Anda di halaman 1dari 21

OM SWASTYASTU

Nama Kelompok :

1. I Putu Krisna Agung Pangestu


2. I Dewa Made Oka Sayoga
3. I Putu Eva Riyana
4. I Ketut Ari Astawa
A. Definisi

Bantuan hidup dasar atau basic life support


(BLS) adalah pendekatan sistematik untuk
penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon
gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP
yaitu resusitasi jantung paru. RJP yang
efektif adalah dengan menggunakan kompresi
dan dilanjutkan dengan ventilasi.
B. Indikasi
1. Henti nafas
Henti nafas primer ( Respiratory arrest ) dapat disebabkan
oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat,
tenggelam, inhalasi asap / uap / gas, obstruksi jalan nafas
oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan
infark jantung, radang epiglottis, tercekik ( suffocation ),
trauma dan lain – lainnya. Sumbatan jalan nafas dapat total
atau partial.
2. Henti Jantung

Henti jantung primer ( cardiac arrest ) ialah ketidak


sanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak
dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang
tepat atau dapat menyebabkan kematian atau kerusakan
otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung
terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tertentu
tidak termasuk henti jantung atau cardiac arrest.
C. PROSEDUR BASIC LIFE SUPPORT

1. Memeriksa keadaan pasien, respon pasien,


termasuk mengkaji ada / tidak adanya nafas secara
visual tanpa teknik Look Listen and Feel.

2. Melakukan panggilan darurat dan mengambil AED

3. Circulation

4. Airway

5. Breathing
6. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi
otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli
datang. Bila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan
sebaiknya tidak memakan lebih dari 10 detik, kecuali
untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau
pemasangan advance airway.
7. Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya
segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke
tempat kejadian.
D. KOMPLIKASI

1. Backward tilt of head (menengadahkan kepala)

- Pada orang tua dengan aterostenosis, menengadahkan kepala


maksimal, atau memalingkan kepala ke samping bisa menyebabkan
gangguan sistem arteri vertebral-basilar, yang berakibat kerusakan
batang otak.

- Pada kecelakaan lalu lintas, menengadahkan kepala maksimal


memalingkan kepala ke samping akan memperberat kerusakan/trauma
medulla spinalis dan menyebabkan kelumpuhan, sehingga pada
keadaan penderita demikian, hanya moderate backward tilt seperti
pada triple maneuver yang dianjurkan.
- External Cardiac Compression (pijat jantung luar)

- Osteo-chondral costae terenggang/terpisah. Fraktur


kosta multiple, terutama pada orangtua. Fraktur
sternum.

- Flail Chest, pneumothoraks, kontusi paru,


tamponade jantung.
2. Inflation (hembusan/tiupan)

- Lambung menggelembung.

- Paru robek, terutama pada bayi atau anak jika


dilakukan tiupan/hembusan terlalu kuat, terjadi
tension pneumothoraks.
E. Definisi Basic Trauma Life Suport (BTLS)

BTLS (Basic Trauma Life Suport) adalah bagian awal dari ATLS
(Advanced Trauma Life Suport. Pada BTLS, dokter atau tenaga
kesehatan lainnya tidak diminta untuk memberikan tatalaksana
sesuai diagnosis definitifnya tapi hanya memberikan kesempatan
bagi pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan nantinya.
Intinya pada tahap ini, dokter atau pelayan kesehatan lainnya hanya
diminta membantu pasien untuk tetap hidup atau membuat reaksi
kimia C6H12O6 + 6O2 ---> 6CO2 + 6H2O tetap berlangsung.
F. Hal dilakukan adalah Primary Survey. Di sini
dokter diminta menilai secermat mungkin hal apa
yang mengancam nyawa pasien. Beberapa nemonic
yang sering membantu antara lain:
1. Airway with c-spine control
Hal pertama yang harus diperiksa dalam penyelamatan
seorang pasien. Pelayan kesehatan diharapkan bisa
memberikan distribusi oksigen dalam kurang waktu 8-10
menit.
2. Breathing and Ventilation

Lihat keadaan torak pasien, ada atau tidak cyanosis,


dan kalau pasien sadar maka pasien mampu
berbicara dalam satu kalimat panjang. Keadaan dada
pasien yang mengembung apalagi tidak simetris
mungkin disebabkan pneuomotorak atau
pleurahemorage.
3. Circulation and haemorage control
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah
kemungkinan pasien mengalami shock. Nilai
sirkulasi pasien dengan melihat tanda-tanda
perfusi darah yang turun seperti keadaan pucat,
akral dingin, nadi lemah atau tidak teraba.
Shock yang tersering dialami pasien trauma
adalah shock hemoragik.
4.Disability

Pada tahap ini dokter diharapkan menilai keadaan


neurologic pasien. Status neurologic yang dinilai
melalui GCS (Glasgow Coma Scale) dan keadaan
pupil serta kecepatannya.
5. Exposure dan Enviroment

Buka pakaian pasien untuk mengeksplorasi tubuh


pasien untuk melihat kemungkinan adanya
multiple trauma. Kemudian selimuti pasien agar
mencegah hipothermi.
H. Pengkajian Awal dan Penatalaksanaan Awal

1. Prarumah Sakit

Penatalaksanaan awal sering kali menentukan


hasil akhir. Fase ini dimulai pada tempat
kecelakaan dengan pengkajian cepat terhadap
cedera-cedera yang mengancam keselamatan jiwa
2. Rumah Sakit

Pengkajian dan perawatan yang dilakukan


setibanya di rumah sakit dibagi ke dalam empat
fase : evaluasi primer, resusiitasi, pengkajian
skunder, dan perawatan definitive.
3. Pola-pola cedera
Informasi tentang pola atau mekanisme terjadinya cedera sering
kali akan sangat membantu dalam mendiagnosa kemungkinan
gangguan yang diakibatkan. Trauma tumpul terjadi pada
kecelakaan kenderaan bermotor (KKB) dan jatuh, sedangkan
trauma tusuk (penetrasi) seringkali di akibatkan oleh luka
tembak, atau luka tikam. Umumnya, makin besar kecepatan
yang tetrlibat di dalam suatu kecelakaan, akan makin besar
cedera yang terjadi (mis,KKB kecepatan tinggi, peluru dengan
kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang sangat tinggi).
4. Lavage periotoneal Diagnostik (LPD)

Tujuan : untuk mendeteksi perdarahan


intraperitoneal
5. Perawatan definitive
Meskipun perawatan definitif dapat dimulai pada
unit gawat darurat atau ruang operasi.
Om Santih, Santih, Santih Om

Anda mungkin juga menyukai