALAT KESEHATAN yang berkualitas Bagi
Masyarakat

KOMPETENSI FASKES AKSES


PELAYANAN
KESEHATAN
SUMBER ALAT
KESE-
DAN
PRASARA- DAYA AKREDI- SISTEM
SARANA
NA KESE-
HATAN
HATAN &
FARMASI
TASI RUJUKAN MUTU

UHC 2019
TANTANGAN DAN PELUANG RS

PENGUATAN
AKSES DAN MUTU PELAYANAN RS

PENINGKATAN PENINGKATAN DUKUNGAN DINKES


KAB/KOTA/PROVINSI,
AKSES MUTU LS/LP

a) PENINGKATAN a) PROGRAM AKREDITASI


a) DUKUNGAN
SARANA PRASARANA b) REMUNERASI BERBASIS REGULASI
PENILAIAN KINERJA
& ALAT (SPA) c) PENGELOLAAN b) DUKUNGAN
b) PEMENUHAN PENDANAAN
PENDAPATAN BLU/BLUD
TENAGA d) PENINGKATAN c) SINERGI
c) PEMANFAATAN KEMAMPUAN NAKES KEBIJAKAN
TEKNOLOGI
INFORMASI
d) INOVASI PELAYANAN
KONDISI YANG DIHARAPKAN

KOMPETENSI AKSES DAN MUTU


UHC FASKES
PELAYANAN
KESEHATAN

Sarana Prasarana Alat Kesehatan Sistem Mutu melalui


Farmasi Pelayanan dan akreditasi
sistem rujukan

Sumber Daya
Kesehatan
DISTRIBUSI
DIPERLUKAN
KOMPETENSI KOMPETENSI KOMPETENSI
INTERPROFESIONAL
PENGUATAN
PROFESIONAL MANAJERIAL
FASKES
KEPEMIMPINAN KEMAMPUAN KEMAMPUAN
KLINIS TEKNIS PROMOSI DAN
TEKNIS
MEDIS PREVENSI
ROADMAP PEMENUHAN
FASYANKES RUJUKAN

13
STRATEGI PENINGKATAN AKSES DAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN

PENGUATAN 2 PENINGKATAN 3 PEMANFAATAN 4


PENGUATAN
1
FASKES SUMBER DAYA TEKNOLOGI SISTEM
• Pemenuhan sarana, KESEHATAN INFORMASI RUJUKAN
prasana, alat kesehatan, • Meningkatkan Optimalisasi penggunaan • Sistem rujukan berbasis
dan kebutuhan obat Kompetensi klinis dan Teknologi Informasi untuk kompetensi
(farmasi)  kompetensi Kompetensi memperluas dan • Regionalisasi system
• Tata kelola dan manajerial mempermudah akses baik rujukan
kepemimpinan • WKDS masyarakat maupun • Regulasi perwilayah
• Mutu  Akreditasi • Insentif  internal RS  layanan • Pengembangan rujukan
remunerasi berbasis IT berbasis IT
KESENJANGAN KEMAMPUAN LAYANAN
Kesenjangan kemampuan pelayanan wilayah barat dan wilayah timur

297
1101
163
576
334 67 78
61 150 10

Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D RS belum


Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D RS belum
dan D ditetapkan
dan D ditetapkan
Pratama kelas
Pratama kelas

Sumber: RS Online, Juli 2018

15
TANTANGAN PEMENUHAN FASILITAS LAYANAN KESEHATAN

Distribusi Yang Belum Merata


Layanan
Tertentu
Tempat (Radioterapi/
 Kompeten
Cancer,
Tidur si Faskes
Jantung,
Hemodialis,
Mutudll)
Layanan

Pemenuhan Layanan Level 3


ICU, ICCU, PICU, NICU
Mutu Layanan 16
TATA KELOLA KLINIK DAN MANAJEMEN

Good PASIEN
Patient
R Care
Quality & Safety
U
Tata Kelola
Asuhan Pasien
yang Baik
Sistem Pelayanan
M
Good Klinis
A Clinical Asuhan Pasien / Patient Care
H Governance
Tata Kelola Klinis
yang Baik

Sistem
S Manajemen
Good
A Hospital
K Governance

I
Tata Kelola RS
yang Baik

T
17
MODEL SISTEM RUJUKAN

DIPERLUKAN TATA
Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh dokter sub
KELOLA YANG BAIK spesialis di Faskes Tingkat lanjutan (RS Tipe A dan B
Tersier Pendidikan, RS Khusus)

Rujukan berjenjang
Koordinasi timbal balik
Dukungan IT, Regulasi PNPK, CP DAN PPK INA CBGs

Sekunder Pelayanan Kesehatan Spesialistik oleh dokter spesialis di


Faskes Tingkat lanjutan (RS Tipe B Non Pendidikan, C
dan D, serta Balai)

AUDIT
RUJUKAN
KAPITASI

Primer Pelayanan Kesehatan Dasar oleh Faskes


Tingkat pertama (Puskesmas, RS Kelas
D Pratama)

FOKUS PELAYANAN PRIMER


promotif dan preventif
RS RUJUKAN YANG TELAH SESUAI STANDAR
7 RS Rujukan Nasional sesuai standar
RS Rujukan Sesuai Standar : 2 RS Rujukan Provinsi sesuai standar
Kelas RS, Pendidikan dan Akreditasi
19 RS Rujukan Regional sesuai standar

140

120

100

• Pemenuhan standar sarpras melalui alokasi DAK penugasan


80

60

• Pemenuhan SDM K melalui WKDS, Tubel PPDS 40

• Peningkatan mutu melalui DAK nonfisik akreditasi RS 20

0
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
Target 20 30 40 60 72
Capaian 12 21 29
KEKURANGAN DOKTER SPESIALIS
DI RS RUJUKAN (BERDASARKAN PMK NO 56/ 2014)

RS Zaenal Abidin (-4)


RS Selasih (-1), RS RS Agoesdjam (-1), RS
Bengkalis (-3), RS Parikesit (-1), RS Kandage (-2), RS
Singkawang (-1), RS Sanggau RS Abd. Moeis (-2) Kotamobagu (-2)
RS Bireun (-1), RS Langsa (-1), (-2 )
RS Tokengon (-1), RS Yulidin (-4), RS Hanafie (-2) RS Hasan Basri (-2), RS RS Anutolaka
RS Cut Nyak Dien (-5) RS Imanudin (-3), RS Muara RS KM. Dunda (-6), RS
Kotabaru (-1), RS Ratu Zalecha (-2), RS Toli-
Teweh (-2), RS Murjani (-2 ) Tani & Nelayan (-1)
RS Embung Fat (-2), RS Ansari Saleh (-1) toli (-1)
RS M Yunus (-2) (-1)
RS Tarakan (-1) RS Undata (-
RS Kep Riau (-1 2) RS Merauke (-1),
RS Wamena (-4)

RS Chasan
Boasoire (-2)
RS Marsudi (-1)

RS Soekarno (-5)
v

RS Koja (3), RS Cengkareng (-3), RS


Budi Asih (-4), RS Pasar Rebo (-1)
RS Soedarso (-1)
RS Gng Sitoli (-1),
RS Benyamin (-5), RS
RS Padang
RS Kota Makasar (-2), RS Bone Bau-Bau (-3)
Sidempuan (-1),
RS Djasamen RS Mukomuko (-2), RS Sulthan (-4), RS labuan
Saragih (-2), (-4), RS Curup Baji (-1) RS Manokwari (-1)
(1), RS RS Kab.
Hasanudin (-3) Tangerang
(--4) RS Kota RS Haulusy
Yky (-1) RS Tobelo (-1), RS Tidore
(-2) (-5), RS Sasuitubun (-2)
RS Achmad Mochtar (-2), RS Margono (-1), RS
RS Manggala(-2),
RS Solok (-7), Soewondo (-2), RS Tidar RS Prof.
RS Ahmad Yani (-4) RS Abdul Kadir (-2)
RS Pariaman (-5), (-1), RS Kraton (-6) Johanes
(-2) RS Masohi (-3)
RS Ibnu Sutowo (-2), RS Jayapura (-1)
RS Al-Ihsan (-3), RS Cibabat
RS Rabain (-4) RS Tabanan (-1),
(-2), RS Cibinong (-2)
RS Gianyar(-1)
RS Maumere (-2),
RS Rujukan Nasional Ben Ruteng (-2),
RS Ibnu Sina (-2), RS RS Waingapu (-3)
RS Rujukan Provinsi Saiful anwar (-4), RS
Soedono (-1), RS Haji
21
RS Rujukan Regional Surabaya (-2)
ROADMAP dan CAPAIAN RS PRATAMA 2015 - 2019

Tahun 2018 dibangun 10 RS Pratama


melalui anggaran DAK AFIRMASI 2018
2019
2018
64
2017 54 RS RS
2016 44 RS *Kumulatif

2015 34 RS 51 RS

ROADMAP 24 RS 27 RS

CAPAIAN 22 RS
PEMBANGUNAN FASKES DI DTPK
70

60 64
51 54
44
50
34
24 27
40 22
Target
30

20 Realisasi

10

0
2015 2016 2017 2018 2019
RS Pratama Wilayah Barat Wilayah Timur Jml

2015 3 19 22
2016 1 11 12
2017 4 19 23
2018 2 8 10
2019 - - 4
PEMANFAATAN IT : TELEMEDICINE

RS Zaenoel Abidin

RSUD Djasamen Saragih

RSUD Tarakan 2017


RSU Embung Fatimah
RSU Chasan Boesoirie
RSUP Djamil RSUD Abdul Aziz 2018
RSUD Kab.Sorong
RSU Undata

RSU Raden Mattaher


RSPON RSUD KS Tubun, Ambon
RSMH RS UNHAS
RSJPD HARKIT

RSU Arifin Achmad RSWS RSUD Dok II


RSCM

RSUD Johannes
RSUD Syamsudin

Keterangan:
2012 2014 2016 2017 2018
2012 2014 2016 2017 2018
Tahun 2018 rencana lokus di 12 Fasyankes
(RS dan Puskesmas) di Provinsi Papua dan 7
Provinsi lainnya
RS PENGAMPU RS/PKM DIAMPU
PEMANFAATAN IT: SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI (SISRUTE)
PEMANFAATAN IT: WEB SISTEM INFORMASI RS
RUJUKAN DAN WEBINAR
Contoh:
Klik pada
layanan bedah
tulang
belakang/spine

Menu Layanan
Rujukan Nasional

www.manajemenrumahsakit.net//monevrs
Sebaran PSC di Indonesia

Saat ini telah terbentuk 176 PSC, yang Sebanyak 57 PSC telah terintegrasi
tersebar di seluruh Indonesia dengan NCC 119
KEBIJAKAN PELAYANAN
RADIOLOGI DI FASYANKES

28
IPTEKDOK DAN PELAYANAN KESEHATAN

Transisi epidemiologi
Penyakit menular  Tidak menular

Pemanfaatan Iptek Kedokteran dan Kesehatan, salah


satunya Intervensi Radiologi

Pelayanan kesehatan :
Diagnosis dini dan terapi tepat

Morbiditas dan mortalitas menurun

29
CABANG ILMU PELAYANAN RADIOLOGI

PERIZINAN DAN
PENGAWASAN

2) Sarana dan prasarana

3) Peralatan
1) SDM
KEBIJAKAN PROGRAM

1. Pengawasan mutu, keamanan dan keselamatan di Fasyankes, a.l. perizinan.


2. Peningkatan kerjasama strategis lintas sektor (BATAN, Bapeten, profesi)
dalam rangka penyusunan kebijakan dan pengembangan pelayanan
radiologi.
3. Peningkatan akses pelayanan radiologi diagnostik bagi fasyankes yang
belum memiliki dokter spesialis (di DTPK) melalui teleradiologi.
4. Peningkatan Mutu:
a. Akreditasi RS
b. Quadrill, Quattro, Quannum, (Pemantauan Mutu Eksternal & Internal)
5. Pembentukan jejaring RS yang memiliki sentra pelayanan radioterapi,
kedokteran nuklir.
6. Pemetaan level kompetensi pelayanan radioterapi, kedokteran nuklir yang
sudah ada saat ini di Indonesia.
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 3 :
Pelayanan radiologi diagnostik hanya dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah maupun swasta yang meliputi :
a. Rumah Sakit;
b. Puskesmas (hanya untuk yang menggunakan USG);
c. Puskesmas dengan perawatan;
Radiologi Diagnostik

d. BP4/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM);
e. Praktik perorangan dokter atau praktik perorangan dokter spesialis/praktik berkelompok
dokter atau praktik berkelompok dokter spesialis;
f. Praktik perorangan dokter gigi atau praktik perorangan dokter gigi spesialis,
praktik berkelompok dokter gigi atau praktik berkelompok dokter gigi spesialis;
g. Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan;
h. Sarana Kesehatan Pemeriksa Calon Tenaga Kerja Indonesia (Clinic Medical check up);
i. Laboratorium kesehatan swasta;
j. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
32
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 4 :
(1) Setiap penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik harus memperoleh izin dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Izin penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
setelah memenuhi persyaratan bangunan, peralatan, sumber daya manusia, dan
kemampuan pelayanan radiologi diagnostik sesuai klasifikasinya.
Radiologi Diagnostik

(3) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melampirkan :
a. Struktur organisasi instalasi/unit radiologi diagnostik;
b. Data ketenagaan di instalasi/unit radiologi diagnostik;
c. Data denah, ukuran, konstruksi dan proteksi ruangan;
d. Data peralatan dan spesifikasi teknis radiologi diagnostik;
e. Berita acara uji fungsi alat;
f. Surat izin importir alat dari BAPETEN (untuk alat yang menggunakan radiasi
pengion/sinar-X).
(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Menteri 33
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 5 :
Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diberikan setelah dilakukan penilaian oleh
Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melibatkan
organisasi profesi kesehatan terkait

Pasal 6 :
Radiologi Diagnostik

(1) Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik dan radiologi intervensional,


fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki izin penggunaan alat dari BAPETEN sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan imejing diagnostik
selain USG harus memiliki izin penggunaan alat dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Pasal 7  izin berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 8 :
Fasilitas pelayanan radiologi diagnostik yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, dalam penyelenggaraan pelayanan harus mengacu pada standar pelayanan
radiologi diagnostik yang ditetapkan oleh Menteri 34
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 9 :
Pelayanan radiologi diagnostik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.

Pasal 10  diselenggarakan di RS pemerintah atau swasta


Pasal 11 :
(1) Setiap penyelenggaraan pelayanan radioterapi harus memperoleh izin dari Menteri.
(2) Izin penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan setelah
memenuhi persyaratan bangunan, peralatan, sumber daya manusia, dan kemampuan
pelayanan radioterapi sesuai klasifikasinya.
Radioterapi

(3) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan
kepada Menteri dengan melampirkan :
a Struktur organisasi instalasi/unit radioterapi;
b Data ketenagaan di instalasi/unit radioterapi;
c Data denah, ukuran, konstruksi dan proteksi ruangan;
d Data peralatan dan spesifikasi teknis radioterapi;
e Berita acara uji fungsi alat
f Surat izin importir alat dari BAPETEN (utk alat yg menggunakan radiasi pengion/sinar-X);
35
g rekomendasi dari Dinas Kesehatan Propinsi dengan melibatkan organisasi profesi.
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 12 :
Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) diberikan setelah dilakukan penilaian
oleh Tim yang dibentuk oleh Menteri dengan melibatkan organisasi profesi terkait.

Pasal 13 :
Radioterapi

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan radioterapi, fasilitas pelayanan kesehatan harus


memiliki izin penggunaan alat dari BAPETEN sesuai peraturan perundangundangan yang
berlaku.

Pasal 14 :
Izin penyelenggaraan pelayanan radioterapi berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 dan Pasal 12 36
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 15
(1) Pelayanan radioterapi hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
(2) Pelayanan radioterapi harus memperhatikan penempatan peralatan radioterapi untuk
menjamin sistem rujukan di suatu wilayah propinsi tertentu.
Radioterapi

(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
bersama organisasi profesi terkait dalam melakukan pemetaan sumber daya manusia dan
peralatan yang ada.

Pasal 16
Fasilitas pelayanan radioterapi yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11, dalam penyelenggaraan pelayanan harus mengacu pada standar pelayanan radioterapi
yang ditetapkan oleh Menteri

37
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
Pasal 17 :
Pelayanan kedokteran nuklir hanya dapat diselenggarakan di Rumah Sakit atau di fasilitas
pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 18 :
Kedokteran Nuklir

(1) Setiap penyelenggaraan pelayanan kedokteran nuklir yang menggunakan alat CT (Computed
Tomography), harus memperoleh izin dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
(2) Izin penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
memenuhi persyaratan bangunan, peralatan, bahan radiofarmaka/radionuklida, sumber daya
manusia, dan kemampuan pelayanan kedokteran nuklir sesuai klasifikasinya.
(3) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dengan melampirkan :
a. Struktur organisasi instalasi/unit kedokteran nuklir
b. Data ketenagaan di instalasi/unit kedokteran nuklir
c. Data denah, ukuran, konstruksi dan proteksi gedung
d. Data kelengkapan peralatan (peralatan monitoring radiasi, peralatan cacah sumber, alat
pelindung)
e. Data zat radioaktif : nama dan senyawanya, aktivitas, bentuk dan sifat, jumlah prakiraan
pemakaian per tahun 38
f. Surat izin importir alat dari BAPETEN (utk alat yg menggunakan radiasi pengion/sinar-X)
PERMENKES 780/2008 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RADIOLOGI
(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh Menteri.
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah dilakukan penilaian
oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kedokteran Nuklir

Pasal 19 :
Penyelenggaraan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan alat PET-CT
(Positron Emission Tomography – Computed Tomography) dan/atau Siklotron, diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersendiri.
Pasal 20
 Penyelenggaraan pelayanan kedokteran nuklir yang menggunakan alat
penunjang CT dan/atau PET-CT dan/atau Siklotron, harus memiliki izin
penggunaan alat dari BAPETEN.
Pasal 21
 Izin penyelenggaraan pelayanan kedokteran nuklir berlaku 5 (lima) tahun, dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
39
Lanjut …

Pasal 25
• Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Pasal 26
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Menteri, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mengambil tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
teguran lisan, tertulis, penghentian sementara kegiatan pelayanan, atau
pencabutan izin.
40
Kepmenkes No. 1014/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

