Anda di halaman 1dari 18

Alat Timpanometri

TIMPANOMETRI
 Merupakan alat untuk menilai kondisi telinga tengah

 Bersama dengan otoskopi merupakan cara yang objektif,


cepat, dan berakurasi tinggi untuk mendiagnosis kelainan
pada telinga tengah
KEGUNAAN
 Menilai kondisi telinga tengah untuk mencari adanya
gangguan pendengaran konduktif

 Menilai mobilitas membran timpani

 Menilai perkembangan keadaan telinga tengah pada


pasien dengan pengobatan

 Merupakan tes pendahuluan sebelum tes OAE


(Otoacoustic Emission)
CARA KERJA
 Bunyi dengan frekuensi 226 Hz dialirkan oleh
timpanometer ke dalam liang telinga melalui probe 
bunyi tersebut akan menggetarkan membran timpani 
sebagian bunyi tersebut akan dipantulkan kembali dan
ditangkap oleh alat timpanometer (disebut admittance
atau compliance)  yang akan diinterpretasikan dalam
bentuk grafik timpanogram
CARA KERJA
 Pada keadaan normal, tekanan udara pada liang telinga
sama dengan tekanan udara sekitarnya. Tekanan udara
pada telinga tengah juga sama dengan tekanan udara
sekitarnya, dikarenakan tuba eustachius akan membuka
setiap beberapa saat untuk memberi ventilasi pada telinga
tengah dan menyamakan tekanan.

 Pada keadaan normal, bunyi akan ditransmisikan secara


maksimum melalui telinga tengah pada saat tekanan
udara di liang telinga sama dengan tekanan udara di
telinga tengah
CARA KERJA

 Kebanyakan gangguan pada telinga tengah disebabkan


oleh kekakuan telinga tengah  menyebabkan lebih
banyaknya bunyi yang dipantulkan kembali

 Pada orang dewasa atau bayi berusia > 7 bulan digunakan


probe tone dengan frekuensi 226 Hz

 Pada bayi berusia < 6 bulan digunakan probe tone dengan


frekuensi tinggi ( 668, 678, atau 1000 Hz ) karena akan
terjadi resonansi pada liang telinga
PROSEDUR
 Pertama, dilakukan pemeriksaan otoskopi untuk
memastikan tidak adanya sumbatan pada telinga dan
membran timpani tidak perforasi

 Probe dimasukkan ke dalam liang telinga 


timpanometer akan mengubah tekanan di dalam telinga
 dialirkan bunyi nada murni  dilakukan pengukuran
respons dari membran timpani terhadap bunyi dengan
tekanan berbeda-beda
TIMPANOGRAM
 Grafik hasil dari pemeriksaan timpanometri

 Grafik yang menggambarkan fungsi dari telinga tengah


yang berasal dari perbedaan tekanan pada membran
timpani

 Terdapat 4 jenis timpanogram :


1. Tipe A  normal
2. Tipe AD diskontinuitas tulang-tulang pendengaran
3. Tipe As kekakuan rangkaian tulang pendengaran
4. Tipe B  cairan di dalam telinga tengah
5. Tipe C  gangguan fungsi tuba Eustachius
ISTILAH-ISTILAH TIMPANOGRAM
 Ear Canal Volume (ECV)  merupakan estimasi volume udara di
sisi medial dari probe, yaitu :
 Volume udara antara ujung probe dengan membran timpani pada
membran timpani yang intak
 Volume udara antara liang telinga dengan cavum timpani pada
membran timpani perforasi

 Tympanometric Peak Pressure (TPP) / Middle Ear Pressure


(MEP)  tekanan pada liang telinga pada puncak timpanogram

 Static Compliance (SC)  energi bunyi terbesar yang dapat


diserap oleh telinga tengah
TIPE A
TIPE A
 Timpanogram tipe normal

 Menandakan tidak adanya kelainan :


 Membran timpani intak dan tidak ada kelainan fungsi tuba
Eustachius
 Jika ada gangguan pendengaran maka merupakan gangguan
pendengaran sesori-neural
TIPE AD

Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran


TIPE AS

Kekakuan tulang-tulang pendengaran


TIPE B

Cairan di dalam telinga tengah


TIPE C

Gangguan fungsi tuba Eustachius


KESIMPULAN
 Timpanometri merupakan alat untuk menilai kelainan
pada telinga tengah dengan mengalirkan bunyi ke dalam
telinga dan menggetarkan membran timpani, kemudian
menilai respons membran timpani terhadap bunyi
tersebut.

 Timpanometri merupakan pemeriksaan yang dianjurkan


karena mudah, objektif, cepat, dan memiliki akurasi
tinggi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai