Anda di halaman 1dari 53

Pola Pikir Aparatur Sipil Negara

(ASN) sebagai Pelayan


Masyarakat
Drs. Zulkifli Ahmad, MM
Widyaiswara Utama BPSDM Aceh
Disajikan sebagai Materi Diklat Pra Jabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2018
 Jabatan: widiaiswara ahli utama pangkat pembida utama madiam,IV d
 Riwayat pendidikan: 1. APDN Banda Aceh 1981
 2. sospol iskandar muda
 3. banda aceh 85
Biodata
1. Nama: drs. Zulkifli Ahmad, MM.
2. Tempat/tgl lahir: Aceh Besar, 23 September 1957
3. Jabatan: widiaiswara ahli utama
4. Pangkat: pembina utama madia,IV/d
5. Riwayat pendidikan: 1. APDN Banda Aceh 1981
2. S1. Sospol Iskandar Muda B. Aceh 1985
3. S2. Magister Manajemen Unsyiah, 2001
6. Riwayat Jabatan: 1. Kabag Umum Biro Kepegawaian sekda Aceh,
2. kabag kesejahteraan pegawai,
3. Ro kepeg Sekda Aceh,
4. Karo Kepeg Sekda Aceh 2005-2006,
5. Kepala BKD Prov. Aceh 2007-2008,
6. Sekretaris Daerah Kab. Aceh Besar 2008-2012,
7. PJ. Bupati Aceh Besar 2013,
8. Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan 2013-2015,
9. Kepala BKPP Prov. Aceh 2015-2016,
10. Kepala Badan Kepegawaian Aceh (BKA) Jan 2017- Okt 2017
7. Riwayat Diklat Struktural : 1. SEPAL A, Bukit Tinggi 1989
2. SEPAMA, Bandung 1998
3. Diklat PIM Tingkat II, LAN- Jakarta 2005
8. Nama Istri : Mursidah, S,Sos
9. Nama Anak : 1. Ismul Nuzul Azmi, S.Kg
2. Ikhsan Muttaqin, S.STP
3. Maulidya Sahira Ginanti, SE
4. Safira Salsabila SMA
5. Muhammad Harits Shadiq SMP
10. Alamat Rumah : Jln. T. Pawang Daud No. 15, Panteriek kec. Lueng Bata,
Banda Aceh
11. Nomor HP : 08116803116
12. Email : Zulkifli.a.bka@gmail.com
Pola Pikir Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai
Pelayan Masyarakat
 Pengertian Reformasi Birokrasi (RB) adalah suatu program perubahan terhadap
pengelolaan pemerintahan yang direncanakan ke asrah yang lebih baik (Good
Governance).
 Delapan Area Perubahan Reformasi Birokrasi di Indonesia sesuai dengan Grand Design
RB adalah:
1. Pola pikir dan budaya kerja (mindset and culture set);
2. Peraturan perundang-undangan;
3. Organisasi;
4. Tata laksana;
5. Sumber Daya Manusia Aparatur;
6. Pengawasan;
7. Akuntabilitas;
8. Pelayanan publik.
9 (sembilan) Program Percepatan Reformasi
Birokrasi:
1. Penataan struktur birokrasi, dengan rencana aksi:
a. Evaluasi dan penataan orga K/L/Pemda;
b. Evaluasi dan penataan jab struktural Eselon II, III, dan IV;
c. Evaluasi lembaga pemerintah non kementrian (LPMK);
d. Evaluasi lembaga non struktural (LNS);
e. Evaluasi unit pelaksana teknis (UPT) Eslon II.
2. Penataan jumlah dan distribusi PNS, dengan rencana aksi:
a. Analisis dan pemetaan jabatan di K/L/Pemda;
b. Kebijakan minus growth;
c. Kebijkan pembatasan atau pengurangan belanja pegawai;
d. Monitoring dan evalusi redistribusi/ realokasi PNS;
e. Kebijakan pemberian pensiun dini secara sukarela.

3. Sistem seleksi dan promosi PNS scr terbuka, dengan rencana aksi:
a. Kerjasama dengan konsorsium PTN untuk seleksi CPNS;
b. Penggunaan computer assisted test (CAT) utk seleksi CPNS;
c. Kebijakan promosi PNS melalui penguatan assesment center untuk
promosi jabatan dan diklat;
d. Kebijakan pengisian lowongan jabatan secara terbuka.