Lingkup Pelayanan Radiologi Diagnostik


PELAYANAN RADIOLOGI PERALATAN SUMBER MANFAAT
DIAGNOSTIK ENERGI

PELAYANAN 1. X-RAY KONVENSIONAL RADIASI PENGION DIAGNOSTIK


RADIODIAGNOSTIK 2. COMPUTED TOMOGRAPHY
SCAN/CT SCAN
3. MAMMOGRAFI

PELAYANAN IMEJING 1. MAGNETIC RESONANCE RADIASI NON PENGION DIAGNOSTIK


DIAGNOSTIK IMAGING/MRI,
2. USG

PELAYANAN RADIOLOGI RADIOLOGI X-RAY (ANGIOGRAFI, RADIASI PENGION & DIAGNOSTIK & TERAPI
INTERVENSIONAL CT, FLUOROSCOPY) NON PENGION INTERVENSI
Kepmenkes No. 1014/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
Jenis Pemeriksaaan sesuai Kelas RS
 RS KELAS C DAN D
1. Sistem gastro intestinalis dan hepatobiliaris
2. Sistem urogenital
3. Sistem respiratorius
4. Sistem reproduksi
5. Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll)
6. Sistem muskuloskeletal
 RS KELAS A DAN B
1. Sistem gastro intestinalis dan hepatobiliaris
2. Sistem urogenital
3. Sistem respiratorius
4. Sistem reproduksi
5. Organ superfisial (Mammae, thyroid, parotis dll)
6. Sistem muskuloskeletal
7. Sistem limpatik
8. Sistem saraf
9. Sistem kardiovaskuler
Kepmenkes No. 1014/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

Standar Peralatan Radiologi sesuai strata Fasyankes


JENIS FASKES
NO PERALATAN
RS A RS B RS C RS D PKM & FASKES LAIN
1 DSA √
2 MRI √ √
3 CT Multislice √ √ √
4 Fluoroskopi √ √
5 USG √ √ √ √ √
6 X-ray Fixed Unit/Digital √ √ √ √ √
7 Mobile x-ray √ √ √ √
8 Mammography √ √
9 Panoramic/Cephalometri √ √
10 Dental X-ray √ √ √
11 C-Arm √ √
12 Computed Radiography (CR) √ √

Ket : yg diberi warna merah sesuai dgn PMK 56/2014


Lanjutan ..

JENIS FASKES
NO PERALATAN
RS A RS B RS C RS D PKM & FASKES LAIN
13. PACS √ √ √ √
Peralatan & Perlengkapan Proteksi
14. √ √ √ √ √
Radiasi
15. Alat Pelindung Diri √
16. Peralatan QA dan QC √ √ √ √ √
17. Emergency kit √ √ √ √
18. Viewing box √ √ √ √ √
19. Generator set √

Kamar Gelap (Automatic processor,


20. √ √ √ √
ID Camera label)
Kepmenkes No. 1014/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
Standar SDM Radiologi Diagnostik sesuai strata Fasyankes
JENIS FASKES
NO TENAGA
PKM & FASKES
RS A RS B RS C RS D
LAIN
1 Spesialis Radiologi 6* 2 1 1 1
2 Radiografer √ √ √ √ √
Petugas Proteksi Radiasi
3 √ √ √ √ √
(PPR) Medik
4 Fisikawan Medik √ √ √
5 Tenaga Elektromedis √ √ √ √
6 Tenaga Teknik Informasi √
7 Perawat √ √ √
Tenaga Administrasi dan atau
8 √ √ √ √ √
Kamar Gelap

*) Permenkes No 56 Tahun 2014  RS Kelas A minimal 3 Dokter Sp.Rad


Status Perizinan Peralatan X-Ray di RS Regional

Grafik : Persentase Status Perijinan Peralatan X-Ray di RS Regional

35.4%

51.8%
Ijin Masih Berlaku
Ijin Sudah Tidak Berlaku
Tidak Berijin

12.9%
n = 280 alat

Sumber : Monev Jangmed 2014


Kepmenkes No. 1427/2006 tentang Standar Pelayanan
Radioterapi di RS

Lingkup Pelayanan Radioterapi

Kriteria I Kriteria II Kriteria III


Fasilitas Radioterapi

1. Radioterapi Eksternal Harus memenuhi std persyaratan yg Nyaman Pengelolaan


terkait dgn struktur kegunaan (gedung, limbah
air, listrik, ventilasi) dan sesuai
rekomendasi NRCP sbgmana terlampir pd
Kepmenkes tsb diatas. Serta memenuhi
ketentuan Bapeten termasuk dlm hal
sistem kedaruratan
2. Brakhiterapi (laju dosis idem idem idem
rendah; laju dosis tinggi)

