Area of study:
• Lokasi
• Ekspresi
Latar belakang
Kupang sebagai ibu kota propinsi NTT, dengan mayoritas penduduk memeluk agama
kristen, memiliki sejarah yang kuat terkait masuknya agama Kristen khususnya Katolik di
Indonesia
Gereja katedral Kristus Raja sebagai geraja pusat dari Keuskupan Agung Kupang
Faktor daya tampung yang terbatas, mengakibatkan umat harus mengikuti peribadatan
dari luar bangunan, tanpa ada interaksi langsung dengan imam shingga mengurangi
kesan sakral (aspek fungsional)
Katedral sebagai simbol identitas umat di wilayah setempat (aspek simbolik)
Pemaknaan sakral oleh umat cenderung di pengaruhi oleh gaya arsitektur Gereja di era
awal penyebaran yaitu gaya arsitektur Gotik
Dengan desain melalui pendekatan ekspresi bentuk diharapkan dapat memunculkan
makna sakral dari Gereja sekaligus dapat menampilkan Gereja sebagai simbol identitas
Latar belakang
Gedung Bank
Mandiri
eksterior
Irama Ekspresi
bentuk
Tempat
Tekstur ibadah
& Warna fungsi
Simbol
Makna
identitas
fungsional
Ekspresi bentuk
Reintepretasi sakral pada Lokalitas
sakral bangunan
gereja
Makna
simbolik
Katedral
Upacara Simbol
HIrarki
keagamaan keagamaan
Teori
Ekspresi adalah apa yang telah kita lihat menurut
pangaruh atau pengalaman sebelumnya (Smithies,
1984).
Ekspresi arsitektur adalah pernyataan mental dari
suatu bentuk arsitektur yang umumnya menggunakan
referensi dasar dari pengalaman seorang
pengamat dari bentuk-bentuk yang pernah
dialaminya (Poedio Boedojo, 1986)
Teori
Menurut disiplin ilmu arsitektur,pengertian ekspresi mencakup
3 komponen, yaitu pesan, media, dan penerima.
• Pesan dapat dilihat sebagaipembahasan mengenai praktek
dan pengetahuan arsitektur, yaitu desain (Unwin, 2003:13;
Cook, 2007:5; Robinson, 2001:68).
• Media dipahami sebagai hasil karya desain arsitektur, yaitu
bangunan (Conway and Roenisch, 2005; Unwin, 2003:14;
Cook, 2007:5)
• Penerima adalah bagaimana respon penerima terhadap
karya desain arsitektur yang diukur dari kualitas desain dan
kinerja bangunan serta affordances hasil karya desain
tersebut (Lang, 1987; Conway and Roenisch, 2005:1).
Teori
Apabila suatu isyarat, simbol maupun ekspresi adalah
suatu hal nyata, maka seseorang yang mengamati harus
mengartikan hal yang diamati sama dengan orang
yang membuat hal tersebut mengartikan hal tersebut
(Poedi Boedojo, 1989)
Proses mengartikan dapat dihubungkan dengan proses
pengamatan melaui salah satu cara berikut ini
(Hesselgren, 1975:75):
• Mengartikan secara kesepakatan