4. Profesionalisasi PNS dengan rencana aksi:
a. Penetapan standar kompetensi jabatan;
b. Mutasi dan rotasi sesuai kompetensi secara periodik;
c. Peningkatan kemampuan PNS berbasis kompetensi dengan
membangun Sistem Nasional Diklat PNS berbasis kompetensi;
d. Sertifikasi kompetensi profesi;
e. Penegakan etika dan disiplin PNS;
f. Pengukuran kinerja individu;
g. Penguatan jabatan fungsional melalui penambahan jlh jabfung,
penetapan pola karir jabfung, peningkatan kemampuan jabfung dan
peningkatan tunjangan jabfung.
5. Pengembangan sistem elektronisasi pemerintah (E-Goverment)
Membangun sistem informasi yang terkoneksi atau interkoneksi antara
e-office, e-planning, e-procurement, e-performance, e-audit dan lain-
lain.
6. Peningkatan pelayanan publik, dengan rencana aksi:
a. Peningkatan pelayanan perizinan melalui kejelasan biaya dan persyaratan
perizinan, penyedarhanaan/ deregulasi perizinan, penguatan pelayanan
terpadu satu pintu, dan pembatasan waktu pengurusan izin;
b. Penguatan budaya pelayanan prima melalui penetapan dan penerapan
standar pelayanan publik dan maklumat pelayanan, pemeringkatan
pelayanan publik seluruh K/L/Pemda, survei indeks kepuasan masyarakat
(IKM) dan pengelolaan pengaduan masyarakat.
7. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas aparatur, dengan rencana aksi:
a. Pelaporan harta kekayaan PNS;
b. Kebijakan pengelolaan keuangan negara meliputi; pelaksanaan proyek di
awal tahun, larangan pemindahan keuangan ke rekening pribadi, penertiban
pembuatan rekening untuk penampungan sementara, whistle blower system,
penguatan PPATK dan penguatan peranan APIP dalam pengawasan dan
pencegahan korupsi;
c. Pelaporan secara komprehensif dan integratif;
d. Peningkatan akuntabilitas kinerja dan keuangan pemerintah (SAKIP).
8. Peningkatan kesejahteraan PNS, dengan rencana aksi:
a. Perbaikan struktur penggajian;
b. Pemberian tunjangan berbasis kinerja secara bertahap;
c. Remunerasi melalui pelaksanaan RB secara substansial;
d. Remunerasi berdasarkan kinerja individu;
e. Penyempurnaan sistem pensiun;
f. Peningkatan jaminan kesehatan bagi PNS dan pensiunan PNS.

9. Efesiensi penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana kerja PNS, dengan rencana
aksi:
a. Kebijakan efisiensi pengggunaan fasilitas kedinasan;
b. Standarisasi sarana dan prasarana kerja;
c. Pendayagunaan fasilitas pemerintah yang ada;
d. Efisiensi perjalanan dinas.
Karakteristik/ ciri dari good governance
(pem-an yang baik) menurut pandangan
UNDP:
1. Partisipasi luas dr seluruh warga masy;
2. Penegakan prinsip rule of law dlm penyusunan kebijakan;
3. Transparansi dalam penyelenggaraan governance;
4. Pem-an yang responsif atas kebutuhan warga negara;
5. Kesamaan perlakuan terhadap seluruh WN;
6. Efesiensi dan efektifitas pemanfaatan SDA;
7. Akuntabilitas publik;
8. Visi strategis dalam pembangunan.
 Menurut pandangan international moneter fund (IMF) perlu
diterapkan pemerintahan yang melayani dengan paradigma
new public management, yang artinya paradigma Adm
negara yang menekankan pada internalisasi nilai manajerial
sektor privat ke dalam sektor publik.
 Permasalahan utama yang dihadapi dalam penyelenggaran
negara dan pemerintahan di Indonesia:
1. Masih terjadinya praktik-praktik penyalahgunaan
kewenangan dalam bentuk KKN;
2. Belum terwujudnya harapan masy atas pelayanan yang
cepat, murah, manusiawi dan berkualitas;
3. Kelembagaan pemerintahan (pusat dan daerah) belum
efektif dan efisien, khususnya dalam menggunakan SDA;
4. Peningkatan propesionalisme demokrasi /ASN belum
sepenuhnya berjalan.
 Visi pembangunan nasional Indonesia yaitu Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur.
 Visi Reformasi Birokrasi Indonesia adalah: “Terwujudnya
pemerintahan kelas dunia”
 Misi Reformasi Birokrasi adalah:
1. Mewujudkan tata-tata kelola pemerintahan yang baik;
2. Penataan/ penguatan organisasi, tata laksana, SDM,
pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik,
perubahan mind set dan culture set;
3. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif;
4. Mengelola sengketa administratif secara efektif dan
efisien.