3. Radiasi Internal idem idem idem

Ket : NRCP 49 : Structural Shielding Design and Evaluation for Medical Use of X-Rays and
Gamma Rays of Energies up to 10 MeV.
Kepmenkes No. 1427/2006 tentang Standar Pelayanan
Radioterapi di RS

Kebijakan dan prosedur pelayanan Radioterapi

Ada 5 kriteria :
1. Kebijakan dan Prosedur Umum Pelayanan Radioterapi
2. Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radiasi Eksterna
3. Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radiasi Brakhiterapi
4. Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radiasi Interna (radiasi dgn radiofarmaka)
5. Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Radiasi
Permenkes No. 56/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
RS

Standar Peralatan Radioterapi sesuai strata Fasyankes


JENIS FASKES
NO PERALATAN
RS A RS B RS C RS D PKM & FASKES LAIN
1 Cobalt Unit √
2 Brakhitherapy Remote afterloading laju dosis rendah √
3 Brakhitherapy Remote afterloading laju dosis tinggi √
4 Simulator √
5 Treatment Planning Systems (TPS) 2D √
6 TPS 3D √
7 TPS 3D, IMRT, SRT, IGRT √
8 Moulding √
9 Dosimetri dan survey meter √
10 Linear accelerator √
Linac dengan dilengkapi Multileaf Collimator (MLC),
11 √
conformal terapi, 11 . IIMRT, SRT, lGRT

Ket : Standar Pelayanan di Kepmenkes N0. 1427/2006 memiliki stara pelayanan tersendiri
Kepmenkes No. 1427/2006 tentang Standar Pelayanan
Radioterapi di RS
Standar SDM Radioterapi sesuai strata pelayanan
No. TENAGA JUMLAH
Kepala Unit Radioterapi (dr.Spes.Onk.Rad/dr.Spes.Rad
1 1 or
Konsultan Onk.Rad
1 or/250 pasien baru diterapi per
2 Staf dr.Spes.Onk.Rad/dr.Spes.Rad Konsultan Onk.Rad tahun
1 or/setiap pst yan RT s.d 400
3 Fisikawan Medik
pasien per tahun
4 Asisten Fisikawan Medik 1 or/300 pasien per tahun
5 Tenaga Teknisi Radioterapi
- Supervisor 1 or
- Tiap unit Megavolt/Cobalt sampai 50 pasien/hari; - 2 or
- Bila lebih dari 50 pasien/hari - 4 or
- Staf simulator tiap 500 pasien disimulasi/tahun 2 or
- Staf utk brakhiterapi 2 or
Kepmenkes No. 1427/2006 tentang Standar Pelayanan
Radioterapi di RS
Standar SDM Radioterapi sesuai strata pelayanan
No. TENAGA JUMLAH
Tenaga Teknik Elektromedik/Instrumentasi; tiap 1 atau 2
6 1 or
Megavolt dan 1 simulator
7 Tenaga Perawat 1 or/250 pasien per tahun
8 Tenaga Teknisi Mould Room 1 or/600 pasien per tahun
9 PPR Radioterapi Min. 1 or
10 Pekerja Sosial 1 or
11 Tenaga Administrasi :
- Resepsionis Sesuai kebutuhan
- Keuangan Sesuai kebutuhan
- Tata Usaha Sesuai kebutuhan
- Rekam medik Sesuai kebutuhan
SEBARAN PELAYANAN RADIOTERAPI
KEPMENKES 008/2009 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEDOKTERAN NUKLIR DI SARANA
PELAYANAN KESEHATAN

Klasifikasi Pelayanan Kedokteran Nuklir


A. Pelayanan Kedokteran Nuklir Pratama
1) Pelayanan diagnostik in-vivo yang memberikan hasil bukan dalam bentuk
pencitraan.
2) Pelayanan diagnostik yang memberikan hasil bukan dalam bentuk pencitraan dan
memberikan pelayanan terapi radiasi internal dengan aktivitas setara Nal-131
kurang dari 30 mCi.
B. Pelayanan Kedokteran Nuklir Madya
1) Pelayanan diagnostik in-vivo yang memberikan hasil dalam bentuk pencitraan.
2) Pelayanan diagnostik yang memberikan hasil dalam bentuk pencitraan dan
memberikan pelayanan terapi radiasi internal yang memerlukan kamar isolasi.

53
Lanjut…

C. Pelayanan Kedokteran Nuklir Utama


Pelayanan diagnostik in-vitro dan yang memberikan hasil dalam bentuk pencitraan,
serta memberikan pelayanan terapi radiasi internal yang memerlukan kamar isolasi.
Sarana pelayanan kesehatan tersebut harus tetap mengikuti persyaratan yang telah
ditetapkan oleh BAPETEN, yaitu mempunyai 1 (satu) orang tenaga PPR dan
melakukan keselamatan radiasi.