Perubahan Lingkungan Internal dan Eketernal
Organisasi menuntut perlu segera dilakukan
Reformasi Birokrasi di Indonesia secara
terencana, bertahap dan berkesinambungan
yang disusun dalam suatu Grand Design
Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025
sebagaimana ditetapkan dalam “Peraturan
Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Penetapan Grand Design Reformasi Birokrasi
Tahun 2010-2025”. Sebagai penjabaran Grand
Design tersebut di atas Menpan RB
menetapkan Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2015 dan 2015-2019.
Sasaran Reformasi Birokrasi Ideal yang Diharapkan
Pemerintah Indonesia pada Tahun 2025, adalah :
1. Tidak ada lagi Korupsi;
2. Tidak ada pelanggaran;
3. APBN dan APBD baik;
4. Semua program selesai dengan baik;
5. Semua perizinan selesai dengan cepat dan
tepat;
6. Komunikasi dengan publik baik;
7. Penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan
produktif;
8. Penerapan reward and punishment secara
konsisten dan berkelanjutan;
9. Hasil pembangunan nyata (Pro Growth, Pro
Job, Pro Proferity)
Sasaran yang ingin dicapai dari Reformasi
Birokrasi, adalah :
1. Terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat;
3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi;
Pokok-pokok strategi Reformasi Birokrasi, adalah :
1. Berorientasi pada hasil 6. Konsisten;
(Outcomes Oriented); 7. Sinergis;
2. Terukur; 8. Inovatif;
3. Efesien; 9. Kepatuhan;
4. Efektif 10.Dimonitor
5. Realistis;
Area Perubahan dan Kondisi yang diharapakan
NO. Area Perubahan Kondisi yang Diharapkan

1. Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (Right Sized Structure)

2. Tatalaksana Sistem, proses, prosedur kerja yang jelas, efektif dan efesien, terukur sesuai
dengan prinsip Good Governance
3. Peraturan Perundang- Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif
Undangan

4. SDM Aparatur SDM Aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, profesional,
berkinerja tinggi dan sejahtera
5. Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN
6. Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
7. Pelayanan Publik Pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat

8. Pola Pikir (Mind Set) dan Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
Budaya Kerja (Culture
Set) Aparatur
 Salah satu persoalan utama dalam reformasi birokrasi di
Indonesia adalah pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture
set) aparatur pemerintahan pada level Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
 Budaya pelayanan publik selama ini belum berorientasi pada
kebutuhan pelanggan (service delivery culture) dan tidak fokus
pada keinginan konsumen/masyarakat
 Pola pikir birokrat lebih terkesan sebagai penguasa dan bukan
sebagai pelayan publik. Harapan dan keinginan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan publik secara prima belum
dapat terwujud
 Dalam konteks ini Pelayanan Publik merupakan muara dari
seluruh kegiatan dalam program RB, karena selama ini persoalan
utama adalah ketidakmampuan sistem pelayanan publik dalam
merespon dinamika yang terjadi dalam masyarakat secara
tepat dan efesien
Target yang ingin dicapai dari Program
perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja, adalah :
1. Meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai
K/L/Pemda dalam melakukan reformasi birokrasi
2. Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja
K/L/Pemda
3. Menurunnya resiko kegagalan reformasi birokrasi akibat
resistensi terhadap perubahan
4. Mendorong terwujudnya perubahan pola pikir, budaya
kerja, dan ethos kerja PNS secara efektif di lingkungan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah
Target yang ingin dicapai dalam program
RB di bidang Pelayanan Publik, adalah :
1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik sesuai dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat (transparan, cepat,
tepat, sederhana, aman, terjangkau dan memiliki kepastian)
2. Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh
standar pelayanan internasional
3. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam
pelayanan publik
4. Munculnya kreatifitas dan inovasi dalam pelayanan publik
pada organisasi di lingkungan K/L/Pemda
5. Meningkatnya respon terhadap pengelolaan pengaduan
masyarakat
Tujuan Penetapan Kinerja
Organisasi, adalah :
1. Peningkatan efesiensi dan efektivitas organisasi;
2. Sebagai langkah untuk intensifikasi
pencegahan korupsi;
3. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik;
4. Percepatan untuk mewujudkan manajemen
pemerintahan yang efektif, transparan dan
akuntabel.