54
lanjutan...
SDM PELAYANAN KEDOKTERAN NUKLIR
Jumlah Minimal Tenaga
Jenis Tenaga
Pratama 1 Pratama 2 Madya1 Madya 2 Utama
Dokter SpKN 1 1 1 1 1
Perawat - 1 1 1 1
Radiografer/Teknologis. - - 1 1 1
Kedokteran Nuklir
Radiofarmasis - - - /12) - /12) 1
Analis Kesehatan 1 1 - - 1
Fisikawan Medik 1/instalasi 1/instalasi 1/instalasi3) 1/instalasi3) 1/instalasi3)
Teknisi Elektromedik4) 1 1 1 1 1
PPRM5) 1 1 1 1 1
Tenaga Administrasi Sesuai kebutuhan
Keterangan :
2) Tenaga Radiofarmasis harus ada bila Bagian/Instalasi Kedokteran Nuklir tersebut mensitesa

radiofarmaka untuk kamera PET


3) Tenaga Fisikawan Medik harus merupakan staf tetap bila Bagian/Instalasi Kedokteran Nuklir

dilengkapi dengan siklotron


4) Teknisi Elektromedik merupakan staf rumah sakit yang diperbantukan di Bagian/ Instalasi

Kedokteran Nuklir.
5) PPR Medik dapat dirangkap oleh tenaga kesehatan lain dan/atau PPR Medik yang

diperbantukan di Bagian/Instalasi Kedokteran Nuklir. 55


1. Cipto Mangunkusumo (SPECT/CT)
1. RS Adam Malik (SPECT) 2. Pertamina (SPECT)
2. RS Marta Frista (SPECT) 3. Gatot Subroto (SPECT/CT)
4. Kanker Dharmais (SPECT/CT, PET/CT)
5. Jantung Harapan Kita (SPECT)
6. Gading Pluit (PET/CT)
7. MR Cancer Center Siloam (SPECT, PET/CT)
8. Abdi Waluyo
RS M. Djamil (SPECT) 9. Fatmawati
10. MMC

RS Wahidin (SPECT)

RS Kariadi (SPECT)

RS Soetomo (SPECT)

1. RS Hasan Sadikin
(SPECT, SPECT/CT RS Sardjito
PET/CT) RS TNI AU (SPECT)
2. RS Borromeuss
RS Syaiful Anwar (SPECT)

56
Distribusi Kedokteran Nuklir di Indonesia
KONDISI AKTIF/TIDAK AKTIF PELAYANAN KEDOKTERAN NUKLIR
NO NAMA RS LOKASI STATUS PELAYANAN
1 RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Aktif
2 RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Aktif
3 RSPAD Gatot Subroto Jakarta Aktif
4 RS Kanker Dharmais Jakarta Aktif
5 RS Pusat Pertamina Jakarta Aktif
6 RS MRCCC Siloam Semanggi Jakarta Aktif
7 RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Non-Aktif
8 RS Martha Friska Medan Non-Aktif
9 RSU dr. M. Djamil Padang Aktif
10 RSUP H. Adam Malik Medan Aktif
11 RSUP Fatmawati Jakarta Non-Aktif
12 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Aktif
13 RS Abdi Waluyo Jakarta Aktif
14 RS Gading Pluit Jakarta Aktif
15 RS MMC Jakarta Non Aktif
16 RS Borromeus Bandung Aktif
17 RS TNI AU Yogyakarta Aktif
18 RSUP dr. Kariadi Semarang Aktif
Sdh diterbitkan
19 RSU dr. Saiful Anwar Malang Nonaktif
izin sentra ke
20 RSUD dr. Soetomo Surabaya Nonaktif
No. 25 : RS A.
21 RS Wahidin Makasar Nonaktif
Wahab
22 RSUD dr. Slamet Garut Aktif (Renograf)
Sjahrani
23 RSK Bedah An Nur Yogyakarta Aktif(Renograf)
Sumber : Data PKNI 2014 24 RSUD Ulin Banjarmasin Aktif(Renograf) 57
JAMINAN & KENDALI MUTU DI FASKES

1. Ada tim jaminan mutu.


2. Tim mengadakan pertemuan berkala, memiliki program yang
jelas, menentukan frekuensi utk mengontrol, memiliki
dokumetasi perawatan alat & melakukan review.
3. Melakukan audit jaminan mutu.
4. Kalibrasi alat ukur radiasi oleh lab yg telah terakreditasi &
ditunjuk oleh BAPETEN.
5. Tiap peralatan mempunyai penanggung jawab.
6. Pelaksanaan jaminan & kendali mutu sesuai dgn pedoman yg
dikeluarkan oleh Kemenkes
KESELAMATAN KERJA