Manajemen Kinerja
Menurut LAN, manajemen kinerja adalah
Pendayagunaan sumber daya dan informasi untuk
mencapai tujuan organisasi melalui perkembangan
(progress) yang terukur dan proses untuk
membangun tentang apa yang akan dicapai oleh
organisasi dan bagaimana cara mencapainya.
Ruang lingkup manajemen kinerja mencakup
perencanaan kinerja, pencapaian atau pemenuhan
kinerja, pengukuran kinerja dan perbaikan kinerja
(evaluasi kinerja).
Indikator penilaian kinerja meliputi, input, proses,
output, outcome, benefit/manfaat, dan impact
Prinsip-prinsip penerapan manajemen kinerja,
adalah :
1. Komitmen Pegawai;
2. Sinergitas Program;
3. Komunikasi yang efektif;
4. Koordinasi;
5. Budaya Kerja (Culture Set);
6. Memeberikan reward and punishment secara adil;
7. Konsiten;
8. Taat terhadap kode etik, sikap dan prilaku;
9. Berkelanjutan (kontinyunitas).
 Prinsip-prinsip evaluasi kinerja, adalah :
1. Berdasarkan standar yang diketahui bersama;
2. Terbuka;
3. Objektif dan profesional;
4. Transparan;
5. Adil;
6. Akuntabel;
7. Tepat waktu (disiplin)
8. Berkesinambungan;
9. Berbasis indikator kinerja;
10. Orientasi solusi;
11. Partisipatif;
12. Evaluasi berjenjang;
13. Prinsip kehati-hatian;
14. Kejelasan;
15. Kesederhanaan.
Pola Pikir Aparatur Sipil Negara sebagai Pelayan
Masyarakat
 Dasar Hukum Pelayanan Publik
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
2. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik
3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan
Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah kepada
Masyarakat
4. Kep Menpan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
5. Peraturan Menpan dan RB Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik
6. Surat Edaran Depdagri Nomor 100/757/OTDA/2002 tentang
Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimum
 A. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Prinsip dan praktek pelayanan prima;
2. Teknik mengubah pola pikir untuk membangun persepsi diri;
3. Konteks kualisasi nilai-nilai ASN dalam percepatan pemberantasan
korupsi;
4. Lembar komitmen nilai;
 B. Konsep Pelayanan
Ada 2 istilah yang perlu diketahui, yaitu “melayani dan pelayan”.
Melayani adalah mebantu menyiapkan atau mengurus apa yang
diperlukan oleh seseorang, sedangkan pelayanan adalah usaha
melayani kebutuhan orang lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1995).
Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh
organisasi atau perorangan kepada konsumen yang dilayani yang
bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. (Lukman Sampara,
1999, Manajemen Kualitas Pelayanan)
Karakteristik Pelayanan, adalah :
a. Pelayanan bersifat dapat diraba (bukan barang).
b. Pelayanan itu terdiri dari tindakan nyata dan merupakan
pengaruh yang sifatnya berupa tindakan sosial.
c. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan
secara nyata, krena pada umumnya kejadiannya bersamaan
dan terjadi di tempat yang sama.
Menurut Pendapat David Down dan Utal, 1998, bahwa pelayanan
merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan
pelanggan.
Keputusan Menpan Nomor 63/KEP.MENPAN/7/2003 tentang
Pelayanan Publik menyebutkan bahwa Pelayanan Publik adalah
segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan
 C. Standar Pelayanan
Standar Pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan
sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik.
Menurut pendapat Goewetch dan Davis, Mutu adalah kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan atau melebihi
harapan pihak yang menginginkannya.
Penyelenggara pelayanaan publik (Pemerintah Pusat/Daerah)
wajib menyusun standar pelayanan sebagai pedoman atau
acuan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, baik
yang berhubungan dengan pelayanan barang/jasa, maupun
pelayanan perizinan dan non-perizinan.
Standar minimum pelayanan yang harus dibakukan sekurang-
kurangnya yang berhubungan dengan persyaratan, waktu,
biaya, prosedur dan mekanisme proses pelayanan serta fasilitas
pendukung lainnya.
Standar Pelayanan (LAN, 2003) adalah Suatu Tolok Ukur yang
dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan kepada
pelanggan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Pelayanan Berkualitas adalah pelayanan yang cepat, menyenangkan,
tidak mengandung kesalahan, serta mengikuti proses dan prosedur
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Manfaat dengan adanya standar pelayanan, manfaat yang dapat
diperoleh dengan adanya standar pelayanan, antara lain :
 Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka
mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
 Antara pelanggan dengan penyedia pelayanan publik untuk
mengukur kinerja pelayanan pada masyarakat dan evaluasi kinerja
pelayanan.
 Melakukan perbaikan kinerja pelayanan publik.
 Meningkatkan mutu pelayanan,
Kriteria-kriteria Pelayanan Publik yang berkualitas, antara
lain :
1. Kesederhanaan;
2. Reliabilitas;
3. Tanggung jawab petugas pelayanan;
4. Kecakapan petugas pelayanan;
5. Pendekatan kepada pelanggan;
6. Kemudahan kontak pelanggan dengan petugas;
7. Keramahtamahan;
8. Keterbukaan;
9. Komunikasi antara petugas dan pelanggan;
10.Kredibilitas/kejujuran;
11.Kejelasan dan kepastian;
12.Keamanan;
13.Mengerti apa yang diharapkan pelanggan;
14.Kenyataan;
15.Efesien;
16.Ekonomis;
 D. Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah exelent service yang
secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan
yang terbaik.
Ukuran atau standar pelayanan dikatakan baik atau prima, bilamana
pihak masyarakat (costumer) bisa merasakan kepuasannya sesuai
dengan harapan (ekspektasi), bahkan diatas harapannya (exelent,
satisfaction, care).
Agar pelayanan prima dapat diwujudkan dalam memberikan pelayanan
publik pihak [enyelenggara pelayanan publik wajib menyusun Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai
dengan Tupoksi organisasi.
Untuk mengetahui bahwa suatu pelayanan publik dinilai sudah baik dan
memuaskan sesuai dengan harapan masyarakat harus dilakukan survey
kepuasan konsumen guna mengukur Indeks Kepuasan Konsumen (IKK)
terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah
serta perusahaan negara sesuai dengan SPM yang telah ditetapkan.
 Mutu Pelayanan Prima
Kualitas pelayanan prima dapat dipenuhi bilamana dapat
dipenuhi prinsip dibawah ini :
a. Mendahulukan kepentingan pelanggan;
b. Pelayanan dengan sepenuh hati;
c. Budaya pelayanan prima;
d. Sikap pelayanan prima
e. Sentuhan pribadi pelayanan prima;
f. Pelayanan prima sesuai dengan pribadi prima (tampil ramah,
tampil sopan dan penuh hormat, tampil yakin, tampil rapi,
tampil ceria, senang memafkan, senang bergaul, senang
belajar dari orang lain, senang pada kewajaran, dan senang
menyenangkan orang lain)
 Tujuan dan Manfaat Pelayanan Prima
 Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan
yang dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat
serta memberikan fokus pelayanan kepada masyarakat.
 Pelayanan prima pada sektor publik didasarkan pada
aksioma pelayanan dan pemberdayaan yang tidak
mencari untung tetapi memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat secara sangat baik.
 Pelayanan prima merupakan suatu upaya peningkatan
kualitas pelayanan pemerintah kpada masyarakat
sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk
pengembangan penyusunan standar pelayanan.
 E. Jenis Pelayanan
Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Gon Ross,1990),
yaitu :
a. Core Service, yaitu pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan
yang merupakan produk utamanya. Misalnya perusahaan
penerbangan menawarkan penerbangan dalam negeri dan luar
negeri.
b. Facilitating Service, yaitu fasilitas pelayanan tambahan kepada
pelanggan. Misalnya pelayanan front office pada hotel atau
pelayanan check in pada transportasi udara. Facilitating service ini
merupakan pelayanan tambahan tetapi sifatnya wajib.
c. Supporting Service, yaitu pelayanan tambahan untuk meningkatkan
nilai pelayanan atau untuk membedakan dengan pelayanan2 dari
pihak pesaingnya yang bersifat tidak wajib. Misalnya restoran pada
hotel menyediakan welcome drink sebagai pelayanan tambahan
untuk meningkatkan daya saing.
Pola Pikir ASN
 A. Penegertian Pola Pikir
Berpikir adalah proses mental. Berpikir adalah suatu kegiatan mental
yang melibatkan kinerja otak. Pola pikir adalah pola yang menetapkan
dalam pikiran bawah sadar seseorang. Keyakinan merupakan bagian
dari pola pikir (mind setting).
Mail sandi dalam bukunya “the piece of mind” mengatakan bahwa
pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh informasi
tersimpan. Pengalaman yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah
yang membentuk pola pikir seseorang.
Pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sosial, adat-istiadat, dan
lingkungan pergaulan dapat membentuk pola pikir seseorang. Pola pikir
yang sudah mengakar dalam diri seseorang secara dominan dan
sudah masuk keotaknya akan berpengaruh kepada prilaku sehari-
harinya.
Pola pikir positif akan lebih banyak melahirkan prilaku positif dalam
tindakan perbuatan baik dan bermanfaat, sementara pola pikir negatif
akan melahirkan tindakan atau perbuatan negatif pula.
Howard Gardner dalam bukunya “five mind for the future” tentang
teori kecerdasan majemuk secara garis besar ada 5 hal yang
menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Mulai dari pikiran yang disipilin dan bertanggung jawab kepada
tugas.
2. Pikiran yang dapat menyerap berbagai informasi dari beragam
sumber.
3. Pikiran yang mencoba membentangkan pertanyaan tak terduga
(berpikir dengan memanfaatkan otak kanan).
4. Pola pikir menyambut perbedaan pandangan dengan suka cita,
bukan dengan sikap saling curiga.
5. Pola pikir etis, yaitu pola pikir yang membujuk mebangun
kemuliaan, kedamaian, keluhuran, dalam kehidupan personal
dan profesional.
Bagaimana mungkin menjadi terbaik jika pola pikir masih berselimut
dengan perasaan dengki, cemburu, sok tau, dan merasa hebat.
 Dalam ajaran agama Islam yang kita anut bersama, ada beberapa
sifat/ nilai positif yang harus tertanam dalam diri seorang muslim,
antara lain :
1. Sifat waraq
2. Sifat dzuhud
3. Sifat ikhlas
4. Sifat amanah/jujur
5. Sifat sabar
6. Sifat adil
7. Sifat rendah hati
8. Sifat husnudzhon (prasangka baik)
9. Sifat memperjuangkan kebenaran (hak)
10.Sifat mudah memaafkan kesalahan orang lain
11.Sifat syukur nikmat
 Sifat/kebiasaan negatif yang harus dihindari atau diminimalisir oleh
seorang muslim, antara lain :
1. Sifat dengki dan hasad
2. Sifat takabur
3. Sifat riya
4. Sifat sombong/tinggi hati
5. Sifat cinta dunia yang berlebihan
6. Sifat marah yang tidak pada tempatnya
7. Sifat suka memfitnah dan mengumpat
8. Sifat su’udzhon (prasangka buruk)
9. Sifat sulit memaafkan
10.Sifat tidak menerima kritikan
11.Sifat mengharpa pujian yang berlebihan
 B. Proses Terbentuknya Pola Pikir
Ada beberapa proses terbentuknya pola pikir, yaitu :
1. Bersumber dari keturunan secara genetika
2. Bersumber dari proses sosial
Pergaulan sangat berpengaruh pada sifat kepribadian dan cara
berpikir kita.
 C. Jenis-jenis Pola Pikir
1. Pola pikir perfeksionis
2. Pola pikir pesimis
3. Pola pikir bergantung pada orang lain
4. Pola pikir saling membutuhkan
5. Pola pikir birokrat/dogmatik
6. Pola pikir taoisme
7. Pola pikir seorang yang mandiri
 D. Konsep Diri ASN
Konsep diri ASN tercermin dalam bentuk acuan, norma, aturan, dan kode
etik yang berlaku dalam menjalankan fungsinya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa.
 E. Nilai-nilai ASN
Yang disebut kode etik dan kode prilaku bagi ASN adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara (BMN) secara
bertanggung jawab efektif dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
10.Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi sendiri/orang lain;
11.Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN;
12.Melaksanakan ketentuan perundang-undangan mengenai displin
pegawai ASN.