 Keselamatan Radiasi
Memenuhi PP 33 Tahun 2007 ttg Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, dan Perka
BAPETEN ttg Keselamatan Radiasi dlm Penggunaan Pesawat
Sinar-X Radiodiagnostik & Radiologi Intervensional
 Keselamatan Imejing diagnostic (MRI, USG)
SISTEM PENCATATAN & PELAPORAN

1. Pencatatan & pelaporan jumlah kunjungan pasien


2. Pencatatan & pelaporan jumlah dan jenis tindakan
3. Pencatatan & pelaporan kejadian akibat kecelakaan radiasi
4. Pencatatan keadaan / kondisi peralatan, termasuk jadwal
kalibrasi
5. Pencatatan pemakaian bahan & alat
MONITORING & EVALUASI

 Monitoring & evaluasi dilakukan utk memantau pelaksanaan


kegiatan & mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dgn perencanaan & dibandingkan dgn target yg telah
ditetapkan.
 Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan terus
menerus, baik oleh instalasi sendiri, ataupun oleh
Dinkes/Kemkes bersama organisasi profesi
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN
QUALITY ASSURANCE RADIOLOGI
• Quality Assurance
– the maintenance of a desired level of quality in a service or product, especially
by means of attention to every stage of the process of delivery or production
• Latar belakang Pelatihan Quality Assurance
– Istilah quality assurance  kesepakatan istilah
– QA  belum mencerminkan kerjasama multidisiplin atau tim
– Manajemen mutu radiologi (diagnostik dan intervensional, hybrid imaging)
– Pelatihan merupakan peningkatan jenjang karir  manager teknis 
pemantauan mutu internal (PMI) dan eksternal (PME)  tidak dapat dilakukan
oleh staf yang belum mempunyai pengalaman  kriteria peserta

62
Pelatihan Manajemen Mutu Pelayanan
Radiologi
• Struktur program :
– 52 jpl : Teori=21 jpl, Penugasan= 20 jpl, Praktek lapangan=10 jpl
– 5 hari kerja : 3 hari dalam kelas (kuliah, diskusi, pre dan post test), 1 hari
peninjauan ke rumah sakit (simulasi audit), 1 hari penyusunan rencana audit
internal di tempat bekerja.
– Materi pelatihan : Quaadril versi Indonesia
• Sertifikasi PPSDM :
– Penetapan SKS  sesuai dengan standar PPSDM
– Materi pelatihan  oleh Kemenkes, profesi dan PPSDM
• Notifikasi pada manajemen rumah sakit
• Koordinasi dengan komite mutu rumah sakit
PERMASALAHAN, TANTANGAN
DAN RENCANA TINDAK LANJUT

64
Kondisi Sekarang
Rendahnya pembinaan program pelayanan radiologi oleh Dinas Kesehatan
Prov/Kab/Kota
Kegiatan monev Pusat (instrument monev) lebih banyak standar input kurang
memiliki daya ungkit dalam mencapai akreditasi dan/atau re-akreditasi
Cakupan kegiatan monev terbatas anggaran
Belum tersedia data program up date dan berkesinambungan
Belum ada peraturan menteri tentang pedoman jaminan mutu/QA

Kondisi yang diharapkan


Tersedianya Instrument QA sebagai program PMI dan PME, yang bersumber
Quadrill, Quattro, Quannum
Pedoman QA menjadi instrument pelaksanaan kegiatan monev sehingga memiliki
daya ungkit pencapaian akreditasi 65
Tersedia data mutu yang up to date dan dapat direspon segera
Peningkatan peran Dinas Prov/Kab/Kota dalam pembinaan program
Rencana Tindak Lanjut

1. Penyusunan NSPK Pelayanan Radiologi (Revisi Permenkes/Kepmenkes, Pengesahan


Quadrill, Quattro, Quannum)

2. Pemenuhan standar pelayanan radiologi oleh RS/Fasyankes untuk memenuhi


kriteria perizinan, akreditasi RS, baik SPA maupun SDM

3. Pelatihan SDM Melalui Dana Dekonsentrasi Kementerian Kesehatan

4. Penguatan komitmen Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi)


dan RS/Fasyankes penyelenggara pelayanan radiologi.

66
TERIMA KASIH

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


DITJEN PELAYANAN KESEHATAN - KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JL. H. R. RASUNA SAID BLOK X-5 KAV 4-9 JAKARTA 12950
TELP /FAX : (021) 5279516; EMAIL : dityankespenunjang@gmail.com
67

Anda mungkin juga menyukai