 Konsep diri positif dan sikap prilaku pegawai ASN antara lain :
1. Bekerja sebagai ibadah
2. Menghindari sikap tidak terpuji
3. Bekerja secara profesional
4. Meningkatkan kompetensi dirinya secara terus menerus
5. Bertindak sebagai pelayan masyarakat
6. Bekerja berdasarkan peraturan yang berlaku
7. Bersikap terbuka dan realistis sehingga tidak rentan terhadap
perubahan
8. Mampu bekerja dalam tim
 Karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri dan
proporsional, antara lain :
1. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain
2. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain/kelompok
3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain
4. Berani menjadi diri sendiri
5. Punya pengendalian diri yang baik (emosinya stabil)
6. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak menyerah pada
nasib)
7. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendir, orang lain,
dan situasi diluar dirinya
8. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri sehingga ketika
harapan tidak terwujud ia tetap mampu untuk melihat sisi postif dirinya dan
situasi yang terjadi
 Ciri-ciri pola pikir positif pegawai ASN
a. Melihat masalah sebagai tantangan
b. Menikmati hidupnya
c. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
d. Menghilangkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu
terlintas dalam benaknya
e. Mensyukuri yang dimiliki
f. Tidak emndengarkan gosip yang tak menentu
g. Tidak membuat-buat alasan tetapi langsung melakukan
tindakan
h. Menggunakan bahasa yang positif
i. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
j. Peduli pada citra diri
 Ciri-ciri orang baik, antara lain :
1. Orang baik cenderung lebih banyak tersenyum. Semakin banyak
tersenyum hawa postif akan bertebaran disekitarnya;
2. Pikiran-pikiran negatif seperti iri hati, hasad, dan dengki jarang
menghinggapi orang baik;
3. Orang baik akan selalu menanamkan pikiran positif;
4. Orang baik biasanya lebih sering menyapa duluan. Orang baik
tidak keberatan menyapa semua orang bahkan orang yang
berbuat jahat kepadanya sekalipun;
5. Orang baik biasanya tidak membutuhkan pengakuan orang atas
kinerjanya selama ini;
6. Orang baik tidak ingin menunjukkan dirinya bahwa dia baik.
Tetapi orang jahat akan selalu mebangun citra baik untuk
menutupi kekurangan dirinya.
7. Orang baik selalu pintar mengendalikan emosi. Terlihat sangat
sabar, toleran, dan tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri;
8. Orang baik akan bercerita atau membagi hal-hal yang positif
dan bermanfaat bagi orang lain;
9. Orang baik selalu menghafal kata-kata sakti, yaitu ; “MAAF”;
“TOLONG”; dan “TERIMA KASIH”.
10.Orang baik tidak akan keberatan untuk mengakui kelebihan
orang lain;
11.Orang baik tidak segan-segan untuk memeinta maaf dan
memperbaiki kesalahan;
12.Orang baik selalu berpikiran positif, tidak berpikiran negatif,
kendatipun dalam situasi sulit.
Memang baik menjadi orang penting, tetapi jauh lebih penting
menjadi orang baik.
 Persaudaraan adalah anugerah, yaitu persaudaraan yang
dilandaskan perasaan hati yang tulus dan ikhlas, antara lain :
a. Persaudaraan adalah menyayangi bukan menyaingi;
b. Persaudaraan adalah mendidik bukan membidik;
c. Persaudaraan adalah merangkul bukan memukul;
d. Persaudaraan adalah membina bukan menghina;
e. Persaudaraan adalah mencerahkan bukan meremehkan;
f. Persaudaraan adalah mencari solusi bukan mencari sensasi;
g. Persaudaraan adalah membutuhkan bukan meruntuhkan;
h. Persaudaraan adalah menghargai bukan melukai;
i. Persaudaraan adalah mebela bukan mencela
 Pembentukan Pola Pikir ASN yang Anti Tindak Pidana Korupsi, antara lain :
1. Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang harus ditangani dengan cara-cara
yang luar biasa pula untuk pencegahan dan pemberantasannya.
2. Menumbuhkan budaya malu bilamana melakukan tindak pidana korupsi
dikalangan pegawai ASN (PNS/P3K).
3. Kepada koruptor yang mencuri uang atau aset negara/daerah disamping
dikenakan sanksi pidana yan berat, juga dikenakan sanksi dengan cara
memiskan koruptor dimaksud.
4. Membangun kesadaran kepada seluruh ASN bahwa salah satu faktor utama
yang membuat penduduk Indonesia masih miskin disebabkan karena masih
merajarelanya tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan pemerinytahan
dan pembangunan.
5. Korupsi di Indonesia sudah membudaya dan menggurita pada semua bidang
pemerintahan, baik eksekutif, legeslatif maupun yudikatif di pemerintah
pusat/daerah. Berdasarkan data terakhir tahun 2017 jumlah kepala daerah yang
terlibat dalam tindak pidana korupsi tercatat 391 orang (Ditjen Otda
Kemendagri).
6. Indeks persepsi korupsi di Indonesia masih rendah. Artinya tingkat pelanggaran
tindak pidanan korupsi di Indonesia masih sangat tinggi.
7. Putusan hakim pengadilan tipikor kepada para koruptor selama ini belum bisa
memberikan efek jera dan tidak mencerminkan rasa keadilan.
8. Dari sisi kecenderungan terjadinya peningkatan jumlah pejabat publik atau
penyelenggara negara (menteri/gubernur/bupati/walikota/DPR/DPRD
Kab/Kota/pejabat struktural/PNS dan Koorperate/dunia usaha)yang terlibat KKN.
9. Bagi PNS yang melakukan pelanggaran tindak pidana korupsi atau
penyalahgunaan jabatan dapat dikenakan sanksi hukuman disiplin berat, berupa
pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS kendatipun lama hukuman
penjaranya hanya 1 (satu) tahun.
10.Dari sisi agama penyuap dan penerima suap tempatnya di akhirat di neraka,
bilamana tidak sempat bertaubat kembali atas dosa besarnya.
11.Mendorong peran dan fungsi lembaga penegak hukum bekerja lebih optimal,
konsiten, adil, objektif dan profesional, baik KPK, Kejaksaan, Kepolisian dan
Pengadilan Tipikor dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di
Indonesia.
12.Komitmen, konsistensi dan harmonisasi para aparat penegak hukum dalam upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi harus terbukti secara nyata dan
dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan adil dengan indikator
menurunnya jumlah penyelenggara negara yang terlibat dalam tindak pidana
korupsi.
13.Pola pikir pegawai ASN yang bersifat negatif dan harus dihindari, termasuk
adanya niat dalam dirinya untuk melakukan korupsi uang negara/daerah.
14.Tindak pidana korupsi dikalangan pegawai ASN terjadi karena adanya niat
dan kesempatan dari pelakunya.
15.Pola hidup mewah mendorong prilaku koruptif, sementara pola hidup
sederhana dapat mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan korupsi,
kendatipun memilik kesempatan.
16.Ketaatan dan kepatuhan pegawai ASN terhadap norma hukum, etika,
peraturan perundang-undangan dan norma-norma agama akan
menghindari terjadinya tindak pidana korupsi.
17.Salah satu ciri pegawai ASN yang profesional adalah memiliki kedisiplinan,
kejujuran, integritas yang tinggi, dan tidak melakukan tindak pidana
korupsi.
18.Berdasarkan ketentuan PP No. 46 Tahun 2011 tentang “Penilaian Prestasi
Kerja PNS” ditegaskan bahwa seorang PNS yang nilai kinerjanya dibawah
20 persen dalam penilaian Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dapat
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS karena dinilai tidak
cakap.
19.Pembangunan dan pengembangan aplikasi sistem informasi
pemerintahan (e-Goverment) secara terpadu dan terintegrasi akan
meminimalisir peluang atau kesempatan pegawai ASN melakukan
tindak pidana korupsi.
20.Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan memanfaatkan aplikasi
e-Procerement akan meminimalisir peluang untuk melakukan korupsi.
21.Mensosialisasikan dan mencegah pns melakukan tindak pidana korupsi
jauh lebih penting dan utama daripada melakukan penindakan
terhadap pelaku korupsi.
22.Pembentukan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) akan meningkatkan
pelayanan publik dan meminimalisir peluang untuk melakukan korupsi.
23.Bagi CPNS/PNS yang tidak melaksanakan kewajiban secara baik dan
konsisten serta melanggar kewajiban yang telah ditetapkan dalam UU
No. 5 Thn 2014 tentang ASN dapat dikenakan sanksi hukuman disiplin
sesuai dengan PP No. 23 Thn 2010 tentang Peraturan Disiplin PNS.
24. CPNS/PNS wajib taat dan patuh sepenuhnya kepada semua norma
peraturan perundang-undangan, kode etik, dan norma prilaku PNS.
25. CPNS/PNS yang dinamis, kreatif, dan inovatif dalam melaksanakan tugas-
tugas kedinasan akan lebih berkembang karirnya, dibandingkan dengan
CPNS/PNS yang statis. Oleh karenanya pengembangan jenjang karis
seorang PNS sangat tergantung pada keseungguhan, inisiatif dan prakarsa
dari PNS yang bersangkutan
26. Keberhasilan seorang CPNS/PNS dalam pengembangan kariernya
disamping kreatif dan inovatif juga ditentukan pada kerja keras, kerja
cerdas, kerja ikhlas, ketekunan, kedisiplinan, keulekan, kejujuran, budaya
kerja/ethos kerja, dan motivasi kerja dari CPNS/PNS yang bersangkutan.
27. Belajarlah dari keberhasilan dan kegagalan diri sendiri dan orang lain
sebagai pengalaman berharga dalam menempuh perjalanan karier
sebagai PNS.

Anda mungkin juga menyukai